Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan berteriak.
Perhatikan contoh A
Contoh salah : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.
Contoh benar : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.
Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B
Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.
Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.
Kenapa contoh awal salah?
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau dilihat dari segi ungkapan memang benar.Lalu apa yang salah?
Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di perhatikan baik-baik ya, guys.Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka setelah dialog tidak usah menggunakan narasi lagi.
“Aku tidak sejahat itu!”
Penggunaan tanda tanya di akhir dialog
Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.
Contoh salah : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.
Contoh benar : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca. Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi, buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital, yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)
Perhatikan contoh :
“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di sampingnya” di katakan sebagai kalimat baru.
Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :
“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam satu kalimat.
Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)
Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan jeda pada dialog.
Contohnya :
“Jadi … kau benar-benar menolakku?”
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah ketika ada jeda dalam dialog tersebut. Sebelum menggunakan elipsis, beri spasi terlebih dahulu. Setelah menggunakannya pun beri spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pehamaman lebih detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Materi kepenulisan
DiversosHanya beberapa materi materi kepenulisan dari berbagai sumber.