Trauma

11 0 0
                                    

Aku pingsan selama di perjalanan.

Aku tidak tau dimana sekarang.

Saatku berada di suatu ruangan, aku mulai mengerjapkan mataku dengan sakit.

Kamar...

"Hai sayang?" Rio mencolek pipiku dengan lembut.

"M-mau apa kamu?" Aku kaget dan sangat khawatir di dalam hati.

"Mau jadi pacarku?" Rio menampakkan sebuah cincin yang sangat indah.

Aku langsung menggeleng dengan cepat.

"Tidak usah ketakutan begitu cantik!" Rio mulai menghelus pipiku dengan sangat tidak sopan.

Tangannya terus menuruni mukaku hingga berakhir di kancing bajuku.

"Lepas!"

"Tidak semudah itu!" Rio sedang menuju wajahku.

Sedikit lagi dan 'Brakkk'

"Jangan macam-macam!"

Rio berdiri lalu menghampiri ku. "Kok kasar sih?"

"Aku cinta sama kamu lho, tapi karena kamu bersikap begini maka aku..... AKAN SANGAT MARAH KEPADA MU!!! JADILAH MILIKKU SEUTUHNYA SEKARANG! KAU AKAN MENGHAMILI ANAK KU SEKARANG! Akhhh akan kubuka baju mu sayang ku, kau suka bukan?!" Rio berdiri sambil membuka bajunya, dan melemparnya ke sembarang arah.

"Gak! Rio sadar! Ini perlakuan yang gak baik!" Aku terus meronta-ronta.

Rio menyerah, dia keluar dari kamar, lalu mengunci ku di dalam kamar.

Saat itu juga Leo tengah mencariku.

"Aku harus gimana?!"

Rean dan Andini juga ikut pusing.

"Seharusnya aku selalu ada sama Alex, seharusnya aku tadi sama Alex! Dasar cowok gak guna aku sebagai pacaranya!" Leo memarahi dirinya sendiri.

"Bro, ini bukan salah kamu, ini--"

"Ini salah aku Rean!!!" Leo memotong ucapan Rean.

"Coba tanya sama Bik Ainun, sebentar aku sms beliau." Kata Andini dengan tenang palsunya.

Tidak lama kemudian sms dari Bik Ainun masuk.

"Ini alamat rumahnya....tapi kok kayak di tempat yang sepi yah?"

"Bodo amat, aku harus ke sana sekarang juga!"

"Aku ikut sama Andini!"

Leo berdiri tanpa menoleh ke arah mereka. "Kalian panggil polisi dan pergi bersama mereka ke sana. Biar ini jadi urusan aku!"

Rio kembali membawa tali dan kain.

Diikatnya tangan dan kaki ku. Lalu ditutupnya mulutku dengan kain.

Aku meronta sejadi-jadinya hingga tak sedikitpun energi yang dapat ku gunakan.

Rio mulai menghelus pipiku lagi. Dan dia mencoba untuk menyiumku lagi. Aku menghindar.

"Okeh okeh, gak mau dicium? Baiklah... Mari kita ke intinya!"

Rio mulai memegangi bajuku. Dipegangnya kancing atasku. Dibukanya satu kancing. Aku meronta-ronta tidak jelas.

Rio marah, dia menampar pipiku dengan keras hingga tubuhku jatuh tertidur di lantai.

"Upssss, maap gak sengaja, habisnya kamu sih ngelawan mulu!" Rio berucap tanpa rasa bersalah.

Lalu Rio mulai ke kancing bajuku yang selanjutnya.

'Brakkk!'

Pintu kamar terbuka dengan keras.

"Anjix bangsad babi jancok lo bajingan!" Leo meraih kerah baju Rio lalu menonjoknya dengan keras.

Sedang aku bersusah payah untuk duduk.

Leo menghampiri ku lalu melepas semua ikatan yang ada di tubuhku.

Lalu Leo menghampiri Rio kembali yang tengah bersimpuh darah di bibirnya.

"Bajingan! Sampah lu babik!"

Leo menendang Rio dengan keras. Rio berdiri dengan susah payah. Rio melemparkan tinjuannya ke arah Leo. Leo berhasil menangkap tangan Rio.

"Apa yang lo lakuin pada cewek gue, akan berimbas penyesalan!" Leo meninju perutnya Rio hingga Rio terpental ke dinding dengan keras.

Leo menginjak pundak Rio dengan keras. Badan Rio tertidur di lantai kamar. Diinjaknya lagi perut Rio. Ditendangnya tubuh Rio.

Rio sekarang sedang banyak mengeluarkan banyak darah.

"Ini yang terakhir...."

"Rio cukup!" Rean mencegat Leo dengan cepat sedang Andini tengah berusaha menenangiku.

"Rean! Cewek gue dilecehin! Aku gak terima!"

"Kalo kamu begini, kamu juga bisa masuk penjara kalo dia mati! Udah biar polisi yang nanganin!"

Polisi segera menangkap Rio. Salah satunya berkata "Terimakasih kerjasamanya!"

Leo menghampiriku. Dia terduduk lemas sambil menangis.

"Lex? Maafin aku!"

"M-menjauh! Menjauh kalian semua! Kalian mau ngapa-ngapain aku kan?" Aku mundur ketakutan.

"Lex? Ini kami!" Ujar Andini.

"Gak!" Aku memegang rambut ku dengan kasar.

Tiba-tiba Leo memelukku dengan sangat kuat. Aku meronta-ronta untuk dilepas.

"Lepas! Arghhhh!"

Semakin aku meronta, semakin kuat pelukannya.

"Aku di sini sayang, aku akan terus bersama mu, aku tidak akan meninggalkanmu!"

Sedikit demi sedikit aku mulai tersadar.

Leo melepasku saat tubuhku tidak meronta lagi.

Kupandangi semuanya dan berakhir di Leo.

"Le-o?"

"Yah sayang?"

Aku peluk kuat tubuh Leo. "Aku takut arghhh!" Aku menangis sejadi-jadinya.

Leo membalas pelukanku dengan sangat kuat.

"Aku di sini!"

Look At Me!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang