Dikerjain

5 1 0
                                    

Jam pelajaran pun akhirnya tengah dimulai. Pelajaran ini lumayan menguras otakku-Matematika. Ditambah katanya kalo guru nya adalah guru ter- killer di SMP ini bahkan dibandingkan oleh kepala sekolah SMP ini.

Dengan cermat aku melihat penjelasan yang tengah ia berikan, terkadang aku juga mencatat apa yang keluar dari mulutnya yang tidak ada di papan tulis.

Materi demi materipun akhirnya telah ia sampaikan, dan sekarang saatnya kami mengerjakan soal yang sudah ia beri.

Matematika bagiku tidak butuh pemikiran yang sangat serius, pelajaran ini harus dibawa santay dan enjoy, "Lex!" Bisik Andini sambil menyenggol tanganku yang membuat coretan tak berbentuk tertera di bukuku.

"Apa?" Tanyaku berbisik pula.

"Terkadang aku aneh deh sama guru, kok mereka jahat banget yah?"

"Maksud kamu?" Tanyaku lagi sambil menaikkan alis sebelah.

"Iya, mereka itu jahat tauk. Masa tugas yang gak ada salah harus kita kerjain? Hahah." Jawabnya bercanda yang membuatku tersenyum miring.

"Andini? Alex?" Tegur Buk Jufy yang membuat Andini berhenti tertawa. "Kalian mengobrol yah?" Lanjutnya.

"Kami lagi berdiskusi untuk mencari jawaban bersama-sama Buk." Ngeles Andini dengan cepat yang membuat Buk Jufy melemparkan bola matanya dengan malas.

"Nih guru bego atau gimana yak? Udah jelas-jelas kami tadi berisik! Ya berarti kami tadi lagi mengobrol lah, hadeh nih guru!" Lanjut Andini dalam hati.

Sekarang tinggal 1 soal lagi yang harus kukerjakan, oke 1 lagi, dan..... Yes berhasil.

"Buk? Alex sudah!" Ujarku kepadanya sembari berdiri.

"Oke yang sudah boleh dikumpulkan!" Perintahnya. "Dan 5 menit lagi akan berbunyi bel untuk istirahat, jadi semuanya sekarang boleh keluar untuk istirahat." Lanjutnya.

"Cepet banget." Gerutu Andini saat aku sudah kembali di kursiku.

Aku hanya bisa cengengesan gak jelas, "Kantin yuk?" Ajakku.

"Oke!" Jawab Andini dan Leo berbarengan.

Kamipun mulai pergi ke kantin, berharap mendapatkan suasana baru yang lebih merilekskan otak kami.

"Makan apa?" Tanya Leo sembari menyodorkan kursi ke aku dan Andini.

Aku tengah berpikir, kira-kira makanan apa yang tengah cocok dengan hari yang cerah tetapi cukup dingin bagiku, "Kalo soto gimana?" Usulku yang disusuli anggukan oleh Andini.

"Oke, minumnya?" Tanya Leo lagi.

"Air kosong aja lah." Usul Andini asal.

"Oke tunggu sebentar," Jawab Leo sambil pergi begitu saja.

Kantin SMP ini sangat asri, nyaman dan bersih. Setiap bagian dari kantin ini aku perhatikan dengan cermat. Dan di suatu bagian aku berhasil mendapati sesosok pria yang sedang membeli bakso sambil melihat ke arahku dan tidak lupa pula melempari senyumannya.

Aku hanya bisa diam, lalu melemparkan bola mataku dengan malas. Aku masih bingung dengan dirinya.

Tidak lama kemudian Leo akhirnya tiba dengan ditemani oleh salah satu Bik kantin-Sri sembari membawa nampan yang berisikian makanan dan minuman untuk kami bertiga.

"Silahkan dinikmati!" Ujar Bik Sri sembari meletakkan makanannya satu persatu.

"Makasih Bik." Jawab kami kompak.

"Kamu cantik sekali yah!" Lanjut Bik Sri sembari menghelus rambutku dengan halus.

Aku hanya bisa tersenyum manis sembari berterimakasih dan aku baru ingat kalo aku membawa bekal, "Astaga, aku lupa!" Ucapku sambil menepuk kasar jidatku.

"Maksudnya?" Tanya Andini mengernyit.

"Aku tadi bawa bekal, dan sekarang malah jajan!"

"Tidak apa, nasi dicampur soto tidak buruk bukan?" Ucap Bik Sri menenangkanku.

"Baiklah, kalo gitu aku akan ke kelas sebentar!" Ucapku kemudian berlari dengan secepat kilat.

Larianku ternyata sedang ditonton warga sekolah dengan aneh. Aku hanya bisa bodo amat, aku tidak mau Bik Ainun merasa kecewa karena aku tidak menghabiskan masakannya.

Keberadaanku sekarang sudah berada di ambang pintu kelasku. Betapa kagetnya aku melihat tasku beserta isinya sudah porak poranda?

"Upsss ketahuan." Ucap Gloria sembari memainkan nada bicaranya-mengejek yang tengah melihat keberadaanku.

"Maksud kalian apa? Kembalikan bekalku!" Ucapku sambil berlari dan meraih bekalku yang berada di tangan Siela.

"Wohoho tidak semudah itu sayang!" Timpal Gloria sambil menangkap tanganku dengan kasar.

"Mari kita lihat, apa isinya anak manja?" Ucap Liora sambil mengambil bekalku yang berada di tangan Siela lalu membukanya.

Aku hanya bisa diam karena tanganku sudah berada di bawah cengkramannya Gloria. Aku masih mau melihat dulu, apa yang akan diperbuat mereka sekarang.

Mataku tiba-tiba terbelalak, mulutku bungkam seketika dan diikuti suara tertawa mereka bak iblis.

"Kalian? Salahku sama kalian itu apa sih?" Ucapku datar sambil melihat bekalku yang sudah jatuh berserakan di lantai kelasku.

"Upsss, aku beneran gak sengaja? Maaf yah?" Ujar Liora sambil tertawa meledek.

"Bacot!" Ucapku teriak sambil membanting tangan Gloria dengan kesal lalu menendang perut Liora dengan sangat kuat yang membuat dia jatuh tepat ke arah meja Siela.

"Kau? Beraninya--"

"Tidak semudah itu untuk menyentuhku!" Ucapku dingin berbisik ke telinga Siela sembari meninju dagunya dengan tangan kiriku.

"Glo? Mau merasakannya dua kali?" Lanjutku dengan Gloria sambil menatapnya dengan tajam.

Gloria yang melihat diriku tiba-tiba yang menjadi seperti iblis untuk ke dua kalinya hanya bisa bungkam terdiam lalu membantu teman-temannya untuk berdiri lalu pergi.

"Hey?! Mau pergi setelah kalian berbuat semua ini?! Apakah sebaiknya kalian merapikan ini semua?" Ucapku dingin sembari duduk di atas mejaku seperti layaknya Sang Ratu yang kejam.

"Lex?" Suara Gloria ketakutan yang membuat diriku makin puas.

Aku sangat suka dengan suasana ini, "Tidak ada bantahan! Kerjakan sekarang atau kalian semua akan menerima akibatnya!" Tegasku sambil menatap tajam ke arah mereka.

Mereka yang sudah merasa ketakutan langsung bergegas merapikan semuanya, mengambil alat kebersihan dan mulai membersihkan lantai kelasku.

Semua yang berada di dalam kelas ini hanya bisa menonton, mereka tahu kalo ini bukan masalah mereka, tidak ada sangkut pautnya sama mereka. Cowok-cowok di kelasku saja sampe kaget karena sikapku yang berubah layaknya bak iblis.

Tanpa kusadari Andini dan Leo sudah lama berada di ambang pintu kelasku, "Turun oy! Udah cukup sadisnya!" Ledek Leo sambil bertepuk tangan dan menyenderkan badannya dengan kayu pintu kelasku yang diiringi oleh tawa iblisnya Andini.

"Apa sih?" Tanyaku mengernyit.

"Kamu ternyata juga bisa begini yah? Aku suka melihatnya!" Ucap Andini sembari menghampiriku lalu menepuk halus pundakku. Aku tidak tahu dia mengejek atau menyanjungku, yang pasti aku sangat marah karena aku tidak berhasil memakan masakannya Bik Ainun pagi ini.

Look At Me!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang