Lima Puluh Tiga (Ending)

96 9 6
                                    

Setelah malam pengakuan itu, keadaan kembali menjadi lebih baik. Hubungan Shasha dengan Keenara dan Alan sudah lebih baik. Bahkan keesokan harinya mereka begitu menikmati waktu kebersamaan mereka. Hari ketiga atau bisa disebut hari terakhir study campus, dihabiskan dengan mengunjungi berbagai tempat wisata di sekitar Yogyakarta. Semua anggota Xavier dan yang lain begitu menikmati liburan kali ini. Sampai tak sadar waktu bergulir begitu cepat. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, mereka juga sudah dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Sebelumnya mereka singgah di salah satu restoran untuk makan malam.

"Kan kalau gini enak, nggak perlu misah terbagi dua kita!" celetuk Kean.

Anggota Xavier dan yang lain memilih untuk lesehan di tempat yang cukup luas.

"Maaf ya, kalau kejadian kemarin bikin kalian risih dan nggak enak," ujar Shasha.

"Lo mau bilang maaf berapa kali sih Sha?" tanya Kai.

"Lo bilang gitu lagi gue kasih piring cantik loh!" timpal Nikky.

"Iya iya gue diem, elah lo semua!" tutur Shasha lalu kembali fokus ke makanannya.

Saat Shasha tengah asik menyantap makanannya tiba-tiba Ayla menyikut lengan Shasha.

"Apaan?" tanya Shasha.

"Anterin gue ke toilet yuk? Kebelet nih Sha," jawab Ayla.

"Yang ini beneran ke toilet kan? Nggak bohong lagi?" tanya Shasha kembali meyakinkan.

"Iya elah, lama lo. Buruan!" desak Ayla lalu menarik tangan Shasha untuk berdiri dan menuju ke toilet.

"Guys, gue nggak pengen pulang kalau kek gini deh. Males njir sekolah lagi!" ujar Diko tiba-tiba.

"Otak lo emang otak udang! Mentang-mentang sekolah punya bokap sendiri, mau seenaknya aja!" hardik Alan.

"Yee, lo ledekin gue padahal juga ogah masuk sekolah!" ledek Diko balik.

"Nggak lah, gue selalu semangat. Kan ada pujaan hati, ya kan Nar?" goda Alan sambil mengerlingkan matanya.

"Kenapa tuh mata? Mau aku olesin sambel?" ancam Keenara.

"Sumpah Nar, judes banget sih?" rajuk Alan.

"Bodoamat!"

"Yaahh mampus lo Lan! Siapa suruh sombong ke gue!" ejek Diko

"Diem lo Nyet!"

Semuanya hanya tertawa mendengar perdebatan Alan dan Diko. Tak lama Shasha dan Ayla kembali dari toilet. Bukannya melanjutkan makannya, Shasha malah menatap Tarra agak serius.

"Tar, lo udah pilih dokter buat operasi?" tanya Shasha membuat semua orang menghentikan acara maka mereka.

"Belum, kenapa?" jawab Tarra sekaligus bertanya.

"Lo udah kasih tau Kak Keenan soal penyakit lo?" tanya Shasha lagi dan Tarra menggeleng.

Shasha menghela nafas pelan, lalu beralih menatap makannya.

"Tadi kakak telpon gue dan dia minta penjelasan lo soal sakit itu. Gue kira kakak udah tau, nyatanya belum. Dia cuma bilang, kalau lo beneran mau berobat dia punya kenalan dokter. Kak Keenan nawarin lo buat operasi sama pengobatan di London, itu pun kalau lo mau," jelas Shasha.

Tarra tak menjawab, dia hanya diam. Yang lain juga ikutan virus diam Tarra. Karena terlalu bahagia dengan liburan ini, mereka sampai lupa kalau akan ada perpisahan setelah ini. Mereka lupa kalau Tarra harus pergi ke luar negeri untuk pengobatannya.

"Gue sih terserah papa. Tapi kalau emang jadi ke London, berarti gue harus siapin pengganti gue di Xavier?" ucap Tarra.

Semua inti Xavier saling pandang, apakah mereka harus melakukan pergantian pemimpin?

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang