Sneak

326 47 1
                                    


"Permisi, paket!" Jun lalu melompat kedalam lubang tempat persembunyian geng mereka.

"Apa itu paket?" Zoe bertanya polos.

"Makanya sekali-kali kau harus bermain ke tempat muggle." Jun memberitahu bangga, ia memang selalu memberi lelucon yang hanya diketahui muggle.

"Sombong." Zoe kembali melanjutkan membaca bukunya.

"Kalau dia berbicara tentang muggle lagi, kita ubah dia jadi babi hutan saja bagaimana?" Allen memberi saran, dia sama kesalnya saat Jun yang selalu memberinya hal yang ia tidak ketahui, lalu saat ditanya, ia malah akan mengajaknya untuk pergi ke tempat muggle.

"Aku heran dengan mu Jun, bisa bertahan dengan para makhluk menjijikan itu." Allen bertanya, Allen memang sangat membenci muggle melebihi siapapun dalam ruangan itu.

"Mereka itu sama dengan kita bahkan lebih keren, kau tidak tahu kesenangan kalau membaca komik kan? Atau menonton film di bioskop? Atau bahkan pergi ke disneyland?" Jun bertanya, walau dia tahu, tidak akan ada yang mengerti dengan yang ia bicarakan.

"Kau salah bertanya itu dengan Jun." Draco memberitahu, ia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Oh iya Drake, kurasa kau ketahuan." Allen memberitahu tegang.

"Ketahuan apa?" Draco bertanya.

"DraCO MALfoY! DraKE KaU dALam mASalAH!" Adam langsung masuk terbirit-birit. Teriakannya itu bergema memasuki hutan.

"Kau kenapa huh Adam Warlock?" Jun bertanya kesal dengan tingkah berlebihannya.

"Apalagi itu Warlock?" Zoe kembali bertanya.

"Pavla tahu kalau Aiden adalah kau Draco!" Adam memberitahu panik.

"Lalu?" Draco bertanya santai.

"Lalu tentu saja ini masalah besar!" Adam sangat panik, lelaki tukang tidur yang biasanya sangat lemas dalam melakukan segala hal itu memang terlihat terlalu panik.

"Bagaimana bisa dia tahu?" Zoe ikut panik.

"Meow! Meow! Meow!" Kucing putih mengeong sangat berisik.

"Larsen, jangan pakai bahasa kucing ya." Jun memberitahu.

Si kucing putih melompat dan berubah menjadi sosok lelaki jangkung dengan rambut pirang gelap nya. "Aku lupa tadi masih jadi kucing, yang jelas Aiden sudah pulang dari Perancis makanya kau ketahuan, dan setahuku Aiden dan Pavla bersekongkol mau memberitahu hal ini."

"Darimana kau tahu? Dan kenapa kalian baru beritahu sekarang." Draco bertanya.

"Aku tahu dari Isaac, sebenarnya aku ingin beritahu tapi sepertinya kau hanya akan bereaksi santai saja. Dan betul kan?" Jawab Larsen, semua orang menjadi mencari keberadaan Isaac. Lelaki itu tidak ada.

"Bukannya kau sudah kirim burung hantu pada Aiden, Alf?" Mata abu Draco mengintimidasi Alf.

"A-a-aku s-sepertinya me-mengirimnya ke r-ru-rumah Aiden." Alf tergagap menjawabnya.

"Lalu?" Draco menyilangkan tangannya didada. Menunggu jawaban bodoh Alf.

"A-a-aiden--" Alf belum menyiapkan kata-kata nya.

"Tunggu dulu, Aiden kan sedang ke rumah kakeknya di Perancis, jadi surat itu tidak sampai ke Aiden?" Jun menyadari alur pembicaraan ini.

"Dan keparat itu berkhianat, kurang ajar." Draco mengepalkan tangannya. "Cari Aiden sekarang!" Ia berteriak kesal.

'Duakk' suara lompatan seseorang dari lubang. "Untuk apa?" Tanya Gadis dengan rambut pirang panjangnya yang diikat ekor kuda.

Draco dua tahun lalu mungkin akan membicarakan ini secara kekeluargaan dengan gadis itu. Tapi, Draco sekarang akan menyelesaikan secara kemusuhan agar ia menyesal telah mencari masalah dengannya.

"Untuk apapun itu, kurasa kau tidak usah tahu." Draco memajukan langkahnya sambil menunjukan dagunya tinggi-tinggi, wajah songong yang sudah lama hilang itu kembali muncul.

"Tentu aku harus tahu, Aiden kan temanku. Kasian ya, dikhianati sama teman geng sendiri." Gadis itu tertawa setelahnya.

Wajah Draco merah padam, menahan amarah dari gadis didepannya. Kalau saja dia bukan wanita, mungkin sudah ada pembunuhan disitu.

"Balas Drake! Ko diam sih! Balas Pavla cepat!" Jun protes.

"Tuh, kenapa diam? Sudah pasrah ya bakal balik ke Hogwarts lagi? Kenapa kesini sih? Tidak punya teman ya disana?" Pavla menyeringai.

"Bagaimana kalau kita tutup saja mulutnya dengan kaos kaki Jun." Larsen berbisik pada Draco.

"Hei! Aku dengar ya!" Jun berang.

Draco masih diam, entah apa yang dipikirkannya, tapi yang jelas itu pasti keputusan yang baik. Semua ini usai, ia harus kembali.

Pavla melangkah maju sampai ia tidak ada jarak dengan Draco, bibir merah mudanya langsung beradu dengan milik Draco. Mereka saling berebut udara, sampai akhirnya Draco mendorong Pavla cukup kencang.

"Kau gila ya?" Draco mengelap mulutnya kasar.

Semua yang ada disana langsung pura-pura tidak melihatnya. Jun langsung membuat jambul dari rambutnya, Larsen bersiul sambil melihat langit-langit, Adam memejamkan matanya seolah tertidur dalam keadaan berdiri, Alf dan Allen memainkan tongkat sihir, dan Zoe hanya diam tak melakukan apapun, mungkin cosplay menjadi pintu.

"Aku menyukai mu Draco, tapi aku juga benci dengan mu." Pavla mengakui nya tanpa ragu. "Kau sudah tahu itu kan?"

"Tidak."

"Jangan bohong!"

"Memangnya bohong bisa buat kaya?"

Pavla hanya tersenyum, dia mengencangkan kunciran rambutnya. "Kau memang selalu Draco yang kukenal." Kata-kata tampak seperti majas ironi.

"Memangnya aku mengenalmu?" Draco pergi keluar dari tempat itu, dan segera pergi entah kemana.

Pavla mengelap beberapa air mata yang jatuh ke pipinya, saat Draco sidah pergi jauh keluar sana.

Keadaan jadi sangat hening, hanya ditemani suara sesenggukan Pavla saja.

Zoe menawarkan sapu tangan miliknya. "Ini." Ia menawarkan. Pavla menerimanya malu-malu, ia memang butuh itu sekarang.

"Sudah dong nangisnya, nanti Draco tidak beliin permen loh." Goda Jun.

Pavla tidak bisa menyembunyikan senyumnya, ia tertawa ditengah tangisnya itu.

"Hei, kita kan bermusuhan dengan dia, kalian lupa?" Allen mengingatkan.

"Iya juga ya?" Zoe teringat.
...

Draco tahu pilihannya itu bodoh, tapi sepertinya temannya akan baik saja. Ia memasuki sekolah lamanya itu tanpa memikirkan reaksi murid saat melihat Draco Malfoy berada disana.

"Draco? Kau datang ingin menjemputku?" Ucap Sabina, salah satu mantan Draco.

"Kau bilang kau akan mati tanpaku, ko masih hidup?" Gumam Sissy, mantan gebetannya.

"Pangeranku tentu kau menjemputku kan?" Sahut Irene, seorang secret admirer yang tidak secret lagi.

"Kau bilang kita akan menikah di Bali saat lulus nanti!" Teriak Ichika, yang dulunya selingkuhannya.

Draco menghiraukan semua keributan dan sahutan tidak penting yang ada, dan tetap berjalan ke tujuannya, ruang kepala sekolah.
...

Vomment💕💕💕

Gaje bat njsss wkwkwk




Through The Uwu Side [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang