"Kenapa Harry belum juga kembali? Ini kan sudah larut malam?" Tanya Hermione sambil bolak-balik berjalan tanpa arah.
"Mungkin dia minun teh dulu di pondok Hagrid, lebih baik kau bantu aku selesaikan ini!" Ron menunjukan perkamen yang masih saja belum tertulis apapun, kecuali tanggal diujungnya.
"Sudah kubilang kerjakan sendiri!"
"Hermione! Bisa ajarkan aku materi ini?" Ginny menghampiri, sambil menyodorkan buku tebal pada Hermione.
Hermione mengambil buku itu dengan senyum merekah. "Ah, Astronomi ya? Sebentar ya aku baca dulu."
"Giliran aku disuruh kerjain sendiri." Sindir Ron.
"Sirik." Ginny menatap sinis Ron.
"Ginny, kau sudah memutuskan akan bekerja sebagai apa?" Ron mencari obrolan selagi Hermione sedang membaca buku setebal tembok beton.
"Tentu jadi Pro Chaser, kau?" Ginny tersenyum mengolok, ia tahu Ron sedang pasrah dengan nilainya untuk jadi Auror nanti.
"Nada mu seperti menghina, Memang kau yakin nilai ujianmu akan bagus kalau kerja mu hanya pacaran saja." Hinanya balik.
"Aku nanya baik-baik, dijawab gitu!" Gadis kepala merah itu melipat tangannya naik pitam.
"Tenang! Tenang! Aku tidak bisa konsentrasi baca buku ini kalau kalian bertengkar, apalagi Harry belum juga kembali apa kalian tidak kuatir?" Hermione meledakan lava serta batu panas dari kawah pikirannya.
"Tentu aku tidak bisa tenang, aku tidak menggunakan otak sama sekali saat mengisi ujian kemarin." Ron lalu berbaring sambil melihat langit-langit ruang rekreasi. "Mungkin aku tidak akan bisa jadi Auror." Gumam Ron, ia bahkan tidak memusingkan Harry yang belum juga kembali walau hampir pukul sebelas malam.
Ginny mengelus rambut merah milik kakaknya, dia tahu masa depan kakaknya memang tidak akan sebagus dia. "Kalau begitu, kau harus menerima hasil mu dengan lapang dada, dan jadi asistenku saja kalau nantinya kau tidak punya pekerjaan, aku menggaji mu dengan sepiring ayam setiap hari."
"Kau menenangkanku, atau meledekku sebenarnya?"
Hermione tertawa, melihat adik-kakak itu bertikai hanya karna hal sepele. Ujian memang membuat semua anak menjadi depresi dan seperti halnya Ron, banyak dari mereka yang menjadi pesimis tentang pekerjaan mereka nanti. Dan sialnya kini ia penasaran, tentang pekerjaan impian Draco.
Gadis berambut semak itu menggeleng mengusir pikiran tentang pirang idiot itu, "Masih ada hari esok Ron? Kau hanya perlu berusaha lagi." Hermione tersenyum sambil duduk dan ikut mengelus rambut merah Ron.
"Maksudmu besok selasa?"
"Hari esok itu maksudnya masih ada waktu kedepan, bukan besok hari selasa." Ginny menjelaskan secara harfiah maksud Hermione pada kakaknya kesal.
Hermione mengambil perkamen yang masih polos milik Ron. "Kalau begitu akan kubantu kau kerjakan PR." Ia tersenyum, tersenyum karna menertawakan Ron yang baru menulis tanggal saja diujung perkamennya.
"Mione, bantu tugas Astronomi ku dulu." Ginny menyodorkan lagi buku tebal itu pada Hermione.
"Astronomi?" Hermione mengerutkan alisnya.
Menara Astronomi, 30 Juni, 1997. Kau harus gagalkan itu, kalau aku tidak ada disana. Atau, kalaupun aku ada disana sekalipun.
Itu adalah perkamen yang diberikan Draco pada Blaise.
Hermione langsung berdiri dan mengambil tongkat sihirnya bergegas pergi.
"Mau kemana?" Tanya Ron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Uwu Side [Dramione]
FanfictionTahun keenam di Hogwarts tampak berwarna bagi Hermione saat mengenal murid pindahan dari Durmstrang. Draco Malfoy. Namun, semua berubah saat negara api menyerang. Ga deng boong. Saat perbedaan visi menyerang. Nah eta. . [Completed]