Empat Puluh Satu

38 7 0
                                    

Shasha pulang tepat pukul 5 sore. Chandra yang mengantarkannya sampai depan gerbang. Chandra sebenarnya ingin masuk, tapi Shasha menolaknya. Dengan alasan, Shasha tidak ingin Chandra diinterogasi macam-macam oleh Keenan. Alhasil Chandra ikut saja, pemuda itu langsung tancap gas menuju rumahnya. Setelah Chandra pergi, Shasha membuka pintu gerbang dan berjalan menuju pintu utama. Saat berada di depan pintu, Shasha sedikit kaget karena mendapati Alan yang baru keluar dari dalam rumahnya.

"Eh? Lan, lo ngapain di sini?" tanya Shasha sedikit heran.

"Hah? Ah, itu tadi em gu-gue ditelfon Bang Keenan suruh ke sini. Iya, suruh ke sini!" jawab Alan sambil terbata.

"Beneran? Tapi tadi pas pulang sekolah gue lihat lo bareng Keenara. Kalian mau kemana tadi?" tanya Shasha sedikit curiga.

"Ap-apa? Gue, tadi gue itu apa gue,,"

"Gua gue, apaan sih Lan? Yang jelas dong!" desak Shasha.

"Tadi gue cuma bantu ngehibur Keenara doang. Ka-katanya dia lagi ada masalah, gue cuma bantu temen. Emang salah?" jawab Alan.

"Seriusan?"

"Iya elah, curigaan bener sih lo! Saudara lo pulang dengan selamat juga, udah minggir gue mau balik!" pamit Alan ketus.

Alan berjalan begitu saja melewati Shasha. Gadis itu menatap punggung Alan dengan tatapan aneh. Benarkah Keenara sedang sedih? Apa itu penyebab dia marah pada Shasha? Tapi kenapa harus Alan? Memang Shasha tahu kalau Alan dan Keenara satu SMP. Tapi apa mereka sedekat itu dalam waktu 2 tahun? Entah kenapa kedekatan mereka berdua membuat Shasha merasa tidak nyaman.

~♥~

Flashback On

Tepat saat bel pulang sekolah, Alan sudah bertekad untuk menuntaskan semuanya dengan Keenara. Alan tidak bisa melihat Keenara sedih dan melampiaskannya pada Shasha. Gadis itu tidak tahu menahu apapun. Dia hanya terjebak dalam situasi dan kondisi yang salah. Alan buru-buru mengemas peralatan menulisnya dan segera berlari menyusul Keenara yang sudah keluar duluan. Alan berhenti di depan pintu kelas, kepalanya menengok sana-sini guna mencari keberadaan Keenara. Ekor matanya berhasil melihat Keenara di jalan menuju tangga. Pemuda itu langsung berlari mengejar Keenara. Dia bahkan tidak peduli dengan beberapa murid yang dia tabrak, termasuk sahabatnya sendiri Diko.

"Woy, santai dong man!" ujar Diko saat Alan tanpa sengaja menyenggol bahunya.

Alan hanya menatap Diko sekilas lalu hendak kembali berlari. Diko mendelik saat Alan hendak kabur. Dia segera menarik kerah seragam Alan yang membuat pemuda itu terhuyung ke belakang.

"Woy bangsat!" umpat Alan.

"Bagus ya, udah seenaknya nabrak malah ngebangsatin gue. Pinter!" sindir Diko.

"Apaan sih Dik? Lepasin nggak?! Gue ada urusan penting njir!"

"Lo yang apaan. Minta maaf dulu kek udah nabrak orang, malah ngumpat!" ketus Diko.

Alan menarik tangan Diko dari kerah seragamnya dan menghempaskanya kasar. Setelah itu Alan menatap Diko sengit.

"Minta maaf sama lo? Impossible! Bye!" ujar Alan dengan muka mengejek.

Alan kembali berlari mengejar Keenara, untung saja gadis itu sempat berhenti untuk mengobrol. Jadi Alan tidak kehilangan jejak gadis itu.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang