Dua Puluh Tiga

42 5 0
                                    

Hari ini Angkasa masuk seperti biasa. Hari senin yang banyak dibenci hampir seluruh murid sekolah. Tapi tidak untuk hari senin kali ini. Kenapa? Karena Angkasa hanya masuk hari senin ini saja. Untuk hari selasa sampai libur hari raya idul fitri berakhir, mereka akan berleye-leye di rumah. Iya, Angkasa hanya masuk hari senin karena ada pengambilan raport. Untuk raport sendiri dikumpulkan saat masuk sekolah nanti. Jadi, murid SMA Angkasa libur lebih cepat satu minggu dari jadwal biasanya. Kalian ingin tau penyebabnya siapa? Siapa lagi kalau bukan si toa Diko. Berhasil juga rayuannya pada sang Papa, agar memperpanjang liburan.

"Gila aja sih kita cuma masuk satu hari ini doang?" ujar Ayla.

Kini Ayla sedang berada di kantin bersama dengan keempat sahabatnya. Squad baru mereka. Ya meskipun ada aura sedikit tidak enak yang dipancarkan Shasha. Karena apalagi kalau bukan Alan? Tapi sudahlah, ucapkan terimakasih kepada Diko dan Ayla yang dengan mudahnya memecah kecanggungan itu.

"Ya gampang sih itu mah. Mr. Rama kan di remote control sama anaknya yang manja naudzubillah!" balas Alan sambil melirik Diko sinis.

"Eh? Iya ya. Gue belum pernah liat anaknya Mr. Rama. Katanya dia sekolah sini, tapi siapa?" tanya Ayla bermonolog.

"Orangnya sebelah lo btw!" celetuk Chandra yang membuat Ayla menolehkan kepalanya menatap Diko disebelah.

"Apa lo liat-liat? Demen lo sama gue?" tanya Diko risih Ayla melihatnya seperti itu.

"Dih pede lo kurang-kurangin. Ah masa sih Chan? Muka dia nggak ada mirip-miripnya sama Mr. Rama. Mana mungkin dia anaknya! Ngarang lo!" ucap Ayla tak percaya.

"Ye dibilangin juga! Ya emang Diko nggak mirip bokapnya. Dia tuh mirip sama nyokapnya! Lo tau Erlina Megantara kan? Mirip nggak sama Diko?" jelas Alan meyakinkan Ayla.

Sejenak Ayla mempertajam tatapannya. Menelisik bentuk muka Diko secara seksama. Membuat yang ditatap auto risih dan merasa aneh.

"Ih, lo ngapain coba ngeliatin gue kek gitu?! Sorry, hati gue udah bertambah ke dedek Clau. Nggak ada space buat lo!"

"Babi! Siapa juga yang mau sama lo?! Lagian gue tuh cuma memastikan omongan Alan tadi. Eh tapi btw,,, iya anjir! Muka lo mirip Erlina Megantara! Wagelaseh! Lo beneran anaknya Mr. Rama?!" ujar Ayla heboh sendiri. Untung saja kantin sekarang dalam keadaan sepi. Jadi mereka tidak terlalu menjadi pusat perhatian.

"Mulut lo toa banget sih?! Perasaan yang dicap toa gue kenapa lo yang berisik? Lo--"

"Oh jadi kamu kalau di sekolah jadi cabe-cabean? Iya?!" terdengar suara bariton dari arah samping mereka.

Semua atensi beralih ke seorang pria paruh baya yang memakai kemeja kotak-kotak itu. Meski umurnya sudah hampir menginjak kepala empat, tapi garis mukanya tetap terlihat tegas nan tampan. Setiap orang pasti berdecak kagum melihat rupa seorang Ramadhana Angkasa. Pengusaha kaya yang sudah tak diragukan lagi usahanya. Jadi jangan heran kalau keberadaannya di kantin Angkasa ini mengundang begitu banyak perhatian.

"Diko, papa tanya sekali lagi ke kamu. Benar di sekolah kamu berevolusi jadi cabe-cabean?" tanya Rama dengan nada tenang tapi penuh intimidasi.

Diko saja sampai gelagapan tak tahu ingin menjawab apa. Dalam hati dia merutuki ucapannya tadi.

"Ng-nggak gitu pa! Ya, kan papa ta-tau sendiri kalau aku orangnya hiperaktif! Plis ya pa, jangan hukum Diko!" pinta Diko sambil menangkupkan kedua tangannya, memohon.

Rama menghembuskan nafas kasar, anaknya ini selalu saja pintar membuat alasan.

"Ya sudah papa nggak akan hukum kamu. Tapi sebagai gantinya kamu ikut papa ke New Zealand minggu depan! Papa mau ajarin kamu bisnis!" ujar Ram membuat Diko memelototkan matanya.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang