Empat Puluh

34 7 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa beberapa menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Satu hari ini Shasha lalui dengan perasaan tidak enak. Hampir satu hari penuh Keenara tidak menyapanya. Gadis itu rupanya sangat niat untuk bersikap dingin ke Shasha. Sedangkan Shasha dirundung bingung atas sikap saudaranya itu. Shasha ingat betul kalau dia tidak pernah membuat masalah dengan Keenara. Lantas kenapa gadis itu begitu dingin dan terlihat marah padanya? Sebenarnya salah Shasha apa?

Kring... Kring... Kring...

Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid tampak gaduh tak sabar hendak pulang. Bu Wulan juga tampaknya paham akan ketidaksabaran murid-muridnya itu. Beliau akhirnya segera menutup proses pembelajaran dan pamit undur diri. Seketika Bu Wulan keluar, para siswa langsung berebut hendak keluar juga. Shasha dengan tidak semangat membereskan peralatan menulisnya. Arletta yang dasarnya tidak suka hawa canggung ini, merasa penasaran.

"Sha, lo beneran nggak ada bikin salah ke Keenara?" tanya Arletta berbisik.

"Nggak ada Let, suwer deh. Gue juga bingung kenapa Keenar bisa berubah gitu sikapnya. Gue jadi sedih tau nggak?" jawab Shasha sendu.

"Atau jangan-jangan ada yang coba ngadu domba lo sama Keenar lagi? Biar lo sama dia marahan. Secara kan lo udah jadi musuh abadi PPCA," terka Arletta membuat Shasha mengerutkan keningnya.

"PPCA apaan?"

"Para Pecinta Cogan Angkasa! Lo sih lagian, yang dideketin modelan Alan dan Chandra. Kan list musuh lo makin beranak pinak!"

Shasha memutar bola mata malas, oh ayolah Arletta. Jika mereka tidak suka pada Shasha yang langsung bilang saja. Kenapa harus melibatkan Keenara? Lagian juga Shasha pikir-pikir tidak ada haters yang lebih menyeramkan dibanding Karen dan Rika.

"Udahlah, capek gue ngomong sama lo!" ujar Shasha lantas beranjak dari duduknya.

"Lah lah, gue malah ditinggal. Tungguin anjir Sha!"

Shasha berjalan menuju ke depan kelas dan ekor matanya mendapati Keenara serta Alan yang sedang berbincang. Jika dilihat dari ekspresi dan gestur mereka, sepertinya pembicaraan yang serius. Aneh, baru kali ini Shasha melihat mereka berdua seserius itu. Shasha baru saja hendak menghampiri keduanya, tapi langkahnya terhenti saat melihat Alan mengacak gemas rambut Keenara dan menggandeng tangan gadis itu. Alan membawa Keenara pergi tanpa menyadari ada Shasha dibelakang mereka. Padahal hati Shasha baru aja sembuh kemarin, kenapa sekarang harus terluka lagi? Dan kenapa pula dia curiga dengan hubungan antara Keenara dan Alan? Apa pikirannya selama ini benar? Alan dan Keenara, mereka--

"Shasha!" panggil seseorang membuyarkan lamunan Shasha.

Shasha menoleh ke belakang dan mendapati Chandra berjalan ke arahnya. Shasha mencoba untuk tersenyum, dia tak ingin Chandra melihat kesedihannya. Shasha rasa, sudah cukup dia begitu merepotkan Chandra. Chandra pasti punya masalahnya sendiri dan Shasha tidak ingin mengganggu itu. Biar Shasha atasi masalahnya ini, toh lambat laun semuanya akan baik-baik saja.

"Hei, mau balik?" tanya Shasha dan Chandra mengangguk.

"Pulang bareng?" tawar Chandra.

Shasha diam sejenak, seharusnya dia pulang bersama Keenara. Tapi melihat Keenara dengan Alan tadi, membuat Shasha enggan. Sepertinya pulang dengan Chandra adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

"Yaudah deh. Eh tapi Chan, gue em, gue boleh main ke rumah lo nggak? Eh tapi kalau nggak boleh juga nggak papa kok!" ucap Shasha membuat Chandra mengerutkan kening.

"Nggak papa kali Sha. Emang kenapa lo mau ke rumah gue?" tanya Chandra.

"Gue mau ketemu Claudia. Kan kemarin lo panik banget gitu, nggak papa kan?"

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang