16. Secret

457 67 12
                                    

Tatapan renjun belum juga berubah, masih sedatar dan setajam sewaktu ia tak sengaja menemukan shuhua didekat halte bus bersama tiga teman sekelasnya. Sedangkan yang ditatap hanya mampu menunduk dalam keterdiaman yang panjang.

Dibandingkan oleh orang tua atau abangnya, shuhua lebih takut oleh renjun. Karena cowok itu akan benar-benar memarahi dan mengomelinya tak peduli didepan orang tua shuhua sendiri. Dan anehnya baik mama ataupun papa tak pernah ada yang mencegah atau menyela renjun saat memarahi shuhua, mereka seakan mengikhlaskan shuhua untuk dimarahi. Sementara doyoung, abangnya itu jelas tak suka adik kesayangannya dimarahi orang lain yang hanya memiliki status pacar bukan suami, menurut doyoung sih renjun sok ngatur. Tapi mau bagaimana lagi, toh mama dan papa saja biasa-biasa saja sehingga daripada ujungnya ia ribut dengan renjun, doyoung memilih masuk kekamarnya saja.

Ia hanya berpesan supaya renjun jangan sampai menyakiti shuhua baik dengan kata-kata atau secara fisik, apalagi sampai membuat adik tersayangnya menangis.

Renjun menghela nafas kasar, "harus berapa kali sih sha aku bilangin, jangan bikin khawatir." renjun mulai bersuara.

"Maaf. Aku gak tau hp aku mati." cicit shuhua pelan. "Aku baru tau beberapa menit sebelum ketemu kamu pas mau liat jam."

"Kamu kan bisa minjen dulu hp temen kamu buat ngabarin mama atau aku." Renjun masih tak mau kalah.

"Terus tadi juga apa-apaan kamu jalan sama tiga cowok." Sambungnya.

"Kamu tuh cewek sha, kamu gak takut apa diapa apain sama mereka?"

"Mereka temen aku jun." bela shuhua.

"Aku tau. Tapi berteman juga ada batasnya, kamu lebih mentingin aku pacar kamu atau mereka temen kamu?"

Shuhua menghela nafas samar "jun aku gak mau kita berantem cuma karna hal sepele kayak gini-"

"Sepele kamu bilang? Kamu gak liat orang tua sama abang kamu tadi? Gak liat khawatirnya mereka gimana? Oke fine kamu gak ngabarin aku gak papa, tapi kabarin keluarga kamu." Selanya.

"Aku gak ngajak kamu berantem ya sha aku cuma ngasih tau kamu aja. Biar kedepannya kamu gak lakuin hal kayak gitu lagi, biar kamu tau kalo yang kamu lakuin itu salah." Cercanya.

"Iya aku tau, aku ngerti aku juga bukan anak kecil. Aku tau mana yang boleh dan mana yang gak boleh aku lakuin. Jun aku juga kesepian aku butuh temen. Aku pengen jalan-jalan, aku pengen main sama temen aku. Iya aku salah karna gak ngabarin mama sama papa, tapi apa harus sampai segininya kamu marahin aku? Apa kesalahan aku sefatal itu? Toh aku baik-baik aja kan. Aku juga gak pergi sendirian, kalo ada apa-apa sama aku pun ada tiga temen aku yang bisa diandalkan."

Renjun terdiam sesaat, "jadi kamu kesepian karna aku sibuk ngerjain ini itu gitu? Bukannya kamu bilang gak papa kalo aku sibuk."

Shuhua menghela napas lelah, "Jun please, aku ca-"

"Capek? Emang kamu ngapain aja? Emang kerjaan kamu apa aja? Sebanyak apa sampe kamu ngerasa capek kayak gitu? Kamu pikir aku gak capek? Aku jauh lebih capek dari kamu shuhua. Kamu egois tau gak. Kamu bilang kamu bisa ngertiin aku, bakal dukung semua keinginan aku. Tapi apa? Baru segini aja kamu udah nyerah kamu udah bersikap sesuka hati kamu sendiri, kamu udah gak hargain aku."

Hati shuhua mencelos, dadanya terasa amat sakit tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain berusaha agar tangisnya tak pecah dihadapan renjun. "Jun kamu kenapa sih?" Lirihnya.

"Kamu yang kenapa, kamu gak pernah dengerin aku kamu selalu berbuat sesuka kamu. Kamu pikir kamu gak egois?" ucap renjun sedikit meninggikan intonasi suaranya.

Shuhua sedikit tersentak dengan nada bicara renjun. Baru kali ini renjun menaikan nada suaranya.

"Aku egois?" ucap shuhua lirih.

Apology✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang