Kemoterapi

7 0 0
                                    

2 hari telah berlalu. 2 hari dimana sebelumnya wanita itu pergi meninggalkanku dalam keadaan terpuruk.

Wanita yang meninggalkanku saat aku menghadapi sakit keras.

Kepergian wanita itu masih saja membekas di lubuk hatiku ini. Walau kemoterapi sudah dilaksanakan dengan lancar, hatiku masih saja gelisah.

Walau Andini, Leo, Rean, dan Bik Ainun di sini, ragaku tetap seperti tak berisikan jiwa.

Efek kemoterapi tadi sepertinya baru terasakan sekarang.

Perih, rasa itu bermunculan dari dalam tubuhku ini. Aku menggigil kedinginan. Keringat terus keluar dari kulit di tubuhku ini.

Aku terus meringis kesakitan.

Kupaksa diriku untuk bangun. Semuanya memaklumi responku terhadap reaksi kemoterapi ini.

Andini terus tersenyum menenangiku, tapi percuma, rasa sakit ini sangat perih.

"Annnn sakitttt!!!!" Aku mengadu kesakitan.

Semuanya terlihat khawatir terutama Leo, tapi hanya Andinilah yang dapat menyikapinya dengan tenang.

Semuanya masih tetap tersenyum menenangiku, walau terlihat sangat terpaksa.

Aku terus merasakan efek kemoterapi ini. Hingga tubuhku terus saja menggeliat. Disela-sela responku, semuanya tengah mendapat basah rambutku yang sedang hebat berguguran.

Leo tampak lebih khawatir, Andini menepuk halus bahu Leo menandakan semuanya baik-baik saja, walau sebenarnya Andini juga sangat merasakan kekhawatiran.

Terpaksa, mereka memanggil dokter karena tidak sanggup melihat kondisiku seperti ini.

Dokter itupun langsung memasukkan cairan lewat jarum kecil dan tipis itu. Seketika mataku tertutup, gelap.

Lalu dokter itupun keluar. Seiring dengan keluarnya dokter, mereka tengah menangis hebat.

Andini memegangi erat punggung tangan kiriku.

Rean sibuk menenangi pacarnya itu, Andini.

Bik Ainun tetap melihatku dengan sorot mata kasihannya.

Sedang Leo, memilih duduk sendiri di sudut ruanganku ini.

Disembunyikannya kepalanya di balik lututnya. Dipeluknya lututnya dengan erat. Dia menangis sejadi-jadinya.

"Please Lex! Kamu harus tetap semangat menjalani ini semua! Jangan sampai mengalah dari penyakitmu! Aku gak mau kehilangnmu! Aku gak mau kehilangan wanita yang sangat aku sayangi untuk kedua kalinya!" Batin Leo sangat tersiksa.

Leo menangis deru. Isak tangisnya sangat terdengar di telingaku. "Kalian jangan menangis gini dong! Aku juga sedih melihatnya. Aku baik-baik aja kok!" Batinku sangat tersiksa karena mendengar isak tangis mereka.

Tiba-tiba saja seperti ada yang menepuk halus bahu Leo. Leo mendongakkan kepalanya ke arah bahunya.

Ditatapnya sebentar, lalu dia memeluknya.

"Menangis?" Wanita itu membalas pelukannya.

"Maaa!!! Aku gak mau merasa kehilangan lagi!" Leo tambah menangis.

Mama Leo melepaskan pelukan itu. Ditangkupnya kepala Leo. Dihapusnya airmata Leo dengan lembut.

"Yang bilang bahwa kamu akan merasakan kehilangan untuk kedua kalinya siapa?" Leo menggeleng tak tau. "Mama pastikan kamu tidak akan pernah merasakan kehilangan untuk kedua kalinya! Mama tau dan Mama yakin, Alex adalah wanita yang sangat kuat. Sekarang pergilah temuinya, jangan pernah menampakkan sedihmu karena dia, karena kalau kamu begitu, dia akan sangat sedih. Cium lah keningnya! Sekarang!"

Mama Leo pergi entah kemana. Leo berdiri dengan gemetaran. Dia lari menghampiri aku yang tengah terbaring.

Dihempasnya tubuhnya dengan kasar di samping tubuhku.

Leo menghelus lembut rambutku. Dia tidak peduli dengan rambutku yang terus berguguran. Ditempelnya bibirnya di keningku dengan sangat lama.

Dilepaskan ciumannya sebentar."Teruslah bertahan sayang!" Lalu dilanjutkannya kembali mencium keningku. Airmata nya sangat terasa di keningku. Keningku tidak lagi basah karena keringat, melainkan airmatanya.

Look At Me!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang