Hermione memberi minyak wangi disekujur jubahnya, wajahnya tersenyum lebar menatap dirinya di cermin sambil merapikan sedikit rambutnya.
"Cermin, cermin di dinding siapakah yang akan kencan hari ini?" Goda Lavender menghampiri Hermione.
"Siapa yang kencan? aku mau mengerjakan PR bersama."
"Miss-Know-It-All sepertinya tidak butuh orang untuk membantunya mengerjakan PR?"
Hermione jadi tersenyum tak karuan, yang dikatakan Lavender memang benar, mengerjakan PR bersama memang hanya kedok mereka berdua. "Sudahlah, aku pergi dulu, kerjakan PR mu ya!" Hermione mengingatkan sambil melangkah keluar begitu bahagianya.
Perjalanan ke danau hitam memang selalu menyenangkan, karna Hermione tahu yang akan ditemuinya. Walau pertemuan mereka dosisnya sudah lebih rendah, tapi tetap saja selalu menyenangkan.
"Draco!" Hermione memanggil ramah lelaki yang sudah sampai terlebih dahulu itu.
"Hermione?" Ia sedikit terkejut, wajahnya seperti baru bangun dari hibernasi panjang selama tiga dekade.
"Kau baik-baik saja? Kau tampak berantakan." Hermione menanyakan ragu, ia menaruh buku bawaannya dan duduk disamping Draco.
"Siapa yang tidak berantakan memikirkan ujian tinggal dua minggu lagi." Jawab Draco sambil tertawa.
"Aku." Jawab Hermione dengan nada bangganya.
"Ya, hanya kau." Draco tersenyum lalu terdiam sejenak, ia memberikan beberapa gulungan perkamen pada Hermione. "Salin saja PR ku, dibedain ya." Draco lalu kembali membaringkan dirinya ditanah.
"Seumur hidup aku tidak pernah ya menyalin tugas orang, ayo kita kerjakan bersama saja!" Hermione menguncang-guncangkan tubuh lelaki pirang itu.
"Makanya sekali-kali coba salin tugas! Kau akan ketagihan tau." Draco masih tetap saja berbaring santai.
"Lagian, kenapa kau kerjakan duluan sih?"
"Biasa, teman-teman ku minta salin, yasudah aku buat."
"Kenapa kau mau sih?!" Hermione geram mendengar kecurangan seperti itu, dia kira selama ini Slytherin adalah asrama paling ambisius.
"Aku kan harus berpura-pura baik Mione, kau lupa?"
Hermione menghentikan mengguncang tubuh Draco. "Aku ingat, oh iya.. soal misi kau dari Voldemort itu bagaimana?" Hermione jadi terpikir kesana.
"Tenang saja, tidak akan aku lalukan."
"Lalu nanti kau bagaimana? Katanya nanti kau akan--"
"Tolong jangan bicarakan itu." Draco menaikan suaranya.
"Maaf." Hermione tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi Draco memang tidak pernah cerita lagi soal perkembangan misi itu, yang diceritakan Draco hanya quidditch, nilainya yang mulai menurun, dan hal yang bahkan tidak penting untuk didengar, seperti memberitahu Hermione kalau telur katak dan biji selasih adalah hal yang tidak bisa ia bedakan dari dulu. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu, tapi entah apa itu.
"Maaf, maaf, aku hanya tidak mau bicarakan itu." Draco bangun dari posisi rebahannya memastikan pikiran gadis itu tidak berpergian kemana-mana.
"Tidak apa-apa, lagipula aku juga benci dengar voldemort terus."
"Benci dan cinta itu beda tipis kata orang, jadi kau?" Draco menunduk menyembunyikan tawanya.
Hermione mendorong dada lelaki pirang itu kesal, "Ah aku merinding nih."
...Hermione tidak pernah sangka, Draco yang sempat minta jaga jarak padanya, malah bersikeras ingin mengantarnya sampai pintu depan ruang rekreasi Gryffindor. Bayangkan, berapa banyak hati gadis yang akan panas melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]