without DM.

397 56 3
                                    

Makan malam selesai, pidato Dumbledore juga selesai.

"---Sekarang waktunya tidur, berangkat! Bip bip." Dumbledore menutup.

Hermione kadang ingin sekali memberitahu Dumbledore bahwa ia menjadi incaran Voldemort untuk dibunuh, tapi sepertinya Dumbledore sendiri sudah tahu hal itu. Memberitahunya hanya terlihat seperti merendahkan, penyihir sekuat dia tidak akan mati begitu saja kan?

"Mione kau tidak ke kamar mu?" Tanya Ron sambil mengelus-elus perutnya yang kekenyangan.

"Berapa bulan?" Tanya Neville bergurau.

"Sudah pecah ketuban sepertinya." Sambung Seamus.

"Aku mau ke perpustakaan mau ikut?" Hermione bangun dari tempat duduknya. "Satu orang saja, aku ingin ada teman." Pintanya.

Semua yang ada disana menggeleng tidak mau.

"A-a-aku harus ke kamar, kurasa kucing milik Dean akan melahirkan." Ron beralasan.

"Aku juga membantu melahirkan." Jawab Harry, matanya sudah berat ingin terlelap.

"Aku yang membuatkan ramuan untuk bayinya." Jawab Neville.

"Aku membantu Neville membuat ramuan." Sambung Seamus.

"Aku tidak punya kucing?" Dean kebingungan.

Hermione melihat kearah para gadis singa, mereka harusnya lebih waras daripada para lelaki disini kan? "Kalian?"

"Aku ada berkumpul dengan anak quidditch Mione, maaf." Ginny beralasan, tidak mungkin malam begini mereka berkumpul.

"Aku sama seperti Ginny." Jawab Parvati, dia bahkan bukan tim quidditch.

"Aku banyak tugas." Lavender bersalasan, yang benar saja, pelajaran semester ini saja belum dimulai.

"Oke tidak apa-apa, aku duluan ya!" Hermione pamit untuk ke perpustakaan menunjukan senyum manisnya, janggut merlin ingin rasanya menonjok semua temannya itu.
...

Hermione mencari beberapa buku di rak, lalu melempar kasar buku yang telah diambilnya di meja. Banyak mata yang memperhatikan tingkahnya, tapi ia malah memelototi balik semua tatapan itu. "Liat apa kau?" Tanyanya songong. Semua tatapan itu langsung kembali fokus pada buku yang mereka baca. Hermione menarik kursi lalu duduk dengan tegap, dan menikmati tiap kata dari buku bacaannya.

"Hermione!" Sapa Luna yang menarik kursi disampingnya.

Hermione memutar matanya tidak begitu memerdulikan si Loony itu. Matanya kembali pada bacaan didepannya.

"Apa yang kau baca?" Luna bertanya.

Hermione mengambil buku yang dibacanya dan memperlihatkan sampul buku sejarah sihir pada Luna.

Luna mengangguk "Aku membaca Quibbler, kau mau?" Tawarnya.

Hermione menggeleng.

Mereka melanjutkan membaca dengan kesunyian di perpustakaan, suasana yang Hermione sangat sukai. Rasanya ingin sekali selalu membaca buku dengan damai seperti ini harapnya.

Sampai terdengar beberapa obrolan di perpustakaan.

"Kudengar Draco tidak kembali loh!"

"Tahu darimana kau? Dia anak baru disini, belum sempat satu semester dijalani, masa sudah ga lanjut saja sih!"

"Aduh kita akan rindu wajah tampannya."

"Iya! Apalagi dia sudah putus dengan Granger, kesempatan kita kan jadi makin bagus. Malah tidak lanjut."

"Iya aku senang sekali mereka putus."

"Bukannya memang tidak pacaran?"

"Ah bohong saja, sedekat itu tidak pacaran."

"Bukannya ada gadis Hufflepuff yang dia bawa ke slughorn party."

"Dia Elle, satu angkatan denganku, ah tapi yang benar saja masa Hufflepuff dengan Slytherin. Tidak cocok!"

"Setuju! Slytherin ya sama Slytherin lah."

"Sama Ravenclaw juga bisa kali!"

"Gryffindor sepertinya lebih cocok, langka sekali kan?"

Hermione menunjukan diri pada segerombolan adik kelasnya yang menggosip di pinggir. Mereka bahkan tidak mengambil buku untuk dibaca. "Jangan mengobrol disini, ini bukan tempat untuk kalian gosip!" Hermione menatap sinis semua gadis didepannya.

Semua gadis itu segera melarikan diri darisana, pasti malu sekali, orang yang mereka bicarakan mendengar bahkan menegur. Hermione kembali ke tempat duduknya dan kini ia melihat Luna yang membaca majalah Quibbler dengan serius itu, janggut Merlin terakhir dia membaca majalah itu dia tertawa selama lima menit.

"Kau tahu gerombolan gadis itu?"

Luna melihat beberapa gadis yang berjalan terbirit-birit keluar. Mata birunya lalu kembali pada Hermione "Beberapa dari mereka satu angkatan denganku, tapi tidak dekat."

"Apa mereka selalu membicarakan lelaki seperti itu? Benar-benar menggelikan."

"Sepertinya." Luna tidak terlalu ambil pusing.

Hermione kembalu melanjutkanembaca bukunya, sampai, seseorang di meja seberang menarik perhatiannya. Dia salah satu teman dekat Draco, Blaise Zabini.

Hermione berdiri dari tempat duduknya, dan berpura-pura pergi ke rak buku di dekat Blaise. Mata coklatnya melirik perkamen yang dibacanya.

Hermione mengambil buku dengan asal lalu mengambil tempat duduk disebelah Blaise. Ia menutupi wajahnya dengan buku kamus bahasa jepang.

Blaise tentu curiga dengan keberadaan seseorang yang tidak diinginkan itu. Ia melirik pada Hermione dan buku yang tidak biasa dibaca oleh seorang seperti Hermione.

Hermione melirik sedikit perkamen Blaise, sampai akhirnya Blaise menggulung perkamen miliknya dengan buru-buru. "Apa mau mu Granger?" Ia langsung to the point.

"Apasih? Aku sedang membaca ko." Jawab Hermione ketus.

"Membaca kamus bahasa Jepang? Buat apa? Masak sushi?"

Hermione melihat buku yang dibukanya. Wajahnya bingung untuk memberi alasan. "Aku ingin belajar bahasa jepang, memang salah?"

"Kenapa juga harus pakai buku, kalau kau bisa belajar dengan Cho Chang."

"Bukannya bagus kalau dari buku?" Hermione tiba-tiba saja terdiam, dan menyadari ada hal yang aneh. "Tunggu dulu, Memangnya si Chang itu orang Jepang?"

"Sudahi saja omong kosongmu, dan bilang apa mau mu? Ikut-ikut membaca perkamen ku?" Blaise menyeringai. "Mau bertanya tentang Draco lagi?"

"Bukan."

"Apa?"

Hermione diam memikirkan alasannya.

"Benar kan tentang Draco?"

Hermione berdiri dari tempat duduknya, dan meninggalkan Blaise begitu saja. Ia kembali ke tempat duduknya sebelumnya disamping Luna.

"Dasar ular menyebalkan." Gumamnya.

"Kudengar kau bisa mengusirnya dengan garam kalau kau malas membuat ramuan." Jawab Luna.

"Bukan ular itu, haduh diam saja deh." Hermione meletakan buku yang dibawanya dimeja.

Luna mengambil buku kamus bahasa Jepang yang berada dihadapannya. "Kenapa harus pakai kamus? Kan kau bisa belajar dengan Cho?"

"Cho bukan orang Jepang!" Hermione benar-benar kesal dengan pernyataan itu. "Ada apa dengan manusia jaman sekarang."

Luna hanya mengangguk dan meletakan kembali kamus itu di meja. "Untuk apa belajar bahasa Jepang?"

"Aku ingin belajar membuat kimchi." Hermione menjawab malas.

Luna mengangguk tanpa dosa. "Setahu Kimchi itu dari Korea, bukan Jepang."

Hermione melirik Blaise diseberang, Ia tidak akan menyerah dengan lelaki yang masih membaca perkamen nya dengan serius itu.

...

Vomment💓💓

Through The Uwu Side [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang