CHARLIE CHARLIE

124 6 0
                                    

Berdasarkan Kejadian Nyata
Dialami Oleh Fina, Cicis, Lita & Shawier

Kendari, Sulawesi Tenggara. Jum'at 27 Desember 2019.

Malam menujukan pukul 8 saat Aku, Lita, Fina dan Shawier sedang duduk santai diruang tengah rumah Fina. Malam itu dirumah Fina sedang tidak ada orang, Ibu-Bapaknya sedang berpergian.

Saat itu Lita yang sedang gabut tiba-tiba mengusulkan untuk bermain Charlie Charlie dan disetujui oleh Shawier dan Fina yang nampak antusias, namun tidak denganku, Aku menolak karena tidak ingin kami mendapat masalah jika memainkan permainan ini. Tetapi mereka meyakinkanku dan akhirnya aku ikut dalam permainan ini.

Charlie Charlie adalah permainan pemanggil roh yang berasal dari Meksiko. Konon anak-anak pada saat itu mampu menghubungi roh seorang anak yang bernama Charlie. Permainnanan ini telah ada sejak puluhan tahun lalu, namun santer terdengar tahun lalu saat tagar #CharlieCharlieChallenge hits dikalangan netijen.

Saat bermain Charlie Charlie medianya adalah sebuah kertas bertuliskan YES-NO dan dua buah pensil, namun pada saat itu tidak ada pensil dan kami menggantinya dengan dua buah lidi.

Setelah memahami peraturan permainan kami pun memulainya. Kami berempat duduk ditengah gelap melingkar sambil berpegangan tangan, sumber cahaya kami hanyalah flashlight yang berasal dari hp.

Kami memulai permainan ini dengan mengucap Basmalah, terdengar aneh bukan? Namun melakukan apapun memang harus dimulai dengan Bismilah bukan? Ah sudahlah..

" Charlie.. Charlie apa bisa kita main? "

Itu adalah mantra untuk memanggil Charlie, kami mengulanginya hingga beberapa kali. Saat itu mataku fokus kearah kertas lalu kulirik kearah tiga temanku, hanya Shawier yang menutup matanya.

Entah apa yang terjadi padaku malam itu, tiba-tiba aku merasa pusing dan sesekali kugelengkan kepalaku untuk menghalau rasa pusingku. Aku sedikit tersentak saat merasakan tangan Fina yang seakan mengeratkan peganganku ditangannya, akupun meliriknya yang ternyata masih fokus melihat kearah kertas.

Kami masih mengucap mantra dan tidak ada tanda-tanda jika Charlie akan menggerakan lidi-nya kearah Yes. Aku berpikir ini hanyalah omong kosong namun aku masih ingin mengetahui kelanjutannya.

Tiba-tiba kedua pundakku terasa panas, seperti sesuatu yang menyentuhnya, namun aku tak memperdulikan dan tetap fokus kepermainan.

" Charlie.. Charlie apakah kau nyata? "

Kami mulai membaca mantra lainnya tetapi masih tidak ada respon. Mataku yang terus fokus kearah kertas dan lidi itu tiba-tiba saja melihat bayangan seperti lidi tersebut akan bergerak kearah Yes, tapi hanya pergerakan kecil dan hal tersebut tidak disadari oleh ketiga temanku. Kupikir munkin hanya perasaanku saja.

Karena merasa permainan tidak berhasil akupun berkata bahwa kita harus menghentikan permainan ini.

" Charlie.. Charlie.. apakah kita bisa berhenti bermain? "

Kami kembali mengucap mantra tersebut, menurut peraturan permainan saat ingin menghentikannya tak peduli jika ada jawaban atau tidak kita harus tetap menghentikannya.

Dengan cepat kami mematahkan kedua lidi tersebut dan membakar kertas itu beserta lidinya, menurut peraturan, kedua benda tersebut memang harus dibakar karena berpotensi menjadi inang dari roh-roh yang dipanggil.

Setelah permainan selesai kami tidak sabar menceritakan apa yang saling kami rasakan, terlebih Fina kami yakin Ia mempunyai cerita yang membuat kami kembali merinding.

Dengan tidak sabaran kami mulai menceritakan apa yang kami rasakan, dimulai dari Shawier, Ia menceritakan saat awal permainan Ia merasa Pusing mendera kepalanya, sama sepertiku, lalu Ia tak merasakan apa lagi.

Lalu Lita, Ia juga merasakan hawa panas dibelakangnya. Padahal saat itu kipas tengah diarahkan ke kami. Lalu giliranku menceritakan apa yang kurasakan.

Terakhir tibalah Fina yang menceritakan apa yang Ia rasakan, aku menyiapkan mental akan mendengar kejutan merinding darinya.

Fina berkata saat sedang memanggil Charlie ruangan ini sesak dipenuhi oleh makhluk tak kasat mata, saat mendengar itu kami semua kaget, terutama diriku yang langsung merinding dan teringat adegan di film-film horror yg pernah kutonton.

Ia juga bilang jika makhluk makhluk tersebut ingin menggerakan lidi itu namun tidak bisa karena cahaya flashlight yang menyorotinya. Fina juga bilang itulah sebab kami merasa pusing , punggung panas karena mereka berusaha masuk kedalam permainan.

Lalu Fina bilang saat aku berkata kita harus mengakhiri permainan ini, makluk-makluk itu menatap datar kearahku, mendengar hal itu bulu kudukku kembali meremang membayangkan ditatap oleh makkluk tersebut.

Fina kembali bercerita diantara banyaknya makhluk yang mengelilingi kami ada yang berupa anak kecil dan satu-satunya diantara mereka. Hal itu membuat kami saling pandang

" Itu munkin Charlie.. " Kataku dan diamini oleh teman-temanku.

Ada satu hal yang membuat kami tercengang, yaitu makhluk-makhluk yang mengelilingi kami semua bukan berasal dari rumah Fina, entah darimana Ia tak pernah melihat mereka sebelumnya.

Kami telah salah memanggil mereka, untung saja kami mengikuti peraturan permainan dan tidak mendapat masalah. Karena kejadian ini kami berjanji tidak akan memainkan permainan seperti ini lagi, atau munkin kami akan mendapat masalah.

PENGALAMAN JANGGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang