Empat Puluh Empat

38 6 0
                                    

Setelah kejadian yang menimpa Shasha kemarin, membuat teman-temannya ekstra waspada. Untuk itu hari ini mereka sengaja menjaga Shasha di setiap sisi. Para anggota Xavier yang tidak ikut turnamen ditugaskan Tarra untuk menjaga Shasha dan mengawasi para anggota tim SMA Nusa. Shasha awalnya menolak karena merasa tidak enak dan risih. Tapi Keenara mengancam akan mengadukan semuanya pada Keenan bahkan Nala. Kalau sudah begitu Shasha hanya bisa pasrah. Dia hanya perlu duduk diam di tribun sambil menonton pertandingan berlangsung. Kini Shasha bak seorang selebriti yang menyita perhatian semua orang. Bagaimana tidak, di kedua sisinya terdapat inti Xavier yang setia menjaganya.

"Chan, sstt, Chandra!" panggil Shasha berbisik.

Chandra yang mendengar hanya mengangkat alisnya.

"Bisa nggak sih kalian semua pindah tempat? Gue risih, plis lah Chan. Ya ya??" bujuk Shasha yang mengikutsertakan puppy eyes andalannya.

"Nggak Sha. Gue nggak mau ya kejadian kemarin keulang lagi! Udah duduk diem, lihat pertandingannya. Lo nggak lihat sekolah kita ngelawan anak Nusa?" tolak Chandra mentah-mentah, dia bahkan menyuruh Shasha untuk menikmati pertandingan ini.

Di dalam lapangan, tim Alan sedang bertanding sengit dengan tim Aidan. Pertandingan ini merupakan penentu tim mana yang akan masuk babak final. Fyi, turnamen hari ini dilaksanakan lebih awal. Karena besok mendadak ada penutupan jalan dibeberapa tempat karena perbaikan. Jadi final dilaksanakan hari ini juga. Setelah pertandingan antara Angkasa dan Nusa ini berakhir, selanjutnya akan ada tim dari Cakra dan Brawijaya.

Alan sekarang tampak sangat keren, mendribbel bola kesana kemari. Mengecoh beberapa lawannya dan mencetak poin. Sejauh ini tim Angkasa unggul 5 poin. Hal itu membuat Aidan geram dan mulai memikirkan akal liciknya. Dia merangsek maju menggantikan anggotanya yang sedang menghadang Alan.

"What's up bro! Ketemu lagi kita!" sapa Aidan, tapi Alan mengacuhkannya.

Alan tampak tak peduli dengan ocehan Aidan. Dia tetap fokus dengan permainannya dan berhasil mencetak skor lagi. Aidan mengumpat dalam hati. Bagaimanapun caranya, dia harus menang!

Alan berbalik dan berjalan pelan menuju Aidan. Tepat di sampingnya, Alan membisikkan sesuatu.

"Cara lo terlalu murahan buat gue yang di atas rata-rata. Mending lo cabut sana main bekel, nggak usah sok main basket!" setelah membisikkan itu, Alan menepuk pelan bahu Aidan lalu berlalu pergi.

"Bangsat!" umpat Aidan pelan.

Selama sisa waktu, Aidan tidak bisa mengontrol emosinya. Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Alan. Pemuda itu dengan asiknya mencetak poin, anggota tim nya juga berhasil menjebol ring lawan. Tepat saat peluit dibunyikan, tim SMA Angkasa dinyatakan masuk dalam babak final. Euforia datang dari para suporter SMA Angkasa juga inti Xavier. Alan senang bukan main, dia dan anggota tim nya langsung berkumpul dan saling memeluk. Aidan marah-marah di tempatnya. Matanya memerah menatap Alan yang kini menjulurkan lidah ke arahnya.

"Lihat aja lo semua!" geram Aidan.

Tim Angkasa berjalan menuju pembina mereka. Pak Bram memeluk satu persatu anggota tim basket putra. Meski basket putri hanya mendapat peringkat 4, setidaknya tim putra bisa melaju ke babak final. Para nti Xavier dan teman-teman Alan segera turun dari tribun.

"Selamat boys! Kalian masuk ke babak final! Setelah ini, mau kalian menang atau tidak bapak tetap bangga sama kalian!" ujar Pak Bram.

"Saya mau nya juara satu pak, gimana dong?"

"Dasar kamu Lan! Pokoknya lakukan yang terbaik!"

"Siap pak!" koar seluruh anggota basket putra.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang