Shuhua tertunduk merasa kikuk dipandangi oleh jaemin, jeno, haechan jisung dan chenle, terutama tatapan dalam dari jaemin yang membuat siapa pun yangg dipandangnya pasti akan salah tingkah.
Jenis tatapan yang tenang dengan sorot mata sedalam lautan.
Jaemin duduk disisi kiri shuhua sedangkan haechan duduk disisi kanan, disamping jaemin ada chenle yang memandanginya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Disamping chenle ada jisung yang memandang shuhua datar seperti biasa, disamping haechan ada jeno memandang nya dengan sendu.
Saat mereka mendengar bahwa shuhua mengidap kanker stadium akhir, mereka benar-benar sangat terpukul.
Bagaimana tidak selama ini selama hampir 2 tahun, mereka sudah menganggap shuhua seperti adik mereka sendiri. Apa lagi shuhua lebih dekat dengan dengan dibanding dengan temannya sendiri yang hanya bertemu disekolah saja.
Jadi tentu saja kabar tersebut benar-benar membuat kelima pemuda itu bersedih, terutama karena mereka tak bisa melakukan apa-apa untuk membantu shuhua selain berdoa.
"Puas lo bikin kita semua khawatir?" ucap jeno memecah keheningan.
Shuhua menatap jeno sebelum kembali merunduk, "maaf." cicitnya.
"Gak usah sok kuat jadi orang." celetuk jisung membuat shuhua mendongak menatapnya.
Jisung masih menatap shuhua datar sebelum kembali bersuara, "lo bukan ultramen, jadi gak usah sok kuat. Sok-sokan ngadepin semuanya sendiri." Decihnya diangguki haechan.
"Bener, lo kan punya kita kenapa harus ditutupin gini sih? Giliran ngasih tau juga udah parah gini. Lo gak anggap kita keluarga? Seperti kita nganggap lo kayak adik kita sendiri selama ini?" tanya haechan kecewa.
Shuhua menggeleng pelan, "nggak gitu kak, Aku cuma..."
"Cuma gak mau keliatan lemah? Gak mau ngerepotin kita? Atau gak mau bikin kita khawatir?" tanya jeno diangguki shuhua pelan.
"Ya ampun sha.. Kita semua tuh sayang sama lo." ucap haechan tak habis pikir.
"Kita kan udah sering bilang, kalo kita itu keluarga, kita abang-abang yang bakal selalu ada buat lo. Dan lo... lo adik kita yang harus selalu kita jaga." Sambungnya.
"Justru itu. Karna aku tau kalian sayang sama aku, aku gak mau bikin kalian cemas apa lagi sedih."
Haechan mendecak kesal disusul jeno yang menghela nafas samar, "terus sekarang kita gak khawatir gitu? Kita jauh lebih khawatir dari yang lo bayangin sha. Kita—"
"Udah gak usah ribut, shuhua masih lemes dia masih harus istirahat yang banyak." Lerai jaemin.
Shuhua melirik chenle yang sedari tadi hanya diam sambil menatapnya tanpa ekspresi, ragu-ragu shuhua balik menatap chenle, "kak?" Panggilnya.
"Gak usah ngajak ngomong gue lo. Gue marah sama lo." Ketusnya.
Shuhua sempat tertegun tapi kemudian bibir nya tersenyum membuat chenle mengernyit bingung melihat shuhua yang memandangnya lembut.
"Makasih." katanya.
"Maksud lo? ngapain bilang makasih? Eh gue bilang gue marah ya sama lo, gak liat muka kesel gue nih?" Tunjuknya.
Shuhua malah terkekeh, "tau kok, tau banget. Makanya aku bilang makasih, Karna itu artinya kakak emang sayang sama aku."
"Ck, ya emang kita sayang sama lo, tapi lo yang gak sayang sama kita. Bukannya bilang malah diem-dieman, kesel banget gue sama lo sha lebih kesel lagi karna gue gak bisa apa-apa. Coba aja lo bilang dari dulu mungkin gue bisa bawa lo keluar negeri sekalian biar penyakit sialan lo sembuh." Omelnya.
Shuhua hanya tertawa, "iya maaf, janji mulai sekarang bakal bilang. Apapun itu."
"Ih gemes banget deh, pengen gue bejek-bejek muka lo." Chenle meremas udara tepat didepan wajah shuhua.
Jaemin tersenyum melihat bagaimana shuhua tertawa lepas bersama chenle.
Pemandangan didepannya benar-benar mengundang air mata, terutama shuhua. Meski sekarang kondisinya gak begitu baik dia masih tetap bisa tertawa.
Selama ini mereka salah menilai shuhua, shuhua tak selemah yang mereka kira.
Adik perempuannya itu, sangat kuat.
"Lo jahat tau gak, yang bikin gue benci tuh karna disaat gue liat lo udah kayak gini gue gak bisa apa-apa. Gue gak bisa bantu lo." Chenle kembali mengoceh.
"Aku minta maaf, dan terima kasih. Doain aja semoga aku cepet sembuh"
Chenle tak menjawab sibuk mengusap air matanya yang membuat shuhua kembali tertawa.
Baru kali ini shuhua melihat kakak-kakaknya menangis, dan hebatnya mereka menangis karenanya. Karena shuhua.
Dan entah kenapa tangisan tersebut membuat hati shuhua menghangat meski ada yang kurang.
•••
Hari ini shuhua pulang dari rumah sakit dan ada yang spesial dari hari ini, shuhua pulang dengan dijemput renjun.
Shuhua senang meski harus Berbohong kalau dirinya sakit tipes dan untungnya renjun percaya-percaya saja.
Sesampainya dirumah shuhua disambut oleh kelima kakak-kakaknya yang merupakan sahabat pacarnya sendiri. Shuhua tersenyum lebar saat turun dari mobil yang langsung disambut oleh haechan seakan shuhua seorang putri raja.
Namun saat shuhua hendak meraih tangan haechan yang terulur renjun segera menepisnya, begitu saja ia menuntun shuhua membuat haechan misuh-misuh tanpa suara.
"Maaf ya aku baru jenguk kamu." ucap renjun setelah sampai dikamar shuhua.
Shuhua tersenyum manis dengan bibir pucatnya, "gak papa. Aku udah sembuh kok." ucapnya.
Renjun balas tersenyum menyisir rambut shuhua pelan, renjun sempat terdiam menatap tangannya membuat shuhua ikut melirik tangan renjun.
"Sha, rambut kamu kenapa rontok?"
Shuhua sedikit tergagap sebelum menarik nafas samar menguasai ekspresi wajah nya, "o-ohh itu.. Kemarin sebelum aku sakit aku salah pake sampo. Jadi rontok deh." shuhua kembali berbohong.
Renjun menghela nafas lega, "aku kirain kenapa. Bikin kaget aja." shuhua mengernyit.
"Kaget kenapa?"
"Aku takut kamu kayak di drama-drama gitu. Tiba-tiba punya penyakit ganas, kan serem." Renjun bergidik sendiri.
Shuhua membeku menatap renjun sendu ia segera memalingkan wajah saat matanya mulai berkaca-kaca. "mata kamu kenapa? Kok berair?" tanya renjun lagi.
Shuhua segera mengusap matanya, "oh gak papa kok. Ini aku kelilipan deh kayaknya." alasannya.
"Oh."
"Tidur gih. Kamu kan masih harus istirahat." shuhua mengangguk mulai membaringkan tubuhnya.
Renjun duduk disamping shuhua, tangannya mengelus rambut shuhua lembut, shuhua beberapa kali melirik tangan renjun, perasaannya sedikit khawatir karena renjun terus mengelus rambutnya yang tentu saja akan membuat rambutnya semakin banyak yang rontok dan bisa saja membuat renjun curiga.
Setelah beberapa menit dan shuhua hampir terlelap tiba-tiba saja perut shuhua mual. Shuhua yang bangun secara tiba-tiba membuat renjun terkejut.
Dengan badan lemasnya shuhua berlari kedalam kamar mandi disusul renjun, shuhua berdiri didepan wastapel kepalanya menunduk memuntahkan sesuatu yang sejak tadi memaksa ingin keluar.
Renjun juga tak diam tangannya mengelus punggung shuhua. Renjun mengernyit menatap cairan hijau pekat dan agak sedikit ungu yang keluar dari mulut shuhua. Renjun memandang shuhua yang sudah menegakkan tubuhnya.
Dengan gerakan kaku bibirnya terbuka membuat shuhua tersadar.
"Sha, kamu.. Kenapa?"