Pagi bertemu lagi dengan kami semuanya. Aku merasa untuk tidak mau malam kemarin usai. Aku masih mau menikmati bahagia seperti itu.
Sebelum turun ke bawah, kuambil foto di laci mejaku. Ayah aku merindukanmu. Tiba-tiba bahuku terasa lebih berat sedikit.
"Apakah itu kau?" Tanyaku yang tak dijawab.
"Apakah kau tau Ayah? Anakmu malam tadi ditembak! Aku sungguh malu dan bahagia! Ternyata anakmu yang begini masih ada yang punya perasaan khusus ke aku."
Bahuku terasa semakin berat.
"Ayah bahagia atas kejadian malam tadi! Semua aktivitasmu malam tadi ayah tau itu! Ayah percaya sama Leo, dia anak yang baik dan juga bertanggung jawab. Ayah harap kamu jangan bersedih lagi? I Love You sayang!"
Itu suara ayah. Suara Ayah menggema di dalam kamarku. Tiba-tiba bahuku terasa ringan seperti semula.
Air mataku mulai tumpah.
"I Love You Too My Dad!"
"Aku berjanji aku bakalan bahagia!"
Aku hapus air mataku. Kuturunin anak tangga. Aku pergi ke meja makan.
"Kayaknya bahagia banget? Dari malam tadi lho mamah perhatiin." Rayu mamah.
"Mamah? Bagaimana perasaanmu jika anakmu ini telah jadian sama seseorang?" Aku bertanya sembari menyodorkan roti tawar ke dalam mulutku.
"Seneng dong! Emangnya kamu jadian?"
Aku mengangguk malu.
"Anak mamah udah bisa main cinta-cintaan ciee." Ejek mama.
Aku jadi tambah malu.
"Tak usah malu begitu."
Aku mendongak ke atas lalu tersenyum.
"Kamu jadian sama siapa sayang?"
"Sama Leo." Aku tersenyum.
"Selamat ya, semoga langgeng."
"Em aamiin."
Roti tawar di atas piringku telah habis kusantap. Kuambil tangan mamaku lalu aku mencium punggung tangannya itu. Aku pamit untuk pergi ke sekolah.
Hari ini sengaja aku tak mau barengan dengan Leo, aku masih malu atas kejadian malam tadi.
Pak Agus memberhentikan mobil tepat di depan gerbang sekolahku. Aku menghirup udara yang lumayan banyak, lalu kuhembuskan dengan lembut.
Kulangkahkan kakiku menuju koridor kelasku. Pagi ini masih tampak sangat sepi. Aku bersyukur karena tidak ada yang bisa mengejekku karena mereka belum ada yang datang.
Kutaruh tasku di bangkuku. Aku tenggelamkan kepalaku diantara tanganku yang berada di atas meja.
Ada yang menyentuh bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me!!!
RandomSemuanya berubah dalam seketika, saat aku menghadapi kenyataan-kenyataan yang begitu pahit! Direndahkan? Disepelekan? Tidak dianggap? Diacuhkan? Dicaci? Sudah biasa aku terima. Menyakitkan? Jelas, tapi inilah rintangan hidup bukan? Yang harus kita h...