NARASI DAN DIALOG

424 15 1
                                    


Narasi dan dialog adalah kesatuan yang gak bisa dipisahkan dalam sebuah novel. Di dalamnya terselip adegan yang terkadang membuat pembaca baper, ikut emosional, bahkan pembaca diajak ke setting lokasi yang ada dalam novel itu loh. Namun, tak dipungkiri, pengarang sering keseleo jempol dan jari saat menulis. #Eh.



Nah apa saja sih yang sering dilakukan pengarang hingga membuat editor harus berlama-lama mengajaknya diskusi dan menandai dengan catatan?



1. Adegan Aneh: Sefiksi-fiksinya cerita tetap harus masuk akal, itu yang selalu saya katakan.


Pengarang bebas menulia adegan, asalkan ... dia memberi keterangan logis yang membuat akal ikut meng'iya'kan. Contoh kecil, adegan saat pengarang menulis sebuah adegan tabrakan dan si korban bisa bangun lagi karena dia memiliki kekuatan super. Ini sah terjadi dalam fiksi ilmiah seperti film super hero. Di sini pengarang menjelaskan karena si tokoh adalah manusia yang memiliki kekuatan luar biasa. Beda dengan novel romance yang memiliki alur seperti itu, tanpa babibu mereka akan berpikir, "Gak masuk akal!"



2. Adegan lompat/pergantian waktu.


Terkadang pengarang lupa menyempilkan telling dalam perpindahan waktu. Misal, tokoh utama sedang asyik jalan-jalan di mall. Tiba-tiba pengarang menuliskan "Malam ini semakin dingin dan sunyi. Wajahmu masih teringat jelas ...."



Pembaca akan bingung, bagaimana bisa setelah siang lalu tiba-tiba berganti malam hari? Ini wajib dipertanyakan.



3. Adegan Stakato


Di seni musik adegan ini lumrah terjadi mengacu pada bunyi atau suara yang terputus-putus dan menhentak-nyentak. Ternyata stakato ini ada juga loh dalam novel. Pengarang bisa mempunyai ide yang menarik, tapi terkadang mereka pelit deskripsi dan narasi. Justru fokus pada dialog yang sengaja diputus-putus. Contoh:



Malam ini begitu dingin menusuk pori kulitnya.



"Nay, ayo ke kafe." Reno menepuk pundak Naya.



"Iya, Ren," jawab Naya.



Lalu mereka berdua berjalan ke kafe.



Di sini, tujuan mereka memang berhasil untuk pergi ke kafe. Tapi, alangkah bagusnya jika pengarang bisa mendetailkan dengan showing hingga narasi terlihat luwes dan hidup.



Selain itu, pengarang juga kadang terlalu singkat menulis narasi, hingga seperti curhatan diari. Penokohan atau sifat tokoh yang rancu juga menjadi dosa lain yang terkadang gak disadarinya. Perubahan sifat dari awal dan akhir yang bertolak belakang, bisa saja. Namun, kembali lagi, bahwa apa pun perubahan yang terlalu mendadak tidaklah baik. Sebenarnya masih banyak, tapi mungkin bisa di lain waktu kita bahas.

Materi kepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang