26 : Gema

131 18 1
                                    

Suara senandung menggema. Memantul-mantul menabrak tembok, kemudian menabrak furnitur, menabrak perabot. Dari suara saja sudah menunjukkan mood senangnya, apa lagi melihat bibirnya yang melengkung ke atas. Hati-hati Claire menuliskan lettering "Gray & Claire" di atas kue kecil. Sedikit melengkung, menyatukan garis-garis selai stroberi, dan selesai.

"Tidak sebagus punyamu.." ujar Claire sedikit terkekeh terhadap hasil karyanya.

Perempuan di sebelahnya tidak menjawab apa-apa. Sepercik rasa resah melukiskan Mary dengan sempurna. Kenapa dia tiba-tiba jadi begini? Adalah pertanyaan yang mewakilkan ekspresi Claire ketika melihat Mary.

Tangan Mary tetap cekatan menghias kue ulang tahun ibunya, tapi sepertinya pikirannya lebih senang keluyuran ke mana-mana. Dan satu tepukan di bahu berhasil menyadarkan.

"Ada apa?" tanya Claire.

Cepat-cepat Mary menggeleng kikuk. "Hanya kepikiran sesuatu..".

"Apa itu?".

Mary menggeleng lagi seakan menepis pertanyaan Claire.

"Aku.." ujar Mary tiba-tiba. "Aku mau keluar sebentar".

Belum Claire sempat menjawab, Mary sudah membawa tubuhnya pergi dari dapur. Membuka pintu, lalu menutup pintu, kemudian lari cepat-cepat ke arah hutan.

Yang ditinggalkan hanya bisa bengong.

***

Gray sengaja memerosotkan dirinya menuruni dataran miring. Memanfaatkan kelicinan rumput yang masih basah karena badai kemarin. Sekali Gray memandang, ia sudah yakin Cliff tidak ada di gubuknya.

Semuanya porak poranda. Dari pohon-pohon tumbang, ranting berserakan, dan daun-daun menumpuk berceceran kemana-mana.

Ia dongakkan kepalanya ke atas, ke arah air terjun.

"Cliff?" panggil Gray.

Hanya gema suaranya yang terdengar. Kepalanya ia longokkan lebih dalam dan tubuhnya secara sempurna masuk ke dalam gua tambang. Perlahan ia masuk lebih dalam, sambil menengok ke kanan dan ke kiri. Tangannya ia tempelkan pada dinding gua ketika cahaya di luar sudah tidak mampu masuk ke dalam. Ia raba-raba menjadikan dinding itu penunjuk jalan.

"Cliff?" panggilnya lagi.

Tidak ada sambutan kecuali gema suaranya sendiri.

Menggaruk belakang kepalanya heran, Gray pun memutuskan untuk kembali.

BRUGH!

Sesuatu yang besar menyandung kaki Gray. Badannya sukses mendarat di lantai gua sementara kakinya menindih sesuatu yang hangat. Rasanya seperti tubuh manusia dan itu sukses membuat Gray terperanjat hingga tersentak menjauh.

"S-siapa?".

Suara lemah itu berhasil menenangkan rasa panik Gray. Itu suara Cliff. Dalam kegelapan Gray bisa mendengar suara benda-benda logam berbenturan. Kemudian suara gesekan, lalu akhirnya terlihat percikan api. Lampu ublik tua berhasil dinyalakan, menyoroti dua laki-laki yang saling memandang takjub.

"Oh.. kau" ujar Cliff lemah. Kepalanya kembali ia baringkan sementara tubuhnya meringkuk dalam tumpukan baju. "Mau kerja? Aku tidak akan mengganggu..".

"Kau demam" ujar Gray. Diagnosisnya serampangan hanya dengan melihat kondisi Cliff yang seperti itu.

"Ya.. menyebalkan".

"Maaf sudah menyandungmu".

"Tidak masalah".

Setelah bertukar obrolan singkat, kedua lelaki itu pun diam. Hanya suara kobaran api dalam lampu ublik beserta guyuran air terjun dari luar. Gray tetap duduk di tempatnya, memandangi Cliff yang kembali tidur berselimut tumpukan baju.

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang