17. Sakit

610 73 8
                                        

Berkali-kali yuta melirik meja shuhua— yang mau berapa puluh kalipun yuta melihatnya tetap si pemilik meja tidak ada. Sudah dua hari ini shuhua tidak masuk sekolah semenjak hari dimana renjun menyeret shuhua pulang ketika tak sengaja bertemu di halte bus sepulang dari timezone waktu itu.

Baik yuta ataupun jungwoo dan ten sama-sama tak tau kabar shuhua saat ini, ponsel perempuan itu selalu tak aktif ketika ketiganya mencoba menghubungi hanya untuk sekedar menanyakan kabar.

Yuta menghela nafas kembali fokus membaca buku sampai jungwoo dan ten datang dengan hebohnya.

"Yut yut! Si shuhua sakit." Ujar jungwoo.

Semula yuta yang tak peduli dengan kehadiran dua temannya refleks saja seluruh atensinya terfokus pada jungwoo yang tengah mengatur napas dihadapannya.

"Sakit? Tau dari mana lo." Tanya yuta.

"Tadi kan gue sama ten abis dari uks gak sengaja ngelewatin ruang kepala sekolah, ya karna kita penasaran kita nguping dikit soalnya dari jendela keliatan yang didalem itu emaknya shuhua." jelas jungwoo.

"Trus?"

"Ya yang kita denger sih shuhua lagi sakit dan kayaknya shuhua gak bakal masuk selama seminggu." ucap ten.

Yuta diam kembali melirik meja shuhua "kayaknya si shuhua sakit parah deh. Gak mungkin kan kalo demam doang sampe seminggu gak masuk." celetuk jungwoo.

"Iya sih apa lagi yang minta ijinnya emaknya langsung. Kan biasanya abangnya." ucap ten diangguki jungwoo.

"Tapi perasaan shuhua sering banget deh ijin sakitnya, hampir tiap bulan gak sih?" Ucap ten.

"Iya ya, tapi anehnya pas ketemu baik-baik aja kayak yang gak pernah sakit." Sahut jungwoo.

Yuta sedikit menegak menatap jungwoo dan ten bergantian, "besok gue mau jenguk shuhua." Katanya.

"Serius lo? Kalo gitu gue ikut." Ucap jungwoo.

"Gue juga." timpal ten.

Yuta hanya mengangguk sebelum menyuruh kedua temannya untuk duduk dibangku masing-masing sebelum pelajaran dimulai.



•••

Sedari tadi doyoung mengelus rambut shuhua yang ada diatas pahanya dengan lembut, sedangkan shuhua sendiri tengah fokus menonton film dilaptop milik doyoung sambil mengemili kripik lays kesukaannya.

"abang kok gak kuliah?" tanya shuhua sambil melirik jam dinding sekilas.

"Abang ijin cuti." Jawab doyoung seadanya.

"Kenapa?" doyoung sedikit menunduk guna melihat wajah sang adik.

"masih nanya kenapa?"

"Hehe iya deh." Shuhua menyengir tanpa dosa sementara doyoung hanya menghela napas.

"Kamu serius dek? kamu udah yakin?" Tanya doyoung.

Shuhua yang tadinya fokus nonton segera merubah posisi menjadi duduk, kemudian menatap doyoung sambil tersenyum tipis.

"Abang tenang aja gak usah khawatir. keputusan aku udah bulat bang." Katanya, meyakinkan seraya menggenggam tangan doyoung.

"Kaya tahu bulat." lanjutnya, niatnya bercanda tapi tanggapan doyoung malah dengusan kesal.

"Gak lucu."

"Tapi dek, resikonya gede lo ka-"

"Aku tau. Aku udah yakin 100% sama keputusan aku. Nanti, aku cuma mau abang ada disamping aku udah itu aja." Shuhua segera menyela ucapan doyoung.

"Oke abang ngerti."

"Tapi.. Kamu tetep gak mau ngasih tau renjun seenggaknya untuk saat ini?"

Memang doyoung agak kurang suka dengan pacar adiknya itu yang menurutnya judes dan egois, tapi biar bagaimana pun renjun adalah pacar adiknya dan menurut doyoung renjun wajib tau keadaan pacarnya sendiri, ya sekalian biar dia sadar diri juga.

"Aku gak mau bikin dia khawatir, abang tenang aja aku udah pikirin alesan kalo seandainya renjun nanyain aku kenapa dan sakit apa."

Doyoung mengangguk lemah menuruti keinginan sang adik meskipun berat, "janji sama aku abang gak akan kasih tau renjun soal ini." pinta shuhua.

Tanpa kata doyoung meraih shuhua kedalam pelukannya, "abang janji." ucapnya parau.

"Kamu juga janji kamu harus kuat. Kamu harus bertahan seenggaknya untuk abang sama mama papa."

Shuhua terkekeh didalam pelukan doyoung, "apa sih bang, aku cuma kemoterapi bukan mau dioprasi besar."

Doyoung tak menjawab memilih untuk mengeratkan pelukannya membuat shuhua ikut memeluk doyoung erat meski sejujurnya hatinya pun sedikit khawatir.

Akankah dia mampu bertahan?




•••





Jaemin melirik renjun yang sudah sibuk sejak satu jam yang lalu dengan beberapa buku dihadapannya ditemani lina disampingnya. Karena sejak tadi lina tak mau pulang dan bersikeras buat menemani renjun belajar.

Jaemin menghela napas, menatap layar ponselnya membaca pesan dari shuhua yang mengatakan bahwa besok shuhua akan melakukan kemoterapi.

Jaemin sudah tidak bisa menahannya lagi, jaemin berdiri menghampiri renjun yang masih fokus, "jun." panggilnya.

"Hm?" jawabnya menatap jaemin sekilas sebelum kembali fokus belajar.

Jaemin melirik lina yang turut menatapnya bingung, "shuhua sakit jun." ucap jaemin.

Renjun kembali menatap jaemin, "gue udah tau." jawabnya tenang membuat jaemin mengernyit.

"Lo udah tau? tapi lo gak ada niat jenguk dia?"

Renjun menyimpan pulpen ditangannya kemudian menatap jaemin tak suka, "lo gak liat gue lagi belajar?" ucapnya.

Jaemin balas menatap renjun tajam, "oh, jadi pelajaran lo lebih penting dari pada pacar lo gitu? impian lo lebih penting dari shasha?"

Renjun berdiri berhadapan dengan jaemin membuat lina juga ikut berdiri menatap keduanya khawatir, takut-takut kalau terjadi baku hantam. Sedangkan jeno dan haechan yang sejak tadi memerhatikan hanya bisa menghela napas sudah tau apa yang akan terjadi dalam beberapa menit kedepan.

"Lo siapa sih, sok ngatur hidup gue. Tau apa lo hah!"

"Gue kerja keras kayak gini juga demi shuhua demi masa depan gue sama dia." Sentak renjun.

Jaemin sedikit menunduk sambil tersenyum miris, "gue gak yakin lo bakal punya masa depan sama dia." gumamnya.

Jaemin menatap renjun tenang berbeda dengan renjun yang masih menatapnya tajam, "kasian gue sama shasha." ucap jaemin membuat renjun mengernyit.

"Maksud lo apa?"

Jaemin mendekat menatap renjun dengan pandangan sendu menepuk pelan bahu renjun, "kalo lo gak bisa bikin dia bahagia, seenggaknya jangan bikin dia sedih." ucapnya sebelum melenggang pergi.

Renjun tak menjawab, hanya diam mencerna maksud dari ucapan jaemin yang kemudian menghela napas mengusap wajah frustasi, mood belajarnya hilang seketika.

"Udah gak usah dipikirin kak, mending sekarang belajar lagi. Palingan juga si shuhua cuma sakit demam doang." ucap lina.

Renjun melirik sekilas, ia segera mengemasi buku-buku serta barang-barang penting lainnya.

"Lo mending pulang deh, gak malu diem dikostan cowok sampe malem? Gue capek mau tidur."


Apology✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang