Empat Puluh Tujuh

30 5 0
                                    

Lima belas menit sudah Shasha diam termenung di dalam bilik toilet. Benar-benar tidak ada siapapun yang datang ke toilet. Gadis itu juga sudah tidak peduli dengan hukuman Pak Aryo. Mau diberi alasan apapun, guru dengan rambut yang sudah beruban itu tak akan mengampuni dirinya. Tapi rupanya Shasha bisa bernafas lega saat dia mendengar suara derap sepatu. Gadis itu langsung bangkit dari duduknya dan kembali menggedor pintu.

"Misi? Ada orang nggak di luar? Tolongin gue dong, bukain pintunya!" pinta Shasha.

"Ada orang di dalem?" tanya seseorang di luar bilik.

Shasha seperti kenal suara ini. Suaranya tidak asing, apakah mungkin.....

"Clau? Ini Claudia kan?" terka Shasha.

"Kak Shasha? Kakak yang kekunci di dalem?" tanya Claudia, tentu saja berpura-pura. Dia sudah termasuk dalam skenario prank.

"Iya ini aku Clau. Clau plis dong bukain pintunya, dari tadi kekunci!"

"Bentar kak, kekunci dari luar kaya nya. Ini kuncinya masih gantung di pintu," ujar Claudia lalu membuka kunci pintu tersebut.

Saat pintu sudah terbuka, Shasha langsung keluar dari bilik itu dan spontan memeluk Claudia. Tak disangka gadis penyuka doraemon itu menangis di pelukan Claudia.

"Eh eh kak? Kakak kenapa, kok nangis?" tanya Claudia.

"A-aku takut Clau, di-di sini gelap. Ak-aku sendirian, aku ta-takut," jawab Shasha terbata.

Claudia yang masih setengah kaget, mau tak mau mengelus pelan punggung Shasha.

"Udah ya kak, kan sekarang kakak udah keluar. Mau ke uks nggak? Aku anterin," tawar Claudia.

Shasha melepas pelukannya dan menghapus jejak air matanya.

"Nggak, nggak usah. Aku mau langsung ke kelas aja. Makasih ya udah nolongin, duluan Clau!" pamit Shasha lalu dia segera berlari keluar toilet untuk menuju ke kelasnya.

"Kasihan Kak Shasha sampe nangis, jadi nggak tega gue nge-prank dia," ujar Claudia pelan.

Di luar, Shasha terburu-buru menaiki tangga dan berlari secepat mungkin menuju kelasnya. Diko, Ayla dan Kai yang melihat Shasha lewat jendela hanya bertos kecil sambil cekikikan. Kini sampailah Shasha di depan pintu kelasnya, meski ragu dan takut dia memberanikan diri untuk masuk. Pak Aryo yanh sedang menulis di papan tulis pun dibuat terkejut dengan kehadiran Shasha yang sedikit kacau.

"Darimana saja kamu Noureen Falisha?! Tau jam masuk pukul berapa?!" bentak Pak Aryo membuat Shasha sedikit tersentak.

'Oh tuhan, cobaan apalagi yang engkau beri pada hamba?' batin Shasha.

Keenara, Nayra, Arletta dan Alan menatap Shasha kasihan. Mereka tahu betul Shasha tidak bisa dibentak. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak akan seru kejutannya kalau pelaku utama tidak dikerjai terlebih dulu.

"Kenapa diam saja Falisha?! Kamu tidak bisu kan?" tanya Pak Aryo sekali lagi.

"M-maaf pak. Em, i-itu tadi s-saya ke-kekunci di to-toilet," jawab Shasha takut-takut.

"Kalau kekunci ya minta tolong untuk dibukakan! Lagipula siapa juga yang bodoh mengunci diri sendiri di toilet hah?!"

"Bu-bukan saya pak! Pin-pintunya kekunci dari luar,"

"Sudahlah! Sekarang taruh tas kamu lalu pergi ke taman belakang! Sapu daun yang berjatuhan sampai bersih! Waktu kamu sampai jam saya habis!" titah Pak Aryo mengumandangkan hukuman Shasha.

"Ta-tapi pak, kan sudah ada--"

"Tidak ada tapi-tapian Noureen Falisha! Lakukan sekarang atau kamu saya jemur di lapangan basket?!" ancam Pak Aryo dan tentu saja Shasha tidak menginginkan itu.

FRIENDZONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang