Bab 18| Curiga?

658 128 0
                                        

Bab 18

Curiga?









Aku tidak mengerti, sungguh!

Sebenarnya aku sedang apa sih di sini?

Apalagi ucapan Ayah yang meminta Naresh untuk segera bertunangan dengan Kesara. Sial, perutku melilit memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin saja terjadi.

Bertunangan dengan Naresh?

Tidak bisa! Bagimanapun aku bukan Kesara. Jadi, aku tidak akan mengambil haknya. Lagipula hei? Menikah di usia 16 tahun? Mama mungkin akan pingsan jika tahu.

Tapi, bagimana aku menolaknya?

Tunggu,

Saat Ayah meminta permintaan konyol ini kenapa Naresh juga tampak enggan?

Aku menggelengkan kepala, sepertinya pikiranku kacau dan mulai depresi.

"Putri.."

Aku menoleh sumber suara, "Ya? Umm.. Puri kau tahu kan aku bukan seorang Putri yang kau maksud, rasanya aneh kau tetap memanggilku begitu."

Iya, serius deh. Puri tetap memanggilku Putri padahal aku sudah bilang berkali-kali padanya untuk memanggil namaku saja saat sedang berdua.

"Maaf, tapi kebiasaan sulit dirubah."

Nah selalu begitu saat aku menegurnya, aku mengendikkan bahu tanda menyerah.

Saat Puri sudah duduk aku kembali bertanya, "Ada sesuatu yang ingin disampaikan padaku?"

Puri mengangguk, "Ada, Putri. Pangeran Naresh meminta saya untuk memberitahu hal ini pada Putri, bahwa pertunangannya akan dilaksanakan tiga hari lagi."

APA?!

....

Tidak tidak tidak!

Tiga hari lagi? Apa mereka sedang bercanda?

Aku beranjak dari kasur, tanganku masih senantiasa meremas jari-jariku pertanda aku sedang gugup. Aku harus bagaimana? Iya iya saja dengan pertunangan itu?

Tapi, aku bukan Kesara dan aku sama saja membohongi semua orang! Kenapa juga aku harus menjelma menjadi Kesara? Kenapa bukan dayang seperti Puri pasti efeknya akan berbeda!

Aku menghela napas sekali lagi, mungkin menemui Naresh adalah solusi terbaik.

....

Aku berjalan menuju kamar Naresh yang baru kusadari ternyata jauh juga. Dengan gontai aku berjalan, rasanya aku ingin merengek, menangis dan mengakui semuanya, bahwa aku sudah pusing memikirkan ini semua. Apa yang selama ini aku lakukan benar? Bila semua orang memang memutuskan untuk menutup rapat kebenaran kenapa aku keras kepala mendobraknya?

Aku rasa aku sudah sinting. Tapi apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur lebih aku tambahkan saja kecap, kaldu, kerupuk, sambal, ayam suwir alias aku jalanni dan nikmati!

"Putri Kesara, kau tampak tidak gembira."

Entah datang dari mana, tahu-tahu saja Putri Isvara sudah muncul dan berdiri dengan anggun di sampingku. Aku mendengus, malas harus beradu argumen dengan Putri Isvara.

"Bukankah tiga hari lagi kau akan bertunangan dengan Pangeran Naresh, hmm.. jujur saja aku tidak suka mendengarnya." Ucapnya lagi.

Aku menatap Isvara dengan jengah, "Mungkin aku menghormatimu, jadi aku tidak terlalu menunjukan bahwa aku senang. Lagipula, ini karena permintaan Ayahanda,"

Kira's Time TravellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang