Empat

96 9 0
                                    

Keesokan harinya, entah setan apa yang merasuki Alan semalam. Atau mimpi apa cowok itu semalam. Tiba-tiba saja pukul enam dia sudah berada di depan pagar rumah Shasha. Shasha awalnya tak menyadari kedatangan Alan. Dia baru sadar ketika melihat Alan di ruang tamu. Cowok itu dengan santainya berbincang dengan Bimo sambil sesekali tertawa.

"Alan, lo ngapain di sini?" tanya Shasha dengan menahan emosi, tidak mungkin dia memaki-maki Alan di depan Papa-nya. Bisa diceramahi semalaman dia.

"Alan mau jemput kamu katanya. Lama banget sih kamu dalam kamar?" balas Bimo bertanya.

"Ya, adalah Pa. Urusan cewek! Oh ya, Papa dipanggil Mama tuh. Suruh sarapan!"

"Udah matang? Yaudah yuk sarapan. Nak Alan ayo sarapan bareng!" ajak Bimo.

"Eh Pa, nggak usah. Kita buru-buru!" cegah Shasha yang membuat Papanya serta Alan mengerut heran.

"Ada apa? Kamu kan belum sarapan Sha, nanti maag kamu kambuh gimana?" tanya Bimo heran.

"Nggak papa, nanti Shasha sarapan di kantin sekolah. Kita lagi ada, eum, itu apa....... Ah iya, ada rapat acara pagi ini!" jawab Shasha sekenanya, Alan semakin bingung mendengar penuturan cewek di depannya ini.

"Acara apa Shasha? Makan dulu aja bisa kan? Ajak Alan sekalian."

"Nggak usah Pa. Kita berangkat yaa, assalamualaikum!" Shasha langsung menyalami tangan Papanya dan mengajak Alan segera keluar.

Alan hanya bingung menatap Shasha tapi tetap mengikuti cewek itu. Alan segera menyalami Bimo dan keluar dari rumah Shasha menuju gadis yang menunggunya di samping motor sport. Bimo menatap putrinya dan Alan heran sampai Shasha dan Alan pergi dari halaman rumahnya menuju sekolah. Tidak ada percakapan di antara Shasha dan Alan sampai mereka sampai di sekolah. Keduanya masih berkutat dengan pikirannya masing-masing. Alan yang sibuk memikirkan tingkah aneh Shasha sedangkan gadis diboncengan itu sibuk merutuki Alan. Bisa-bisanya cowok itu datang ke rumahnya dan menjemputnya. Bisa di interogasi habis habisan Shasha nanti pulang sekolah.

Tak terasa motor ninja merah Alan sudah memasuki pagar SMA Angkasa. Kehadiran kedua insan itu mengundang banyak atensi. Hampir seluruh siswa yang ada di sekitar pagar sampai parkiran memusatkan pandangannya kepada motor Alan. Shasha yang risih dipandang seperti itu langsung berlari meninggalkan Alan begitu motor Alan terparkir. Alan yang ingin menuntut penjelasan dari Shasha langsung mengejar cewek itu.

"Sha! Shasha, tungguin gue woy! Heh pendek!" panggil Alan tapi cewek itu tetap tak merespon.

Alan mempercepat langkahnya dan berhasil meraih lengan Shasha. Langkah Shasha terhenti ketika Alan menahan lengannya.

"Apa sih Lan?!" tanya Shasha geram.

"Elo yang apaan! Udah enak gue jemput, bukannya bilang terima kasih malah ninggal! Dasar cewek nggak tahu diuntung lo!"

"Kan gue nggak minta lo jemput gue. Lagian gue marah ya sama lo, ngapain lo jemput gue di rumah tadi hah?!"

"Suka-suka gue lah!" Shasha makin emosi saja menghadapi cowok aneh di depannya ini.

"Ish! Dasar bekantan! Jelek! Gila! Argh, benci gue sama lo!"

"Benci, benar-benar cinta maksudnya! Eaak!"

"Bodo amat Lan! Gila lo!"

"I love you too babe!"

"Babi gila! Mati ae sono lo!"

Shasha meninggalkan Alan yang masih sibuk tertawa. Ayolah, ini masih pagi dan Shasha sudah marah-marah. Sudah dipastikan Shasha akan keriput lebih dulu gara-gara Alan sialan itu. Tak mau semakin pusing, Shasha pergi menuju toilet. Dia butuh mendinginkan kepalanya sebelum masuk kelas dan kembali bertengkar dengan Alan. Shasha langsung membasuh mukanya begitu masuk dalam toilet cewek. Mukanya yang basah tidak Menghilangkan raut wajah kesal karena kelakuan Alan tadi.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang