19 : Kakek Pergi

160 19 8
                                    

Gray duduk di atas kasur, tangannya ia istirahatkan pada paha, memperhatikan istrinya memasukkan baju-baju yang sudah disetrika sejak tadi sore ke dalam lemari.

"Lusa..".

Claire menengok ke arah suaminya yang tiba-tiba bicara.

"Saya menyusul kakek ke kota".

Claire menghentikan kegiatannya memasukkan baju, kini melihat Gray yang balik melihat juga.

"Saya baru dapat kabar tadi.. dari kakek. Urusan pekerjaan".

"Berapa lama?" tanya Claire. Perempuan itu melanjutkan lagi kegiatannya memasukkan baju.

"Mungkin 3 hari, mungkin seminggu. Bisakah kamu.. mengemaskan baju saya?".

Claire mengangguk, "Ya". Ia kemudian menutup lemari lagi setelah baju-bajunya sudah selesai. Seketika berkedip bingung setelah sadar atas pandangan suaminya. "Kenapa melihatku seperti itu?".

"Kamu tidak apa saya tinggal?".

Ia terkekeh. "Tidak apa, aku kan tidak sendirian di sini. Ada kakek".

Gray tersenyum.

"Sarung tangan itu juga dibawa?" tunjuk Claire pada sarung tangan yang mencuat dari saku celana yang digantung di balik pintu. Lelaki itu diam saja awalnya, tapi kemudian menggeleng.

***

"HAHHHHH?? Kau memberi tahu Claire?!".

Kai menutup kedua telinga dengan kedua tangannya, berharap pekikan Ann segera berakhir.

"Aku pikir kau temannya Gray! Astaga!". Perempuan itu mendengus tidak percaya, ia sampai berkacak pinggang.

"Ann. Karena aku temannya, aku memberi tahu istrinya" Kai mengukuhkan pendapatnya sambil kembali memainkan gelas birnya.

"Dan? Hasilnya? Selain keretakan hubungan mereka?".

"Kalau Claire mencintai Gray, dia pasti akan berusaha menerima dan membantu si bodoh itu melupakan 'dia'!". Ann berkedip kaget terhadap Kai yang tiba-tiba meninggikan suaranya. "Lagi pula sekarang mereka masih baik-baik saja" gerutu Kai pelan.

"Apa lagi yang kau beri tahu?" tanya Ann lagi meski enggan tapi penasaran.

Kai menggeleng. "Hanya itu.. aku tidak memberi tahu nama. Aku tidak mau ada pertengkaran, man".

'Cklek!'.

Kedua orang itu kompak menengokkan kepala ke arah pintu masuk. Seorang pria tua dan dua orang yang lebih muda memasuki bar. "Panjang umur..." gumam Ann dan Kai bebarengan.

Claire berlari kecil mendahului rombongannya­­—kakek dan suaminya— menuju di mana Ann berada. Yang berarti meja Kai duduk. Langkahnya langsung memelan begitu sadar siapa yang ada di sana.

"Hai! Kesini mau dengar cerita Hawaiiku lagi?!" seru Ann dengan pertanyaan.

Claire menggeleng dengan kekehan. "Aku sudah mendengar ceritamu jutaan kali!".

"Aku sedang ingin minum-minum" ujar Kakek Jack setelah berhasil menyusul cucunya. Pria tua itu langsung bergabung di meja Kai, tidak sadar dengan ekspresi Claire yang mencoba melarangnya.

"Siang-siang begini?" Ann mengangkat alis heran.

"Tidak ada batas waktu buat minum, ya kan Doug!" seru si tua Jack pada ayah Ann yang melayani pelanggan lain di ujung sana. Lelaki paruh baya itu berseru setuju dan membuat anak semata wayangnya mendengus.

Gray turut bergabung setelah menyapa Kai, dan lagi-lagi ekspresi larangan Claire tidak disadari. Akhirnya, dengan berat hati perempuan itu ikut duduk dengan mereka.

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang