14. Kangen

470 67 17
                                    


Doyoung melirik shuhua yang anteng saja mengemili keripik dengan posisi kaki diatas paha doyoung sedangkan punggungnya bersandar pada bahu sofa.

"Tumben weekend gak jalan-jalan?" Tanya doyoung iseng, meski ada niat terselubung karena tak biasanya adiknya itu leha-leha dirumah saat akhir pekan.

Selalu saja jalan-jalan dengan pacar kesayangannya itu.

Shuhua berhenti mengunyah lalu menoleh dengan acuh, "lagi gank pengen kemana-mana aja." jawabnya.

"Gak pengen kemana-mana atau lagi marahan?" tebak doyoung.

"Nggak kok, aku kan abis terapi, kepala aku masih pusing bang." elak shuhua.

Doyoung mencibir, "masih pusing tapi nonton tv, mana makannya banyak lagi." sindiran doyoung hanya dibalas dengusan tak peduli.

Doyoung melempar buku yang sejak tadi ia baca itu begitu saja, menyingkirkan kaki shuhua kemudian beranjak bangun. Ia menatap sang adik seraya memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Bangun dek." Suruhnya.

Shuhua mendongak balas menatap doyoung, "ngapain?"

"Ikut abang yuk, nanti abang jajanin." Mendengar kata jajan selalu sukses membuat shuhua tersenyum dan segera bangkit seraya merangkul lengan doyoung manja.

"Ayok deh hehe."

"Giliran jajan aja gercep." cibir doyoung yang dibalas cengiran lebar oleh shuhua.

•••

Setelah selesai jajan dari minimarket, shuhua dan doyoung kembali kerumah dengan berjalan kaki, shuhua menggandeng lengan doyoung sambil memakan es krim.

"Makasih ya bang, baik banget deh hehe."

Doyoung menunduk kemudian tersenyum. "kasian aja abang tuh sama kamu. Abis terapi tapi gak makan apa-apa cuma makan keripik doang."

Shuhua mengangguk setuju sambil mengerucutkan bibir, "iya ih, dipikir terapi gak menguras tenaga apa." dumel nya.

Doyoung terkekeh pelan, mengacak rambut shuhua gemas, "makanya hari ini abang jajanin kamu yang banyak. Biar adiknya abang kenyang dan punya banyak tenaga." Keduanya saling bertukar senyum.

Keduanya saling melempar tawa, bercanda disepanjang jalan menertawakan hal yang tak penting.

Hal tersebut membuat doyoung tenang, setidaknya shuhua masih tetap bisa tertawa bahagia meskipun kian hari kondisinya makin memburuk.

Doyoung menatap shuhua yang masih tertawa, tak sadar kalau dirinya tengah ditatap sang kakak. Doyoung kembali tersenyum meski matanya mulai berkaca-kaca.

Tangannya mengelus rambut shuhua diakhiri dengan mencium pucuk kepala si bungsu diiringi satu tetes air mata yang jatuh.

Dengan cepat Doyoung menghapus jejak air matanya sebelum melepaskan pelukan shuhua dilengannya menggantinya dengan merangkul bahu shuhua membuat tubuh keduanya semakin merapat.

langkah kaki shuhua tiba-tiba terhenti begitupun dengan doyoung. Shuhua menatap lurus ke arah gerbang rumahnya.

Disana renjun tengah berdiri memandang shuhua dari jarak jauh. Shuhua mendongak pada doyoung, memberi kode bahwa shuhua sedang tak ingin bertemu renjun.

Doyoung tersenyum menarik tubuh shuhua pelan menghampiri renjun yang masih berdiri memandangi sang pacar yang kian mendekat.

"Ngapain lo berdiri disini? Kenapa gak masuk?" tanya doyoung.

"Gue udah pencet bel, tapi gak ada yang keluar." Katanya.

Doyoung memalingkan wajah seraya berdeham pelan, lupa kalau dirumahnya tak ada siapa-siapa.

Apology✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang