Entah kenapa setelah acara permintaan maaf ala Alan-Diko terjadi, Shasha jadi sedikit lebih murung. Memang tidak terlalu kentara, tapi sangat terlihat jelas oleh Alan yang sedari tadi memperhatikan gadis yang ada di sampingnya ini. Meskipun gadis yang memakai jaket denim itu sesekali menimpali ocehan teman-temannya. Tapi Alan yakin sejak kejadian di bianglala, Shasha jadi sedikit murung. Seringkali Alan pergoki gadis itu melamun sambil menatap ke luar jendela mobil.
"Chan, lo sama Claudia gue antar dulu ya?" tanya Alan tiba-tiba saat di mobil hanya berisi dirinya, Chandra, Shasha dan Claudia.
Chandra sedikit kaget, tapi seketika raut mukanya jadi datar lagi. Dia cukup paham kalau temannya ini ingin waktu berdua dengan Shasha. Chandra juga menyadari kalau Shasha sedikit berubah. Maka dari itu Chandra iya iya saja saat Alan ingin memiliki waktu berdua dengan Shasha.
"Iya."
"Loh? Kenapa sih Kak? Kan rumah kita tetanggaan? Kenapa nggak langsung aja nganter Kak Shasha?" tanya Claudia beruntun tapi hanya dihadiahi pelototan tajam dari Chandra.
Akhirnya Alan benar-benar mengantar Chandra dan Claudia pulang terlebih dulu. Setelah itu Alan kembali tancap gas menuju rumah Shasha. Untung saja Shasha sedang tidur, kalau dia bangun tadi sudah pasti akan menolak mentah-mentah keinginan Alan. Sesampainya di rumah Shasha, Alan lantas menghentikan mobilnya di depan pagar. Tangannya beralih menggoyangkan sedikit lengan Shasha.
"Sha, bangun. Udah sampe!" ujar Alan membuat Shasha menggeliat.
Perlahan terbukalah manik mata Shasha, lantas gadis itu menguap khas orang baru bangun tidur. Shasha awalnya kaget melihat tidak ada satupun orang di mobil kecuali dia dan Alan.
"Loh? Lan? Yang lain kemana?" tanya Shasha heran.
"Udah pulang. Lo pulang juga gih!" jawab Alan lalu Shasha bergerak melepas sealbelt. Setelah terlepas tangannya bergerak untuk membuka pintu mobil tapi ditahan oleh Alan.
"Tunggu dulu!" seru Alan membuat tangan Shasha yang hendak membuka pintu mobil terhenti.
"Kenapa?"
"Harusnya gue yang nanya kenapa. Lo kenapa sih?" pertanyaan Alan membuat kening Shasha berkerut, maksudnya?
"Sejak kita turun dari bianglala, sikap lo berubah!"
"Gue nggak kenapa-napa dan sikap gue sama aja!" tukas Shasha.
"Ck, batu banget sih diomongin? Jelas-jelas sikap lo berubah sedetik setelah kita bahas soal Nara. Lo cemburu?"
Deg!
Sumpah demi apapun, Shasha tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya bisa menatap Alan dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak mungkin kan Alan tahu?
"Sha? Gue tanya sama lo. Jawab kek!"
"Nggak! Buat apa gue cemburu?" elak Shasha.
"Seriusan? Tapi tadi sika--"
"Lo siapa gue sampai harus dicemburuin segala?"
Skakmat!
Entah kenapa Alan merasa ada sesuatu yang sedikit perih dihatinya. Tapi dia tidak mau berpikiran aneh. Mungkin hanya sekilas.
"Y-ya bukan siapa-siapa sih. Tapi sikap lo itu aneh banget tau nggak?"
"Gue lagi pms, puas lo?!" ujar Shasha garang.
"Yaelah, bilang dong! Yaudah turun gih!"
"Dasar bekantan gila! Nggak sopan banget ngusir gue!"
"Heh pendek, lagian ini udah sampe depan rumah lo. Mau ngapain lagi lo di dalam mobil gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [COMPLETED]
Fiksi RemajaSaat rasamu berkembang tapi terhalang tali pertemanan? Kisah realita kehidupan remaja SMA, sukaduka dan pahitnya kehidupan. Drama pertemanan dan asmara menjadi satu dalam satu lingkup cerita. Kisah pertama dari Xavier Series Semoga suka 😊 Start: 4...