Lima Belas

48 9 0
                                    

Budayakan vote sebelum berselancar ke dunia ceritaku 😊

~♥~

Shasha menarik tangan Nala menjauh dari area kantin. Dia terus berjalan tanpa memedulikan sekitarnya. Tidak peduli tatapan aneh yang dilayangkan beberapa murid yang dilewatinya. Melihat Shasha dengan keadaan rambut serta sebagian seragam atasnya basah. Sesampainya di taman belakang gedung kelas 10, Shasha berhenti di ikuti Nala dan Ayla yang mengikuti di belakang. Shasha berbalik menatap Nala dengan tatapan marah sekaligus sedih.

"Lo tuh ya! Bisa nggak jangan hampir kelepasan kaya tadi? Untung aja tadi gue yang nampar cewek gila itu. Kalau sampai lo kelepasan dan nampar dia gimana?! Gue nggak mau ya bang image lo jadi buruk cuma gara-gara cewek gila itu!" ujar Shasha mengeluarkan semua amarahnya.

Tanpa disadari air mata Shasha keluar tanpa ijin dan mengalir di pipinya. Tangan kanan Nala terangkat untuk menghapus jejak air mata itu. Lantas Nala merentangkan kedua tangannya sambil menatap Shasha yang menunduk.

"Butuh pelukan, hmm?" tawar Nala dan langsung adiknya itu berhambur ke pelukannya.

Air mata Shasha langsung turun deras. Dia mengeluarkan segala rasa sakit hatinya sejak pagi tadi. Bahkan Ayla dan Nala juga ikut menangis mendengar tangisan Shasha. Sebenarnya hanya Ayla yang terisak, air mata Nala hanya turun sebentar lantas segera dia hapus. Dia tidak mau Shasha melihatnya menangis, itu akan membuat gadis ini semakin sedih. Jadi yang dilakukan Nala hanya mengeratkan pelukannya kepada Shasha, sambil sesekali mengelus kepala dan menepuk pelan punggung Shasha.

"Nangis aja Sha. Keluarin semua rasa sakit hati lo, tapi janji sama gue. Hari ini terakhir kali lo nangis, hari ini terakhir kali gue liat lo disakiti, dipermalukan kaya tadi. Kalau kejadian seperti ini terulang lagi, gue nggak bakalan bisa maafin diri gue sendiri dek. Gue nggak bisa jagain lo, maafin abang ya?"

Shasha melepaskan pelukannya dan menatap Nala.

"Nggak kok. Abang nggak pernah ada salah. Justru gue yang harusnya minta maaf, gue jadi bikin lo khawatir. Maaf ya?" Nala tersenyum lantas kembali memeluk adik gadisnya ini.

"Iya nggak papa. Tapi lo harus janji, jadi cewek yang kuat. Jangan lemah, jangan pernah tunjukin kalau lo itu lemah. Satu lagi, jangan pernah nangis buat cowok apalagi karena cowok. Ngerti?" pinta Nala dan Shasha mengangguk di dalam pelukan Nala.

Ayla mendekati kedua kakak beradik itu lantas menyentuh pundak Shasha pelan. Shasha melepaskan pelukannya dan balik memeluk Ayla.

"Ke toilet yuk? Bersihin diri lo. Gue ada seragam cadangan kok di loker. Mau pinjam punya gue dulu?" tawar Ayla sambil terus memeluk Shasha.

Shasha melepas pelukannya dan menatap Ayla. Tangan Shasha terangkat untuk menghapus air mata yang turun di pipi Ayla.

"Makasih ya Ay, lo itu sahabat gue yang paliiiiingg baik! Gue beruntung banget bisa dapetin lo."

Ayla hanya tersenyum, "Lo itu udah gue anggap kaya saudara gue sendiri. Kalau lo sedih gue juga bakalan sedih. Kalau lo senang gue juga senang!"

"Makasih ya Ayla. Lo adalah satu-satunya orang yang gue percaya buat jagain Shasha. Gue bisa percaya sama lo kan?" tanya Nala dan dibalas anggukan oleh Ayla.

"Bang, berhenti deh. Jangan kebanyakan ngomong manis ke Ayla. Bisa gamon dia dari lo!" ujar Shasha yang membuat Ayla dan Nala terkekeh.

"Serah lo Sha! Tapi Bang, kalau lo nggak jadi sama Kak Saras, pintu hati gur terbuka lebar kok buat lo!" ucap Ayla bercanda.

Nala hanya menanggapi keduanya dengan tertawa. Inilah yang Nala inginkan, adiknya tidak terlalu larut dalam kesedihan. Bisa kembali ceria seperti biasanya.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang