Draco terdiam melihat jatuhnya penyihir paling bijak sepanjang masa dari menara Astronomi. Kalau saja dia adalah Flash atau Quicksilver mungkin ia akan berlari seceoat kilat dan menjadikan dirinya orang yang terkena kutukan kematian itu, tapi sayangnya dia hanya penyihir remaja yang terlalu banyak menonton fiksi, itu mustahil.
Semua terjadi sangat cepat, dan Snape lah yang melakukannya. Draco tidak pernah menyangka hal itu, selama ini dia pikir Snape loyal pada Dumbledore dan hanya berpura-pura dengan Voldemort. Setelah kejadian itu berlangsung, Bellatrix langsung melemparkan tanda kegelapan ke langit merayakan hari bahagia baginya.
Dan akhirnya semua orang pun tahu dia seorang pelahap maut.
...
[1 minggu kemudian]
Suasana Hogwarts masih berduka sepeninggal kepala sekolah mereka. Para murid pulang untuk liburan musim panas hari ini. Draco tahu itu ketika membaca Daily Prophet saat sarapan barusan.
Mata kelabunya memandang langit sore dari jendela kamarnya. Angin melewati wajahnya dengan lembut membuatnya ingin melakukan suatu hal dibanding melamun.
Lelaki itu lalu mengambil buku usang di rak bukunya. Itu adalah buku ramuan tingkat lanjut, yang ia berikan pada Hermione saat ia masih jadi anak cupu di Hogwarts. Tiba-tiba saja pilihannya jatuh pada buku itu, ia duduk di kasurnya dan mulai membuka tiap lembar buku itu.
Setelah membacanya cukup lama ia jadi ingat betapa buku ini berperan penting dalam kedekatannya dengan Hermione. Pertama kali bertemu Hermione adalah saat di perpustakaan, gadis itu menjatuhkan buku setebal batu bata ke kepalanya. Itu jadi first impression yang buruk bagi Draco. Lelaki itu mendapatkan buku itu saat sama-sama datang terlambat dengan Hermione di kelas ramuan, lalu karna Draco membuat ramuan paling bagus dikelas Hermione memaksanya memberitahu rahasia, lelaki itu merasa terganggu awalnya dan selalu menghindari Hermione. Sampai suatu hari, gadis itu menjadi korban salah sasarannya, karna lelaki itu punya hati nurani tentu dia merasa bersalah. Dan buku itu pun ia berikan pada Hermione.
Kenapa buku itu sekarang bisa ada di Draco? Well, hobi lelaki itu selain mengobrol di danau hitam dengan Hermione adalah menongkrong di perpustakaan. Ia tak sengaja menemukan buku itu. Draco mengembalikannya lagi pada Hermione walau akhirnya buku itu kembali lagi padanya.
"Draco?" Hermione menoleh pada Draco yang hampir mendengkur mengantuk berat.
"Hmmm?"
"Apa kau baru saja tidur?"
Draco membuka matanya dan langsung berpindah posisi menghadap Hermione yang sedang mengerjakan PR disampingnya. "Hampir."
Hermione menggigit bibirnya merasa tidak enak, "kalau begitu lanjutkan. Kuharap kau bermimpi bertemu Alicia Silverstone." Sindirnya.
"Berarti aku Paul Rudd?" Draco berbangga hati.
Hermione beralih dari perkamennya dan menatap Draco terkejut. "Janggut Godric, kau menonton Clueless?" Ia tak percaya dengan yang didengarnya. Seorang penyihir darah murni tahu begituan?
"Iyalah." Jawab Draco bingung dengan reaksi Hermione. "Kenapa dengan mu? jangan takjub hanya karna aku menonton film muggle."
"Tidak" Hermione buru-buru menjawab. "Aku melihat Cher dan Josh itu seperti kita..." Hermione sambil tersenyum malu dan hanya berani menatap danau hitam didepannya.
"Saudara tiri?" Tebak Draco, kedua karakter yang Hermione maksud memang adalah saudara tiri di film.
"Bukan, mereka dekat, tapi selalu menyangkal perasaan yang ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]