Salah satu tanda bahwa sebuah kalimat dikatakan tidak efektif adalah saat kalimat tersebut yatim piatu. Dalam artian, tidak punya subjek.
Beberapa waktu belakangan, banyak penulis yang tega menghilangkan subjek demi menghindari serangan. Serangan kata yang terkenal adalah serangan aku, ku, nya, serangan nama, dan lain-lain.
Padahal, itu membuat kalimat menjadi tidak efektif dengan membiarkan predikat berdiri sendiri.
Contohnya:
Aku berniat pergi ke depan, terganggu karena ribut-ribut yang tak kunjung selesai. Padahal aku anti dengan ikut campur urusan orang lain, tidak kali ini karena sebuah suara terasa familier bagiku. Berlari ke luar dan mendapati dua orang sedang berseteru. Tidak kusangka, salah satunya adalah mantan istriku.
Bisa kalian lihat kemandulan subjek dari paragraf tersebut? Di manakah ia?
Ingat, tidak semua kalimat harus diberi subjek. Pada contoh di atas kalimat majemuk dan bertingkat tidak ada subjeknya.
Aku berniat pergi ke depan, terganggu karena ribut-ribut yang tak kunjung selesai.
Nah, kalimat itu hanya memiliki satu subjek. Namun, mereka saling berkaitan.
Bagaimana caranya membedakan kapan kalimat diberi subjek atau tidak? Sering latihan menulis dan seringlah membaca. Kalian akan menemukan kliknya. Karena terbitan mayor pun penuh serangan 'ku' (Baca: Cantik itu Luka, Eka Kurniawan).
KAMU SEDANG MEMBACA
Materi kepenulisan
RandomHanya beberapa materi materi kepenulisan dari berbagai sumber.