Dua Puluh Delapan

38 6 2
                                    

Suasana di basecamp Xavier terlihat ramai. Ada sekitar 50 anggota Xavier yang datang, jadi 54 dengan Keenan dan lainnya. Sebenarnya anggota Xavier ada 300 lebih dan tersebar di seluruh bagian wilayah Jakarta. Tapi tidak mungkin Keenan mengundang semua anggota, takut menganggu warga sekitar. Mengingat lokasi basecamp yang dekat dengan wilayah perkampungan warga. Alhasil Keenan hanya mengundang beberapa perwakilan dari setiap tim bagian dan beberapa alumni Xavier dulu.

Keenan, Keenara, Alan, Shasha dan Nala sudah sampai di basecamp. Shasha langsung turun begitu Alan memarkirkan motornya. Gadis itu bergegas menuju Keenara yang sedang mengeluarkan tumpukan paperbag. Alan hanya mendengus kesal melihat tingkah Shasha, lantas berjalan menuju mobil milik Nala.

"Lo nggak tau berterima kasih banget ya?" sindir Alan membuat Shasha mendecak malas.

"Bodoamat! Daripada lo bacot mendingan panggil anak buah lo, bantuin!" ketus Shasha yang diangguki paksa oleh Alan.

Alan masuk ke basecamp dan memanggil beberapa anak Xavier.

"Widii, Bang Keenan! Lama banget nggak ketemu gila, gue nggak kangen sama lo bang!" rusuh Kai yang mendapat tatapan malas dari Keenan.

"Bodoamat Kai! Gue juga nggak kangen sama lo!" balas Keenan malas.

"Kek gue dong! Kangennya sama neneng Nara! Aduhh, makin cantik aja bebebnya aku!" genit Manu pada Keenara membuat Alan menatapnya tajam.

Tapi ada yang aneh di sini. Kalimat yang diucapkan Manu tadi, membuat perasaan aneh di hati Shasha. Ada hal yang sontak menjadi pikirannya saat Manu berbicara tadi. Pemuda itu, memanggil Keenara dengan sebutan Nara? Shasha memang tahu kalau Keenara lebih akrab dipanggil Nara oleh anggota Xavier. Tapi sepertinya Shasha merasa agak aneh dengan nama itu. Tapi di mana? Shasha lupa.

Buk!

"Aww! Sakit Sha, astaga! Lo punya dendam apasih sama gue, sampai jatuhin 3 paperbag di kaki gue!" ringis Alan saat 3 paperbag yang dibawa Shasha jatuh mengenai kakinya.

"A-aduh, sorry. Gue sengaja, eh! Maksudnya nggak sengaja, nah iya itu!"

"Apaan? Lo pasti sengaja kan? Gue apal banget sama niat busuk lo itu!"

"Gue bilang nggak sengaja, ya nggak sengaja! Kok lo malah nuduh yang nggak-nggak sih?!" ujar Shasha mulai sewot.

"Heh, gue bilang sesuai fakta ya!" balas Alan tak mau kalah. Oke, mood Shasha resmi rusak saat ini.

"Bodoamat!" ketus Shasha lantas gadis itu berjalan memasuki basecamp meninggalkan beberapa orang yang menatapnya heran.

"Wah ngambek tuh! Tanggung jawab lo Lan!" suruh Kai membuat Alan menatap malas padanya.

"Nggak! Enak aja, nanti dia merasa menang lagi! Ogah gue!" tolak Alan yang langsung mendapat cubitan di pinggang dari Keenara.

"Aww! Aduh, sakit Nar!" ringis Alan untuk kedua kalinya.

"Ya lagian kamu! Shasha udah bilang sorry, masih dituduh! Punya otak gak?!" ketus Keenara sewot.

"Lah? Kok kamu marah juga sih? Emang aku salah?" tanya Alan polos membuat lima orang lainnya geram pada sikap pemuda itu.

"Jangan buat gue nonjok lo di sini deh!" tukas Nala membuat Keenan menatap tajam ke arah abangnya itu.

"Elah, kok sewot semua sih?"

"Bodoamat Lan! Udah aku mau masuk aja! Kalian bawa semua paperbag itu masuk! Nggak ada penolakan!" titah Keenara lantas gadis itu pergi menyusul Shasha. Meninggalkan empat lima orang laki-laki yang sibuk membawa paperbag bertumpuk itu masuk.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang