Lima Puluh Dua

54 6 0
                                    

Hari kedua study campus dihabiskan untuk mengunjungi UGM dan UNY. Semua siswa diwajibkan sudah siap dengan barang bawaan mereka dan memakai seragam dengan almamater sekolah masing-masing. Jam 8 pas semua siswa masuk ke dalam bus masing-masing. Berbeda dengan Shasha yang hampir terlambat karena dia harus memakai sedikit make up untuk menutupi jejak tangisnya. Saat masuk ke dalam bus, dia segera berjalan menuju kursinya. Tapi langkah Shasha tertahan, ahh dia baru ingat kalau satu tempat dengan Keenara di bus. Jujur Shasha belum siap bertemu dengan Keenara. Tadi saja saat sarapan dia lebih memilih duduk bersama Luna daripada berkumpul dengan Ayla dan Keenara. Sekarang pun masih sama, bukannya menuju kursinya Shasha malah berjalan menuju ke tempat Ayla dan Nayra.

"Nay, boleh tukeran kursi?" tanya Shasha.

Nayra menatap Shasha sekilas lalu mengangguk.

"Duduk aja Sha, bentar gue ambil makanan gue dulu!" jawab Nayra.

Setelah mengambil makanan, Nayra bangkit dari duduknya. Kursi Nayra sekarang sudah resmi menjadi milik Shasha. Sedangkan Nayra berjalan ke depan mengisi kursi Shasha yang kosong. Dilihatnya Keenara yang menatap nanar ke arah Shasha. Nayra memegang pundak Keenara, membuat gadis itu menoleh.

"Sabar ya? Semoga bentar lagi semuanya akan baik-baik aja," ujar Nayra.

"Gue harap juga begitu Nay. Yaudah lo duduk sini!" balas Keenara lalu mempersilakan Nayra untuk duduk.

Setelah perdebatan kecil itu akhirnya semua bus berangkat menuju Universitas Gadjah Mada. Dalam perjalanan bus terasa begitu sepi. Ayla dan Arletta yang biasanya mencairkan suasana bersama Alan, kini hanya bisa terdiam. Suasana hati mereka bertiga sedang tidak baik sebelum masalah ini berakhir.

~♥~

Hampir seharian ini geng Xavier dan teman gadis mereka bak terbelah menjadi dua. Ada yang menemani Shasha dan ada yang bersama Alan juga Keenara. Hampir seharian ini juga Shasha jadi lebih dekat dengan Luna daripada teman-teman sekolahnya. Karena Nayra dan Arletta bersama Keenara, Shasha pun tak mau egois. Dia juga sedang tidak dalam keadaan yang baik untuk bertemu dengan Keenara maupun Alan. Dia masih merasa bersalah kepada Keenara dan Alan. Dia juga sedikit kecewa karena mereka telah membohongi Shasha, gadis ini sangat benci dibohongi.

"Sha, lo nggak mau coba ngobrol sama Keenar gitu?" tanya Luna saat mereka sedang berada di restoran.

Shasha menggeleng pelan, lalu kepalanya diarahkan menoleh ke meja di seberang mereka. Hanya berjarak satu meja, di sana terdapat Keenara, Alan, Ayla, Diko dan Raja. Shasha tersenyum miris, seharusnya sejak dulu Keenara dan Alan menampilkan kebersamaan mereka. Tapi karena perasaan bodoh Shasha, dua remaja itu harus menyembunyikan semuanya.

"Kalau lo masih ngerasa bersalah, lo salah besar Sha!" ujar Tarra mengalihkan perhatian Shasha.

"Jangan pernah merasa bersalah, untuk kesalahan yang nggak pernah lo perbuat," lanjut Tarra.

"Nggak bisa Tar. Semua ini gara-gara gue. Sejak awal masalah ini ada karena perasaan bodoh gue ini. Coba aja kalau perasaan konyol ini nggak ada, hubungan gue sama Keenara dan Alan bakalan baik-baik aja," jelas Shasha.

"Nggak Sha. Sekarang gue tanya sama lo, apa pernah lo minta buat suka sama Alan? Apa pernah lo minta agar hati lo jatuh ke Alan? Nggak kan? Semua yang terjadi udah takdir, ini bukan kesalahan lo sama sekali!" kilah Tarra.

"Terserah lo mau bilang apa, tapi rasa bersalah iti tetap ada Tar," Shasha kembali terdiam tak mau menanggapi Tarra lagi.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang