•••
Wendy kini sedang berdiri di depan ruang kerja ayahnya, ia terlihat bimbang dan ragu untuk masuk karena ia tak cukup berani bertemu dengan sang ayah, tetapi Wendy tetap harus masuk karena ada hal penting yang harus ia sampaikan pada ayahnya.
Wendy memberanikan diri mengetuk pintu, dan dengan perlahan membuka pintu ruangan tersebut.
Wendy bisa melihat, sosok ayahnya tengah duduk di kursi kerjanya dan berkutat pada beberapa berkas di depannya, pria itu melirik sebentar kearah Wendy, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.
Wendy hanya berdiri memandang sang ayah, Wendy tidak berani untuk memulai pembicaraan, ia menimang-nimang apakah ia harus berbicara duluan atau tidak.
"Ada apa kau kemari? Kalau tidak penting jangan menggangguku" akhirnya yang lebih tua membuka suara.
"Em... Ini tentang Eomma" Wendy memelankan suaranya.
"Itu tidak penting, jadi segeralah keluar" sang ayah bahkan tak melihat Wendy dan terus berfokus pada kerjaannya.
Ayahnya memang tak mau lagi mendengar tentang ibu Wendy, meski Wendy sudah berusaha membuat ayahnya mengerti, Wendy selalu memohon agar ada sedikit saja rasa peduli ayahnya terhadap sang ibu, namun sang ayah terlalu keras kepala.
"Aku ingin meminta uang!!!" ucap Wendy dengan tegas. Ia memberanikan diri untuk berbicara hal ini.
Sang ayah melirik ke arah Wendy sebentar kemudian beranjak dari duduknya menuju rak buku yg ada di belakang meja kerjanya.
"Uang? Kau harusnya tidak meminta uang padaku, aku sudah cukup kerepotan dengan biaya kuliahmu-" jawab sang Ayah.
"Pertama aku sudah berbaik hati ingin menampung mu, kedua kau sudah aku kuliahkan, apa itu tidak cukup?-" lanjutnya lagi.
"Dan sekarang kau minta uang padaku? Kau suruh saja ibumu menjalang, emmm atau kau saja…, kau sayang kan pada ibumu?, aaah tentu kau akan melakukan apapun demi dia" sang Ayah menyelesaikan perkataannya tanpa melihat sedikitpun kearah Wendy.
"Ayah akan menyesal melakukan hal ini pada Eomma. Dan ingatlah, orang yang lebih mencintaimu adalah Eomma, bukan dia!" Wendy memandang lekat-lekat punggung sang Ayah. Ayahnya tak bergeming tetap saja enggan berbalik untuk melihat sang Anak.
"Dia yang telah menghianatiku, dan aku tidak akan pernah menyesal kepada si jalang itu!!!" ucap ayahnya sedikit membentak.
Mendengar apa yang di tuturkan ayahnya dada Wendy terasa begitu sesak, meski sudah menduga ayahnya akan menolak permintaannya tetapi Wendy tak menyangka ayahnya akan mengatakan hal seperti itu.
-Dia tak seperti dulu- batin Wendy.
Wendy memutuskan untuk segera pergi dari ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, karena jika terlalu bersikeras berbicara pada ayahnya hanya akan menambah masalah menjadi semakin rumit, dan Wendy tau seharusnya ia sudah bersyukur masih diperbolehkan tinggal dan sekolah oleh Ayahnya.
.
.
Wendy selalu berusaha mengumpulkan uang untuk ibunya, ia tak pernah naik bus dan jajan di luar, agar uangnya bisa ia tabung, bahkan ia sudah menjual barang-barang branded kesayangannya demi pengobatan sang ibu.
Wendy tak pernah mempermasalahkan itu yang penting ibunya selalu mendapatkan pengobatan. Ia ingin ibunya sembuh, hanya itu yang Wendy inginkan saat ini.
Tapi kali ini uang Wendy saja tidak cukup.
•••
Wendy terus menguap, matanya terlihat begitu bengkak, mungkinkah ia tidak bisa tidur semalam, Wendy pasti memikirkan apa yang sudah ia bicarakan bersama ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You - WenYeol Ver ☑️
FanfictionChanyeol yang sakit hati ditolak seorang gadis bernama Wendy berniat membalaskan dendamnya. WenYeol