Bab 6
Mimpi Buruk.
Aku membuka mata lantaran cahaya matahari yang menyeruak masuk ke dalam kamarku, seperti berlomba untuk membangunkanku dari tidur panjang. Dan ouh, badanku kenapa rasanya seperti mau rontok, padahalkan pekerjaanku kemarin hanya berkebun. Mungkin ragaku yang tidak pernah olahraga selain karena pelajaran penjaskes jadi kaget.
Aku mengerang dan membuka mataku, samar-samar aku bisa melihat siluet seseorang, si pelaku yang membuka jendela kamarku.
"Selamat pagi, Putri Kesara."
Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah di sini. Pertama, sejak kapan mama mengganti namaku menjadi Putri Kesara. Kedua, rumahku yang kecil itu bahkan tidak punya pembantu, pelayan dan semacamnya.
Aku mengabaikan sapaan ramah cewek itu. Mataku sibuk memjelajahi kamarku yang super berbeda dari biasanya. Dimana senthir antik itu? Juga dimana tas biru usangku yang walaupun sudah jelek tapi itu berharga banget. Juga diman—
ASTAGAH! DEMI DEWA ZEUS DAN SELURUH DEWA LAINNYA! Ini bukan kamarku atau kamar Kakek Sam! Astagah! Ini bahkan bukan rumah Kakek Sam! Aku menggigit pipi bagian dalam untuk memastikan bahwa ini hanya mim— oh shit! Ini bukan mimpi! Jadi...
Dimana aku sebenarnya?
"Putri Kesara?"
"HAH?" aku tergagap.
Serius, adakah yang lebih sinting dari ini?
Memori otakku memutar waktu kejadian malam itu, semua berawal dari buku death note itu kemudian surat-surat Kakek Sam kepada Nenek Anjani, kemudian pada pertanyaan super aneh di belakang buku itu.
Aku nge-blank!
Aku memandang cewek yang ASTAGAH! itu kan Maretta! Kenapa dia bisa disini dan wait! Pakaian yang dia kenakan ini, apa tren jaman sekarang? Maretta kan anak beken, gak mungkin kan dia pakai pakaian semacam itu tap—
"Putri Kesara tidak apa-apa? Putri tampak pucat."
Ucapan Maretta juga tampak aneh dan demi Tuhan! Siapa yang dia panggil dengan Putri Kesara?! Atau dia bukan Maretta?
"Putri, apa perlu saya panggilkan tabib istana?" Maretta jadi-jadian ini menatapku khawatir. Aku jadi tidak enak mencuekinya sendari tadi. Tapi kan aku tidak bermaksud tidak sopan padanya aku hanya.. kaget.
Oke, sepertinya aku harus ber-akting menjadi Putri Kesara.
"Eng— eh," aku menggeleng pelan merasa tidak cocok, "Tidak usah, aku baik-baik saja." Sautku cepat.
Sial, gaya bahasaku kenapa jadi aneh begini? Tapi jika aku berbicara dengan gaya bahasaku yang biasanya, Maretta KW ini apa nggak kaget?
"Benarkah begitu, Putri?"
Aku mengangguk cepat, " Iya, a-aku tidak perlu tabib."
Setelah mendengar jawabanku dia tersenyum lega, "Baiklah Putri, nah sebaiknya kita harus mulai bersiap-siap bukan?"
Eh bersiap-siap untuk apa? Celaka! Aku bahkan tidak tahu wujud, bentuk, rupa, dan sikap Putri Kesara ini. Aku harus bagaimana dong?
"Ya. Baiklah." Jawabanku aman kan?
"Mari Putri," Maretta jadi-jadian ini menyilahkan aku untuk berjalan dulu, tapi aku kan tidak tahu harus kemana!
"Bisakah kau tunjukan tempatnya?"
Aku bahkan dapat dengan jelas melihat raut kebingungannya karena ulahku, tapi aku benar-benar buta arah. Aku tidak tau apa yang biasanya dilakukan Kesara ini, juga aku tidak tau kami harus bersiap-siap untuk apa. Tapi, Maretta KW ini tetap mengikuti perintahku.
![](https://img.wattpad.com/cover/209855976-288-k606895.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kira's Time Traveller
FantasyAda banyak hal di dunia ini yang Kirana benci. Tapi, posisi nomer satu diambil oleh Pelajaran Sejarah juga Bu Maryam guru sejarahnya, lantaran Kira selalu kena hukum. Pokoknya Kira benci Sejarah. Selain Sejarah, nomor kedua yang dibencinya adalah Ma...