1 : Perjodohan

275 26 12
                                    

'Kriiing'

'Kriiiiiiiiiiiiingggggggg'

Jam beker memukul-mukul loncengnya dengan heboh mengharapkan si putri tidur segera meninggalkan mimpinya.

Harapan jam beker terwujud tentu saja. Dengan bantuan bantal besar dan omelan wanita paruh baya. Si putri tidur akhirnya bangun dengan kepala agak teler.

"Bangun! Kau akan terlambat!! Lihat pukul berapa sekarang!" teriak wanita itu sembari membuang bantal yang tadi ia gunakan untuk memukul putrinya. "Cepat mandi kemudian sarapan!". Begitu omelan terakhir wanita itu, lalu turun ke lantai satu untuk kembali ke dapur.

Gadis dengan rambut acak-acakan dan liur basah di pipinya itu duduk diam di kasurnya. Butuh waktu baginya untuk mengumpulkan kembali roh-rohnya yang berpetualang entah kemana. Tangannya meraih jam beker dengan maksud mematikan alarm-nya, tapi betapa matanya melotot ketika melihat jarum itu menunjuk angka berapa.

"WAHHHHHHHHHHHHH!!!!"

"CLAIRE!! JANGAN BERISIK! CEPAT TURUN!" teriak wanita itu dari lantai bawah.

Wanita paruh baya itu menghembuskan nafas kesal dengan kelakuan putrinya itu. Meski dengan bibir yang masih mencibir, ia dengan cekatan membolak-balik omelet dan menyajikannya di atas piring. Ia tidak pernah lupa menghidupkan radio dan menyetel musik jazz dari sana. Hari yang tenang di keluarga Adams.

BRUAGHKKKK....

Wanita itu segera berlari ke arah tangga tempat suara itu berasal. Teriakan histeris lolos dari mulutnya. "CLAIRE!!!!!!!".

Gadis yang baru jatuh dari tangga itu dengan susah payah mengangkat kembali tubuhnya. Kemudian langsung berlari keluar. "Ibu aku berangkat!!".

"Bagaimana dengan sarapanmu? Bekal?".

"Tidak ada waktu, maafkan aku!!".

Si ibu hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepala.

"Ada apa ribut-ribut?" tanya laki-laki di umur 50-annya. Wajahnya terlihat kusut dan mengantuk. Mulutnya yang menguap mengkonfirmasi kantuknya. "Pagi-pagi sudah ribut.. dasar kalian". Laki-laki yang masih memakai singlet dan celana kolor pendek itu turun ke bawah dan berjalan ke dapur untuk mengambil sarapannya.

"Putri kita itu benar-benar sial. Sekalinya mendapat kerjaan, shift-nya pagi sekali. Mungkin dia salah mengatur alarm jam bekernya" wanita itu mengikuti suaminya. Bergabung di ruang makan untuk sarapan bersama.

"Dasar ceroboh. Yahh, tapi aku bersyukur dia tidak meniru kakaknya".

Si wanita menghembuskan nafas lagi menanggapi suaminya. Ia mengangguk setuju.

"Ah iya, tadi pagi sekali ada surat datang dari ayah" ujar sang istri. Bangkit entah kemana mencari lembaran amplop putih yang masih tersegel.

"Dari ayah di Mineral Town?" tanya suaminya.

Si istri mengangguk.

***

"Perjodohan? Aku? Aku dijodohkan?" mata gadis itu membulat kaget. Aktivitasnya melepas sepatu langsung terhenti. Telunjuknya berkali-kali menunjuk mukanya sendiri tidak percaya.

Pekerjaan sangat berat untuknya hari ini. Menjadi buruh pabrik yang harus berangkat pagi dan pulang malam tidak baik untuk fisiknya. Ditambah malam ini ada saja kejutan dari kakek tersayangnya itu.

"Ayahmu ingin bicara denganmu" ujar sang ibu pada anaknya. Tangannya menunjuk ruang tengah yang TV-nya menyala saluran olahraga.

Gadis itu menuruti si ibu. Mata birunya menangkap mata cokelat ayahnya, yang langsung saja sang ayah mematikan TV-nya. Pria itu juga sepertinya baru pulang dari kerjaannya, dan senyum kelelahan terlukis di bibirnya,

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang