30. Buat Apa Kita Bareng?!

4.2K 169 16
                                    

Ana pov

Gua tau gua salah, salah banget.. karena gua gak lebih dulu untuk mendengarkan penjelasan nya Rafa tadi. Besok gua bakal memberanikan diri untuk mengakhiri hubungan ini demi diri gua dan demi keluarga gua. Gua yakin Rafa bakalan mendapatkan perempuan yang lebih baik dari gua.

Semenjak ayah bilang 'gua harus jauhin Rafa' gua jadi suka melamun, mengurung diri di dalam kamar, sampai-sampai waktu gua untuk menyendiri sambil melihat bulan dan bintang di atap rumah jadi tidak sempat.

Kenapa semuanya harus terjadi? kenapa semuanya berubah disaat gua mulai sayang-sayangnya sama Rafa?

Gua benar-benar kecewa sama diri gua sendiri. Gua wanita egois yang maunya selalu ingin dimengerti tanpa memikirkan perasaan orang lain. Padahal orang tua gua cuma mau hidup gua tenang tanpa ada yang mengusik kehidupan gua, tapi kenapa sesedih ini akan kehilangan Rafa? padahal kan, dulu gua benci banget sama dia. Tapi ternyata semudah itu gua langsung sayang sama dia.

"Ana.."

"An, ayo kita berangkat."

Gua mengusap air mata dengan kasar, gua sampai tidak sadar dengan kedatangan ibu gua.

"Kamu baik-baik aja?" Gua mengangguk.

Malam ini orang tua gua mengajak makan malam bersama teman bisnis ayah. Gua memaksa tidak mau tapi ayah tetap memaksa gua, karena menurut dia ini penting.

"Sudah siap? yuk." Tanya ibu gua sembari merapikan kembali dress gua.

"Jani?"

"Jani gak ikut sayang, ibu titipin sama mamahnya Arkan."

Ibu merangkul gua untuk turun menemui ayah, ayah pun sudah siap dengan mobil yang sudah di panaskan.

"Anak cantik sudah siap?" Tanya ayah yang gua balas dengan anggukan kepala.

Gua masuk ke dalam mobil, kita bertiga pun mulai melaju ke rumah teman ayah yang gua gak tau dimana alamatnya.

***

Sekitar 30 menitan kita sampai di rumah teman ayah gua yang dibilang cukup mewah, karena ada taman yang menurut gua lega banget, terus ada kolam renangnya juga.

Gua berjalan di dampingi kedua orang tua gua. Penghuni rumah mewah itu pun menyapa kita dengan ramah.

"Astaga... jadi ini Ana, anakmu?" Tanya om yang memakai kaca mata itu, yakni temannya ayah.

Ayah gua tersenyum sambil peluk ala-ala anak laki gitu "Iya, ini Anastasya."

"An, ayo." Desis ibu gua, gua pun paham dengan maksud ibu gua.

"Kenalin om, tante, saya Anastasya." Gua salim ke sepasang suami istri itu.

"Kenalin, saya Retno dan ini suami saya Fahmi."

Tunggu-tunggu, kok gua kaya pernah dengar nama ini ya? tapi dimana?.

"Cantik banget Ana.. kamu buatnya pake apa sih, Ine?" Goda tante Retno ke ibu gua.

"Ah.. kamu ini bisa aja." Ibu gua terkekeh.

"Yasudah yuk kita ngobrol di dalam." Om Fahmi mempersilahkan keluarga gua untuk masuk.

Gua menatap ke sekeliling ruangan sepasang suami istri itu dengan kagum. Masa iya, rumah semewah ini hanya mereka berdua penghuninya?.

"Ana, kemarin kamu baru dapet musibah yang kaya dulu lagi ya?" Tanya tante Retno.

Gua tersenyum memperlihatkan gigi "Iya tante."

"Kamu gak usah khawatir ya, dua anak remaja yang sudah celakai kamu kemarin sudah kita datangi kerumahnya sembari membawa polisi. Yang namanya Aurel tidak mau keluar karena takut berhadapan dengan polisi. Ibunya juga mohon-mohon ke ayah kamu agar mencabut proses hukum ini. Akhirnya ayah kamu mencabut semua proses hukum ini dengan syarat mereka berdua tidak boleh mengusik kehidupan kamu lagi."

My Boyfriend Is KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang