16. Rumah Sakit

5.6K 238 0
                                    

Rafa pov

Karena besok gua libur sekolah, malam ini gua memutuskan untuk menginap di rumah sakit bersama om Wijaya. Rencana kita ke dufan besok juga batal karena kondisi Ana yang tidak memungkinkan.

Jam delapan tadi malam gua izin pulang karena harus ganti baju seragam. Ibunya Ana pun harus pulang tadi sore karena Anjani lagi rewel dan pihak rumah sakit juga melarang anak balita berlama-lama di dalam rumah sakit.

Kebetulan kamar yang di tempatin Ana ruangan VIP, disini cuma ada sofa bed sama kursi tamu masing-masing satu. Gua menyuruh om Wijaya buat istirahat aja di sofa bed biar gua yang nemenin Ana di sampingnya.

Sekarang jam menunjukkan pukul 11 malam, gua belum bisa tidur karena masih mau menunggu Ana sadar dari pingsan nya.

"Maafin gua An, gua lalai menjaga lo"

"Apa yang udah di ucapkan Aurel itu gak benar, gua harap lo bisa percaya sama gua." Gumam gua sambil mengelus tangannya.

"Setelah lo sadar gua janji bakal ngajak lo ke suatu tempat yang gak akan pernah bisa lo lupain." Gua meletakan tangan Ana ke pipi gua.

***

Jam 3 pagi gua merasa tangan seseorang yang gua genggam bergerak. Gua mengangkat kepala, karena posisi tidur gua duduk dan kepala gua letakin di sebelah tangan Ana.

Gua senang melihat Ana sudah sadar, dia lagi pegangin kepalanya yang sudah tertutup perban.

"An.. syukurlah lo udah sadar."
gua mengelus punggung tangannya.

Ana menangis menatap gua
"Jangan deket-deket gua lagi!"

Dia langsung buang mukanya dan gak natap ke gua.

Gua natap dia khawatir "Kenapa?"

"Gua gak mau berurusan sama mereka, sekarang lo keluar!"

"Tapi An.. lo salah paham. Apa yang udah Aurel bilang itu gak bener "

"Gua bilang keluar!"

Gua gak tega melihat air mata Ana keluar dengan deras. Gua pun nurut keluar.

Om Wijaya yang sedang tertidur pun terbangun karena mendengar suara gaduh.

Om Wijaya menghampiri kita berdua "Kenapa nangis, nak? masih sakit kepalanya?"

"Yah, suruh dia keluar!" Ana memeluk tubuh ayahnya sambil menangis sesegukan.

Gua tersenyum menatap om Wijaya "Gapapa om, saya di luar aja."

Om Wijaya mengelus bahu gua, gua pun beranjak keluar.

Dari luar sini gua masih bisa dengar percakapan Ana sama Ayahnya.

"Ana gak mau ngeliat dia lagi Yah hiks"

"Kenapa, nak?"

"Dia udah bohong sama Ana."

"Iya bohong kenapa?"

"Dia jahat yah, dia ngedeketin Ana karena ada maunya hiks."

"Ya ampun An, segitu percayanya lo sama ucapan Aurel?" gumam gua dalam hati.

Rasanya gua bener-bener mau peluk Ana, gua mau jelasin ke dia kalo semua ini gak benar. Tapi kayanya dia udah ke hasut duluan sama ucapan Aurel. Tapi gua janji gua bakal jelasin ke Ana kalo kondisi dia udah membaik.

"Rafa udah nolongin kamu loh, dia yang udah bawa kamu kesini."

"Kamu gak usah mikirin orang yang udah celakain kamu, karena ayah udah minta sekolah bakal mengeluarkan mereka bertiga dari sekolah itu. Tapi kalo mereka gak mau keluar dari sekolah, ayah yang akan memilih sekolah baru untuk kamu." Lanjut om Wijaya.

Ana bakal pindah sekolah?

Gak akan, gua harus cegah semuanya.

Dari luar sini gua masih bisa dengar suara isakan tangisnya Ana yang belum juga berhenti menangis.

***

Anastasya Pov

Pagi ini gua bangun jam delapan, karena sahabat-sahabat gua datang menjenguk, ada Raka sama Zavier juga disini.

Ayah gua pulang sebentar katanya mau mandi sama sekalian jemput Ibu gua.

"Seharusnya nih An, kemarin lo jambak aja rambutnya si Aurel sampe botak." Ucap Mina geram.

"Gak habis pikir gua, masih ada aja cewek berantem cuma gara-gara satu cowok" Kini Yusi yang ngomong.

"Aurel emang terkenal gitu, suka labrak sana-sini. Gua denger-denger sih, dia suka nyolong juga di kantin." Balas
Zavier.

"Tau dari mana lo?" Tanya Mina.

"Si Zavier kan temennya kebanyakan kakak kelas, jadi serba tau." Jawab Raka.

"Gila tuh cewek. Emang udah harusnya dia di keluarin dari sekolah ini!" -Yusi

"Kita bakal terus dukung lo, An. Gua gak terima kalo mereka bertiga masih di terima di sekolah ini." Balas Arkan sambil nyemilin biskuit regal yang ada di atas nakas.

"Kalo bisa sih mereka bertiga tuh di penjara!" Kini Nando yang bicara sambil makanin anggur.

Tiba-tiba gua kepikiran Rafa karena semalam gua udah ngusir dia.

"Rafa dimana?"

Hening.

"Rafa dimana?!" Tanya gua sekali lagi dengan sedikit membentak.

"Lagi di sekolah, nyelesain masalah ini." Jawab Zavier.

"An, apa lo percaya sama ucapan Aurel tentang Rafa kemarin?"
Tanya Mina tiba-tiba.

Cklek

Pertanyaan Mina tadi belum gua jawab, karena pintu ruangan tiba-tiba terbuka.

"Eh tuh Rafa," Raka menyadari kedatangan Rafa.

"Yaudah yuk balik, kasih waktu buat mereka berdua." Ujar Nando yang selalu peka.

Mereka semua pun bergegas untuk keluar ruangan.

"Eh, mau kemana lo pada? kok udah mau balik aja?" Tanya Rafa bingung.

"Itu si Ana butuh lo." Jawab Yusi.

"Yaudah kita balik ya, Fa?" Pamit Raka mewakilkan.

"Thanks ya semua."

Rafa mengantar mereka sampai di luar.

Gak lama kemudian Rafa memasuki ruangan gua lagi.

"Ana.." Dia duduk di kasur samping gua terus meluk gua.

Gua belum bisa maafin dia, gua bener-bener kecewa sama apa yang udah dikatakan Aurel.

"Lo dengerin gua baik-baik ya, An?"

"Gua sama Aurel emang satu kelas. Tapi gua gak pernah pacaran sama dia, apalagi ngomong sama dia. Aurel emang udah lama suka sama gua, dan gua udah mengetahuinya dari dulu. Asal lo tau, gua sama sekali gak pernah balas perasaannya dia, An."

Gua membalas pelukan Rafa.

"Maafin gua Fa, gua salah sangka hiks."

Rafa menyadari isakan tangis gua, dia melepaskan pelukannya.

Rafa menyeka air mata gua, dia natap gua lekat.

"Kenapa nangis? lo gak salah An, lo cuma kehasut sama perkataannya dia. Lain kali jangan mudah percaya sama omongan orang yang baru lo kenal, ya?"

Rafa menggenggam kedua tangan gua "Maafin gua ya An, gua lalai menjaga lo."

"Jangan nangis lagi ya? karena sekarang kita batal ke dufan, jadi gua janji bakal ngajak lo ke suatu tempat yang gak akan pernah bisa lo lupain meskipun bukan dufan."

Rafa tersenyum menatap gua.

***

Post di insta story kamu bagian part mana yang kamu suka nanti aku repost. Jangan lupa tag instagram keduanya @salshasyf dan @ambareesh2020_

My Boyfriend Is KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang