Semua pasti pernah merasa menyesal. Penyesalan yang datang di akhir. Buah pahit yang di dapat dari benih duka yang ditanam dulu. Benar-benar menyakitkan saat merasakan penyesalan itu. Itulah yang kini Keenara rasakan. Rasa menyesal yang kini menyeruak dari dalam hatinya. Rasa yang dulu hendak ia singkirkan, malah bertumbuh besar sekarang. Jika Keenara bisa memutar waktu, dia akan memilih menanam canda tawa dulu. Bukannya meninggalkan seseorang yang kini berhasil membuatnya merasakan sakit hati.
"Nara! Please stop Nar! Aku bisa jelasin semuanya, ini nggak seperti yang kamu pikirin!" panggil Alan mencoba menghentikan langkah kaki Keenara, tapi gadis itu malah tambah mempercepat langkahnya.
'Sakit Lan, aku nggak tau kalau rasanya sesakit ini. Apa ini karma atas yang kamu dan Shasha rasain selama ini?' batin Keenara menjerit.
Sungguh, jika bisa Keenara tidak ingin merasakan yang namanya penyesalan. Terlalu menyakitkan baginya. Keenara bahkan tidak bisa melihat wajah Alan sekarang.
"Keenara stop!" sentak Alan dan tangannya berhasil meraih pergelangan tangan Keenara. Gadis itu terhenti langkahnya dan Alan segera membalikkan badan gadis itu.
Sakit, itu yang bisa Alan rasakan sekarang. Melihat gadisnya menunduk sambil menangis. Terlebih lagi penyebab gadis itu menangis adalah dirinya.
Tangan Alan terulur memegang dagu Keenara dan mengangkat kepala gadis itu agar mendongak.
"Maaf. Maafin aku. Aku nggak bermaksud bikin kamu sakit hati," ujar Alan lirih.
"Kamu, kamu bener-bener bukan Alan yang aku kenal!" balas Keenara.
Gadis itu melepas tangan Alan di dagunya dan mundur beberapa langkah, menjauh dari Alan.
"Ka-kamu nggak perlu minta maaf. Hiks, aku. Aku yang harus minta maaf, hiks kalau aja aku nggak ninggalin kamu hiks waktu itu. Semua ini hiks nggak akan pernah terjadi."
"Nggak! Ini bukan salah kamu, ini salah aku Nar! Aku yang nggak bisa jaga perasaan aku."
Keenara terdiam sambil menarik nafas dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Tangannya terulur menghapus jejak air mata di pipinya.
"Sakit Lan. Lebih sakit lagi saat tau orang itu adalah saudara aku sendiri. Cewek yang udah aku anggap saudara kandung. Aku bahkan nggak tau gimana cara buat ngadepin Shasha nanti," lirih Keenara.
"Nar, aku--"
"Aku minta jauh dari aku Lan. Seenggaknya untuk beberapa waktu. Aku butuh waktu untuk memperbaiki sakit hati aku," potong Keenara cepat.
Alan hendak menolak tapi Keenara sudah terlebih dulu pergi. Alan mengepalkan tangannya dan meninju tembok yang ada di sampingnya. Beberapa kali pemuda itu meninju tembok sampai buku jarinya berdarah. Tapi percuma, rasa sakit di tangannya tak sepadan dengan sakit hatinya. Alan pernah kehilangan Keenara dulu dan kini kembali kehilangan gadis itu. Padahal hatinya baru pulih dengan masalah Shasha, sekarang kembali teriris.
~♥~
Jika diingat kembali, Shasha hampir lupa kapan terakhir kali Keenara bersikap dingin seperti ini. Sejak masuk kelas tadi gadis itu menatap Shasha aneh. Matanya juga terlihat sembab, meski sudah ditutup dengan bedak Shasha masih bisa melihat mata sembab gadis itu. Awalnya Shasha tidak mau banyak berpikir, tapi setelah melihat Keenara yang bertukar tempat dengan Arletta makin membuatnya tidak enak. Kenapa dengan gadis itu? Apa Shasha punya salah? Keenara jarang sekali marah, tapi sekalinya marah dia bisa membenci orang itu. Apa Keenara sedang marah pada Shasha.
Kring... Kring... Kring...
Bel istirahat berbunyi, Pak Aryo sudah keluar dari kelas. Semua murid XI IPS 3 tampak buru-buru mengemas peralatan menulis mereka. Shasha pun sama, dia bahkan menggunakan jurus tercepatnya. Masalah Keenara harus segera diselesaikan. Hal ini sungguh mengganggu Shasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [COMPLETED]
Teen FictionSaat rasamu berkembang tapi terhalang tali pertemanan? Kisah realita kehidupan remaja SMA, sukaduka dan pahitnya kehidupan. Drama pertemanan dan asmara menjadi satu dalam satu lingkup cerita. Kisah pertama dari Xavier Series Semoga suka 😊 Start: 4...