Liburan natal telah tiba, beberapa anak kembali ke rumahnya merayakannya bersama keluarga, dan beberapa murid yang tidak pulang merayakan natalnya di Hogwarts.
Tahun ini Hermione tidak ikut bersama Ron dan Harry untuk merayakan di The Burrow. Ayahnya memintanya untuk pulang karna adanya kabar tentang kau-tahu-siapa bangkit membuat kedua orang tuanya khawatir.
"Kurasa kita akan berpisah disini." Ucap Ron saat turun dari peron 9 3/4 dan sudah sampai di stasiun king cross.
"Aku akan merindukan kalian." Hermione memeluk Ron, lalu berganti pada Harry.
"Aku paham dengan posisi mu mione, kita ketemu lagi di Hogwarts." Harry tersenyum.
"Aku sebenarnya sangat ingin ikut kalian, tapi mau bagaimana lagi."
"Kalau begitu kami pergi ya." Harry dan Ron lalu pergi meninggalkan gadis berambut mengembang itu yang masih menunggu ayahnya untuk menjemputnya.
Hermione menunggu cukup lama disana.
"Granger? Kau sedang apa?" Seorang lelaki tiba-tiba duduk disampingnya.
"Malfoy? A-a-aku hanya sedang menunggu ayahku menjemput." Jawanya setengah kaget.
Draco tersenyum meledek "kasihan harus dijemput, pasti lama." Draco menggeser duduknya semakin dekat dengan Hermione. Mata abunya melihatnya semakin dekat.
Jantung Hermione berdegup kencang. Hatinya senang, bibirnya tak tahan ingin tersenyum, pipinya memerah. tapi otaknya memperingatinya agar tidak masuk dalam perangkap yang sama. "Apa mau mu sebenarnya?" Ia bertanya dingin, tidak ingin terlihat ekspresi dari wajahnya yang muncul.
"Aku sudah bisa apparate." Lelaki itu memberikan sebuah kode.
"Lalu?"
"Padahal kan aku belum genap tujuh belas tah-"
"Lalu?" Hermione segera memotong.
"Berarti, aku bisa antar kau kerumah."
"Draco.. apparate membutuhkan fokus untuk tujuan yang dituju, kau saja tidak tahu dimana rumahku kan?" Hermione menjelaskan dengan rinci seperti menjawab pertanyaan Snape. "Lagipula kau sendiri tidak pulang?"
"Kau sendiri yang bilang aku tidak seharusnya berada di pihak kegelapan, rumah ku tentu saja penuh dengan pelahap maut." Draco memberitahu dengan sedikit sarkas.
"Jadi kau nurut dengan ucapan ku?"
Draco menggeleng "Sedikit saja, tidak semua."
Hermione tersenyum "Bukannya kau tadinya keras kepala ya?"
"Aku tetap berada di pihak kegelapan, walau sebenarnya nanti aku tidak akan ikut campur."
Kata-kata itu membuat mood Hermione yang dibuat baik olehnya, namun dibuat jelek lagi olehnya.
"Jadi bagaimana mau kuantar?"
"Ga."
"Dasar keras kepala!" Draco langsung memegang tangan gadis itu tanpa izin. Mereka pun tersedot pada sebuah asap hitam yang membuat mereka pergi ke rumah besar ditempat antah berantah.
"Selamat datang dirumah ku, ayo masuk." Draco berjalan memimpin, ajaknya tanpa ada rasa bersalah berapparate didepan begitu banyak muggle di stasiun.
"Kau gila ya? Dimana ini?" Hermione amat marah dengan lelaki itu, mengajaknya apparate ke tempat yang bahkan ia tidak ketahui tanpa seizinnya.
"Tidak sebesar Malfoy Manor, tapi ini cukup untuk kita berdua." Ucap Draco menyeringai.
Hermione hanya mengiyakan perkataan Draco itu, rumah itu jelas bisa menampung puluhan orang didalamnya. "Dimana ini?" Ulangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]