Bab 9
Marah pada Naresh?
Setelah percakapan 'indah' dengan Isvara aku tidak mengantuk lagi, jam menunjukan pukul sepuluh malam tapi aku sama sekali tidak berminat untuk kembali tidur. Yah sebernarnya ini masuk akal sih, karena aku pingsan atau sebenarnya mati selama empat jam! Gila!
Puri sudah kembali ke kamarnya untuk beristirahat tapi katanya aku bisa memanggilnya kapan pun aku butuh bantuan. Seakan dia sendiri tidak butuh istirahat. Juga silsilah keluarga kerajaan ini akan kuterima besok.
Aku bosan, jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar kamar, karena selama ini aku hanya hafal rute: kamar-meja makan-kamar dan tempat latihan memanah yang aku sudah tidak berminat untuk berkunjung lagi.
Ya sebenarnya aku tidak keluar kamar bukan tidak boleh, tapi aku malas sebagian lagi aku takut tersesat tapi khusus untuk malam ini tersesat pun aku gak takut. Lagian memangnya kenapa?
Aku berjalan tanpa tujuan setiap pelayan yang kutemui memunduk dan kadang juga bertanya aku hendak kemana tapi aku tidak begitu menanggapi, aku tahu mereka cuma basa-basi. Sampai tanpa sadar aku sudah sampai pada taman yang terdapat kolam ikan, lalu duduk di pinggir kolam dan menyambar makanan ikan, berniat memberinya makan. Dan tanpa sadar mulai melamun tentang keberadaanku disini.
Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul, siapa sebenarnya Kakek Sam? Kenapa Kakek punya buku itu? Lalu apa yang dilakukan nenek pada kakek?
Aku menghela napas panjang, tidak tahu harus berbuat apa. Aku terdampar di sini dan tiba-tiba berubah menjadi seorang Puteri. Ini nggak masuk akal bahkan di akalku yang muatannya kecil banget.
Bagaimana kalau ada yang sadar bahwa aku bukanlah Putri Kesara? Bagaimana juga kalau ini salah? Aku rasa aku tidak bisa menjalani semua ini—
"Kau akan membuat ikan disini mati dengan perut meledak jika tidak berhenti."
Aku tersentak dan refleks menghentikan acara membunuh ikan istana ini. Aku meringis begitu melihat hasil perbuatanku kurang dari sepuluh menit. Mungkin memang sebaiknya aku tidak kemana-mana.
"Umm.. Maaf aku tidak bermaksud begitu," aku meletakkan pakan ikan itu dan berbalik bermaksud melihat siapa yang tengah memergokiku. Mataku membulat kaget.
Pangeran Naresh?
Aduhhhh, kenapa sih dari sekian banyak orang istana harus dia? Aku sedang malas berhadapan dengannya tanpa mengingat kejadian memalukan tadi, dan kenapa dia malah ikut duduk bersamaku?
"Kesara.."
Sial! Bagaimana bisa Naresh menyebut nama itu dengan begitu lembut?
"....ya?" aku bahkan nggak berani menatap manik mata itu lebih dari dua detik!
"Besok aku akan pergi."
Tanpa bisa dikendalikan aku menoleh sempurna pada pemuda di sampingku ini. Bagaimana dia bisa dengan tenang mengatakan kalimat seperti itu?!
Bagaimana kalau setelah dia pergi aku dikerjai habis-habisan oleh dua nenek sihir itu?
Aku menelan ludah gugup, aku harus menjawab apa?
"Berapa lama?" tanyaku kembali pura-pura sibuk memelototi ikan.
"Mungkin tiga hari, tapi aku juga tidak bisa memastikan setelah itu aku bisa kembali. Tapi aku berjanji akan kembali setelah semuanya selesai."
"Kau... akan meninggalkanku disini?"
Tangan Naresh terjulur memegang pipiku, menarik ke arahnya. Membuatku mau tidak mau menatap wajah yang tengah tersenyum.
Sial! Dia ganteng banget. Gimana aku enggak luluh?
"Ya. Kau tetap tinggal. Lagi pula ada Puri yang mengurus semua keperluanmu di sini." Katanya lalu menyibakkan rambutku ke belakang telinga.
"Kau cantik dengan rambut barumu."
".....Ha?" aku tidak bisa menahan kekagetanku mendengar komentarnya tentang rambutku. Dia.. menyukainya?
Arghhh! Pasti wajahku merah sekarang!
Naresh terkekeh geli, "Sudah malam Kesara, kau sebaiknya kembali ke kamarmu. Mengerti?"
"Eh? Ya.. Baiklah. Aku sebaiknya kembali, umm selamat malam, Naresh." Dengan cepat aku beranjak, sibuk menutupi kedua pipiku yang dengan kurang ajar merona begitu saja!
Sial! Sial! Sial!
Sepertinya aku jatuh cin—
"Kesara."
Aku menghentikan langkahku, menoleh bingung pada Naresh yang berjalan mendekat.
"Kau salah berbelok Kesara, seharusnya ke kanan," seraya bangkit dari bangku taman dia kembali berkat, "baiklah, ayo aku antar."
Tuhan! Apa yang lebih memalukan dari ini?!!!
....
Saat sudah berada sekian meter di depan kamarku aku memberanikan diri bertanya pada pemuda itu.
"Umm.. boleh aku bertanya padamu?"
Naresh menatapku dengan alis terangkat, "Tentu." jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.
Aku menunduk, "Besok kau berangkat jam berapa?"
"Sebelum pagi."
"Kau butuh sesuatu?" tanyaku hati-hati.
"Umm.. Tidak. Kecuali keselamatanmu. Aku tahu kau tidak bersahabat dengan Putri Isvara dan Selir Selena."
Aku mendongak, menatapnya lekat. Sialan! Rupanya Naresh tahu semuanya dan dia hanya diam saat aku dihina? Keterlaluan! Bagaimana dia bisa bersikap seperti itu?!
"Kalau begitu, seharusnya kau yang menjagaku bukan malah pergi meninggalkanku Pangeran Naresh!"
Kemudian aku berbalik berjalan mendahuluinya. Entah kenapa aku marah pada cowok sialan yang sialnya lagi ganteng itu!
Aku bertambah jengkel saat tahu bahwa...
Naresh sialan itu sama sekali nggak mengejarku!
Arghhhh![]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kira's Time Traveller
FantasíaAda banyak hal di dunia ini yang Kirana benci. Tapi, posisi nomer satu diambil oleh Pelajaran Sejarah juga Bu Maryam guru sejarahnya, lantaran Kira selalu kena hukum. Pokoknya Kira benci Sejarah. Selain Sejarah, nomor kedua yang dibencinya adalah Ma...