28 : Kehamilan... Tapi Bohong

138 16 2
                                    

Claire menggigil dalam rangkulan jaketnya. Belanjaannya ikut ia dekap. Kakinya sudah memasuki Summer Farm dan pandangannya menangkap kotak surat yang tandanya terangkat. Sepertinya ada surat yang datang tadi malam.

Dituntun penasaran, Claire menaruh belanjaannya di depan pintu lalu membuka kotak suratnya. Sepucuk amplop yang sudah dibubuhi alamatnya beserta alamat pengirim diambilnya.

 Sepucuk amplop yang sudah dibubuhi alamatnya beserta alamat pengirim diambilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Claire melompat sesaat, tidak sabar membuka surat dari orangtuanya itu. Tidak sabar ia mengetahui kabar kakeknya. Tapi ketika melihat alamatnya lagi, terdapat rasa aneh di dadanya. Seperti, perasaan dilepaskan, disingkirkan, tidak dianggap. Orangtuanya seperti benar-benar lepas darinya. Dia bukan Adams lagi dan itu masih membuatnya merasa aneh. Bergumul dengan keluarga baru masih membuatnya merasa aneh. Tidak diomeli ibunya lagi masih membuatnya merasa aneh.

"Ah, iya. Di sini malah ada yang lebih galak.." gumam Claire ketika jadi teringat Anna.

Akhirnya ia coba buka amplopnya, yang ternyata disegel rapat, sehingga Claire buru-buru lari ke dalam rumah tapi tidak meninggalkan belanjaan yang tadi disenderkan di pintu. Ia cari cutter dari laci meja yang ada di dekat TV, menemukannya, lalu membuka suratnya hati-hati.

Ia baca surat itu dengan ritme jantung yang cepat. Kalimat demi kalimat. Hingga jantung yang cepat itu jatuh kesandung ketika Claire sampai pada kalimat,

 Hingga jantung yang cepat itu jatuh kesandung ketika Claire sampai pada kalimat,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demi apa pun, tangan Claire gemetar hebat. Rasa khawatir menelannya bulat-bulat berbarengan dengan langkah cepatnya memasuki kamar. Ia guncang tubuh lelaki yang masih nyaman dalam mimpinya itu, hingga iris biru lelaki itu muncul perlahan.

"Kenapa?" tanya Gray ketika akhirnya sadar. Nyawanya belum sepenuhnya kembali, tapi ia berusaha duduk.

"Kakek!" seru Claire. Ia sodorkan lembaran surat itu agar cepat-cepat dia baca. "Ayo ke sana! Ayo jenguk Kakek!" sembur Claire lagi. Ia goyangkan lagi tubuh Gray yang berusaha membaca surat itu meski fokusnya belum sepenuhnya pulih.

"Tidak bisa gegabah, nanti siapa yang akan mengurus perkebunan kakekmu? Kakakmu belum datang, ternaknya tidak bisa ditinggal" ujar Gray berusaha mengingatkan istrinya kembali akan tanggung jawabnya.

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang