Hermione melompat dari kasurnya saat sinar matahari sudah menyelinap masuk lewat jendelanya. Liburan natalnya sudah habis, saatnya kembali ke Hogwarts. Kembali belajar, ujian, bertemu teman juga sahabatnya."Selamat pagi Ibu! Ayah! Dan dunia!" Hermione menyapa kedua orang tuanya girang. "Sarapan kesukaan ku!" Hermione langsung melahap sereal coklat yang sebenarnya tidak terlalu ia sukai.
Tentu saja kedua orang tuanya bingung melihat tingkah putri mereka yang tidak biasa. "Kau tidak demam dear?" Mrs Granger menempelkan tangannya di kening Hermione. "Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baru tahu kau senang dengan sereal itu, sepertinya aku tidak perlu membeli daging lagi ya kan? Kurasa dalam setahun kita dapat membeli mobil Bentley kalau begitu." Mrs Granger bergurau dibalik koran bacaannya.
Hermione menatap kesal ayahnya "Tidak peka sekali kalian." Matanya lalu pergi ke ibunya. "Ibu hari ini kan liburan ku selesai." Jawabnya penuh dengan kunyahan sereal yang belum halus dimulutnya. Ia lalu kembali menyuapkan sendok tiap sendok sereal nya dengan semangat.
"Kupikir murid normal akan sedih jika liburan habis." Mr Granger membaca koran sambil bergidik melihat putri semata wayangnya yang seperti sudah satu minggu tidak diberi makan. "Ibu kapan terakhir kau beri Hermione makan?" Pria itu kembali bergurau.
"Selesai! Ayah ayo antar aku ke stasiun!" Hermione menyodorkan mangkuk yang sudah bersih, dan langsung mengambil tasnya yang diletakan disampingnya.
"Kupikir keretamu berangkat jam sebelas?" Mrs Granger bertanya memastikan. Mata wanita itu sambil melihat jam dinding yang masih berada pada angka sembilan.
"Aku ingin berangkat lebih cepat bu."
"Baiklah kalau begitu." Ibu itu mengelus lembut rambut putrinya.
"Aku siap! aku siap!" Hermione membawa tasnya dikedua tangannya.
"Kau seperti spongebob." Ayahnya menertawakan putrinya. "Ke mobil!" Ajaknya.
"Ayah aku memang siap." Jawabnya tersenyum.
...
Hermione sudah menunggu seperti orang bodoh di tempat duduk itu. Tempat dimana Draco mengajaknya apparate sembarangan itu. Mata coklat miliknya terus berkeliling mencari sosok pirang itu.
"Kau tidak mau masuk platform?" Mr Granger bertanya disamping Hermione.
"Tidak, aku sedang menunggu seseorang."
Ayahnya mengangguk tahu maksud putrinya itu "Pasti Henry Tanner dan Donald Panini?" Ayahnya menebak.
Hermione memutar matanya kesal, selalu saja ayahnya lupa dengan nama kedua sahabatnya. "Itu Harry Potter dan Ronald Weasley!" Ia mengkoreksi.
"Ya makanya lain kali mereka juga main ke rumah dan kenalkan dengan ayah." Mr Granger menepuk bahu putrinya perlahan, lelalku itu melihat jam ditangan kirinya. "Aku harus praktek, kau tidak apa sendiri?"
Hermione mengangguk sambil melambaikan tangannya melihat kepergian ayahnya. Ia membuang napasnya, padahal ia ingin mengenalkan Draco pada ayahnya. Tapi lelaki itu tak kunjung muncul. Tidak apa sebenarnya, karna Hermione tahu apa yang akan dikatakan ayahnya tentang Draco pasti "Astaga sejak kapan kau berteman dengan kakek tua beruban sepertinya?"
"Hermione!" Suara lelaki memanggil namanya.
Ia langsung menengok kearah sumber suara itu. Itu ternyata sahabatnya, Harry.
"Harry!" Keduanya saling memeluk melepas rindu dengan sahabat dari tahun pertamanya di Hogwarts itu. "Dimana Ron? Juga Ginny?"
"Akan sedikit terlambat, mereka ke Diagon Alley dulu, bagaimana kabar mu mione?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]