Shuhua terduduk disalah satu kursi didepan minimarket sambil menggoyangkan kakinya pelan, menunggu jaemin yang sedang membeli cemilan didalam minimarket tersebut.
Rencana nya hari ini shuhua akan main ke kostan renjun lagi setelah seminggu lebih shuhua tak pernah menginjakan kakinya disana karena kemoterapi yang ia jalani mengharusnya istirahat sebaik mungkin.
Berbeda dari biasanya, hari ini shuhua memakai topi membiarkan ujung rambut tipisnya terurai, wajahnya masih agak pucat namun shuhua tutupi dengan memakai sedikit make up tipis.
Tanpa shuhua sadari beberapa meter didepannya ada seorang perempuan tengah menatapnya tajam, tangannya terkepal kala matanya melihat ada motor jaemin disamping shuhua.
Perempuan tersebut menggeram kecil sebelum berjalan cepat menghampiri shuhua, shuhua masih asik menunduk memainkan ponsel sampai tak sadar bahwa perempuan tersebut sudah ada dihadapannya.
"Heh! Cabe!" Sentaknya.
Shuhua tersentak kaget bahkan ponselnya sampai jatuh dari tangannya, shuhua mendongak mendapati kehadiran lina yang balas menatapnya tajam.
"Kak lina, kenapa?" Tanyanya.
Shuhua beranjak setelah mengambil ponselnya lalu memandang lina bingung, sedangkan lina mendecih sinis.
"Lo jadi cewek gak usah kecakepan deh." ucapnya tanpa basa basi.
Shuhua makin mengerutkan dahinya bingung, "maksudnya gimana ya kak? aku gak ngerti."
"Gak usah sok polos deh lo. Gue tau akal busuk lo kayak gimana." Tunjuk
Shuhua hanya diam-diam karena ia benar-benar tak paham, kenapa perempuan ini tiba-tiba mendatangi serta memarahinya tanpa alasan yang jelas, ketika shuhua sendiri merasa tak melakukan kesalahan apapun.
"Dasar ular, lo tuh gak usah kegatelan jadi cewek. Lo udah rebut renjun dari gue, gak cuma itu lo juga deketin jaemin sama yang lain juga, mau lo apa? Lo mau pamer kalo lo bisa nempel sana sini kayak parasit gitu? Lo bisa dengan mudah ngegodain mereka dengan tampang sok polos lo, hah?"
Shuhua sedikit termundur karena lina meninggikan intonasi suaranya, "lo merasa bangga gitu bisa dapetin renjun sama temen-temennya? merasa jadi ratu lo? Merasa lo bisa dapetin apa aja yang lo mau? cih, sampah."
Shuhua mengerjap, "bukannya kakak ya yang selalu deketin renjun? aku udah pacaran sama renjun sebelum dia mengenal kakak." ucap shuhua membuat lina menatapnya tajam.
"Oh jadi maksud lo gue yang ngerebut renjun dari lo gitu? yah lagian ada bagusnya juga gue ngerebut dia dari sampah kayak lo, renjun gak pantes deket cabe-cabean model lo." Tunjuknya.
"Sampai kapan pun renjun gak akan pernah cocok sama lo, lo tuh masih bocah akan sangat merepotkan kalo renjun pacaran sama lo. Lo cocoknya pacaran sama sesama bocah labil, bukan sama orang seberharga renjun." Cercanya.
Shuhua terdiam pandangannya meredup, bibirnya bergerak pelan, "renjun gak akan kerepotan lagi kok kak." gumam shuhua yang dapat didengar lina.
Lina tersenyum, "ya iyalah, bentar lagi kan dia bakal jadi milik gue." ucapnya merasa bangga.
Lina menatap shuhua yang masih tertunduk, "apasih lo, sok tersakiti banget. Najis! Mau playing victim huh?" ucapnya sambil menyentakan topi shuhua.
Lina terdiam, mulutnya terkatup rapat saat topi shuhua terjatuh, yang kemudian bibirnya sedikit terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, jarinya menunjuk shuhua ragu.
Sedangkan shuhua hanya diam, meraih kembali topinya kemudian memakainya kembali.
Lina masih ternganga tak mampu berkata-kata saat dengan jelas dia melihat puncak kepala shuhua yang hampir botak, hanya tersisa beberapa helai rambut dan hanya sisi kepalanya saja yang masih ditumbuhi rambut yang juga mulai menipis.