Kudapati milikku

5 0 0
                                    

Aku bersyukur ayah sekarang sudah membaik keadaan batinnya tetapi tidak untuk fisiknya.

Sering kuintip diam-diam dari balik pintu kamarnya, rambutnya yang masih hitam segar berguguran dengan banyak.

Rambut tersebut sepertinya tidak mementingkan kepala ayahku lagi.

Kapan kau bisa jujur padaku Yah? Aku sudah tau semuanya.

Ingin rasanya aku memeluk ayahku ketika mendapati nya begitu. Ingin rasanya aku menyemangitanya terus sampai dia sembuh?

Aku yakin dia pasti bisa sembuh.

Sekarang aku sudah pulang dari sekolah, dan Ayah juga pulang cepat.

Terlihat kepala ayah yang sedikit jarang dengan kepergian rambutnya. Kasihan sekali dia.

Ayah mengajakku pergi entah kemana. Aku menurut.

Ayah diam sambil menyetir, akupun tak bisa membuka obrolannya.

Hening.

Aku membuka mulut ingin bicara tapi kubuanng niatku lalu menutup mulutku lagi.

Ayah memulai obrolan.

"Bagaimana jika ayah meninggalkanmu?"

JLEB!

Apa ini? Kode untuk itukah? Ah pasti bukan! Aku harus possitif thinking.

"Maksudnya?" Tanyaku seperti tidak apa-apa.

Ayah diam tak menjawab. Dia tersenyum ke arahku sepintas lalu menoleh ke depan lagi.

"Ayok turun." Ujar Ayah turun dari mobil deluan.

Tempat ini? Bukankah tempat ini? Ah aku merindukannya! Ya inilah tempat yang sudah lama tak ku kunjungi.

"Kamu ingat?"

Aku tersenyum manis melihat tempat ini.

"Tentu."

"Ada lagi kejutan buatmu."

"Apa Yah?" Tanyaku tak sabaran.

Ayah menunjuk pohon rimbang di depan sebelah kanan dari kami. Spontan aku langsung mengikuti arah jari telunjuknya.

Perlahan muncul sosok perempuan yang sepertinya tak asing bagiku.

Mama? Oh tuhan! Inikah kejutan buatku?! Tapi aku tak sedang ulang tahun.

Aku memeluk dia. Dibalsnya pelukanku.

Aku menangis rindu, diapun begitu.

"Tugas mama selesai...."

"Terimakasih ma sudah membuktikan semuanya."

"Kewajiban mama."

Aku memeluknya sejadi-jadinya.

"Mama minta maaf---"

"Untuk apa?" Potongku.

Aku melepaskan diriku dari tubuhnya.

Mama terdiam sejenak, diambilnya udara yang segar lalu dikeluarkannya secara perlahan. "Mama tau kamu sering dibully karena dirimu sebagai---"

Kututup mulut mamaku dengan jari telunjukku, "Tidak ada yang salah di sini, hanya situasi saja yang kurang mendukung." Ucapku menenangkan.

"Gloria?"

Aku tersontak kaget mendengar nama itu keluar dari bibir mama.

"Mama tau dia?"

"Dia anak tiri mama." Ucap mama melihat ke bawah.

Apa lagi sih? Kenapa jalannya begitu rumit? Apa tidak puas tuhan memberi aku masalah?

"Kok bisa?" Hanya itu yang bisa kulontarkan.

"Cerita nya panjang, bukan sekarang saat yang tepat. Gloria juga bakalan sekolah di luar negri karena patah hati yang disebabkan oleh Leo."

"Sampai begitu?!"

Aku tak percaya. Ternyata memang cinta bisa membodohi akal sehat manusia. Untung saja Gloria tidak sampai bunuh diri.

Aku harap Gloria mendapatkan yang lebih pantas dari Leo di luar sana.

"Terimakasih." Ujar Mama kepada ayah.

Ayah tersenyum sambil mengangguk.

"Maaf juga untuk semuanya." Lanjut Mama.

Ayah ku tersenyum lagi, "Tak usah meminta maaf. Kita ulang semuanya dari awal."

"Kamu serius Xeo?"

"Tentu Canxe Groxia. Bukankah kamu juga sudah?"

"Ah tau dari mana kamu?" Mama sepertinya sudah tau maksud dari pertanyaan ayah.

Aku bersyukur akhirnya keluarga kita utuh lagi. Terimakasih tuhan! Kupeluk mereka berdua di genggamanku.

Ternyata indah ya begini? Aku merindukan ini semua.

Terimakasih tuhan engkau telah mengembalikkan apa yang kau ambik sementara ini.

Look At Me!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang