Sejak kejadian Shasha pingsan, Ayla dan Alan ngotot memaksanya pulang. Padahal Shasha merasa dirinya baik-baik saja dan bisa melanjutkan mengikuti pelajaran. Dua orang itu saja yang kekeuh ingin mengijinkan Shasha pulang. Diko dan Chandra hanya melihat perdebatan antara tiga orang di UKS itu tanpa rasa minat sedikitpun.
"Ay, lo ke guru piket gih. Ijinin gue sama Shasha pulang!" suruh Alan pada Ayla.
"Ngapain jadi lo juga?" tanya Ayla menatap Alan bingung.
"Ya kan gue sekalian nganter Shasha pulang Ayla. Gitu aja pake nanya!"
"Nggak ya! Shasha biar gue yang anter, nanti kalau dia sama lo nggak dibawa pulang malah jalan-jalan."
"Apaan? Gue janji bakalan bawa dia pulang, nggak bakal dibawa kemana-mana. Udah buruan ijinin sana!" Ayla pasrah dan melangkah keluar UKS menuju guru piket.
Shasha yang sedari tadi diam auto menatap Alan kesal.
"Ih Alan! Kan gue udah bilang nggak mau pulang, ngapain di ijinin segala sih? Terus juga ngapain lo nganter gue? Nggak! Pokoknya gue nggak mau!" ujar Shasha kekeuh tidak mau pulang.
"Bebal banget sih di omongin? Muka lo pucet pendek, jadi nurut aja sih kalau nggak mau makin sakit. Lagian gue nganterin lo, anggap aja sebagai permohonan maaf. Gue udah buat lo jadi sakit gini!" jelas Alan mengundang perhatian Chandra dan Diko yang sedari tadi diam.
"Maksudnya Lan? Lo yang bikin Shasha sakit?" tanya Diko heran.
"Kenapa bisa lo sih? Kan gue yang mau berangkat duluan tadi!" ujar Shasha menyalahkan dirinya.
"Nggak Sha. Kalau aja tadi gue nggak jemput lo, lo nggak akan bingung nyari alasan buat segera pergi dari rumah dan nggak sempat sarapan. Harusnya gue paham kalau lo nggak suka gue jemput lo tadi, maaf. Satu lagi, gue minta maaf soal apa yang Kak Rika perbuat ke lo!" kalimat terakhir yang diucapkan Alan kembali mengundang atensi Chandra dan Diko, bahkan Shasha juga kaget mendengarnya.
"Maksud lo? Jangan bilang kalau?"
"Gue udah tau semuanya Sha. Sorry udah bikin lo di gituin sama Kak Rika. Tapi gue mohon lo jangan dengerin omongan dia. Karena sampai kapanpun gue nggak pernah mau sama cewek itu dan, gue nggak pernah mau jauh dari lo Sha!"
Deg!
Sumpah demi apapun, Shasha merasa aneh untuk kedua kalinya. Terasa ada ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya saat Alan mengucapkan kalimat terakhirnya tadi. Ya Tuhan, tolong jelaskan apa yang terjadi pada Shasha ini? Jangan bilang kalau Shaha,,, menyukai Alan?
Suasana canggung seketika menyelimuti ruangan bernuansa putih tersebut. Shasha yang bingung dengan perasaannya, serta Chandra dan Diko yang bingung dengan ucapan Alan. Untung saja Ayla datang dan berhasil memecahkan kecanggungan itu. Cewek itu memberikan surat ijin pulang kepada Alan. Mereka berlima segera keluar dari UKS untuk mengambil tas Alan serta Shasha. Sebenarnya cuma para cowok yang ke kelas mengambil tas, Ayla menemani Shasha ke parkiran.
"Sha, lo kenapa? Daritadi gue lihat ngelamun terus," tanya Ayla karena Shasha sedari tadi melamun, dia saja tidak sadar kalau sudah sampai di samping motor Alan.
"Duduk dulu yuk, gue nggak mau lo kecapekan terus pingsan lagi!"
Ayla menuntun Shasha untuk duduk di bangku yang ada di depan deretan sepeda motor. Sambil menunggu tiga cowok itu mengambil tas, Shasha berinisiatif untuk memberitahukan Ayla soal perasaannya tadi.
"Ay, salah nggak sih kalau kita suka sama temen sendiri?" tanya Shasha yang membuat Ayla mengerutkan kening bingung.
"Maksudnya?" Shasha menggeser posisinya jadi menghadap Ayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [COMPLETED]
Teen FictionSaat rasamu berkembang tapi terhalang tali pertemanan? Kisah realita kehidupan remaja SMA, sukaduka dan pahitnya kehidupan. Drama pertemanan dan asmara menjadi satu dalam satu lingkup cerita. Kisah pertama dari Xavier Series Semoga suka 😊 Start: 4...