--05.00--
Pemuda itu menyentuh pipi istrinya, kemudian mengganti kompresnya dengan yang baru. Ia lipat selimut dan kasurnya, lalu memasukkannya ke dalam kabinet beserta bantalnya. Pemuda itu mengambil jaket, membuka pintu rumah perlahan, menutupnya perlahan pula. Ketika ia dongakkan kepala ke atas, bulan masih terlihat di sana sementara matahari masih enggan membagi cahayanya.
--05.10--
"Gray!".
Pemuda itu menengokkan kepalanya. Wanita dengan rambut pendek dan wanita dengan rambut digulung menghampirinya. "Selamat pagi" pemuda itu menyapa. Perhatiannya kembali ke pedagang di depannya, "Saya ambil ini dan itu". Pedagang itu mengangguk lalu memasukkan 1 bungkus kerang 1 kiloan yang sudah dikemas juga ikan berukuran sedang.
"Kami dengar istrimu sakit!" seru perempuan berambut pendek, Manna.
"Bagaimana keadaannya? Apa sudah baik-baik saja?" tanya perempuan dengan rambut digulung, Sasha.
"Demamnya sudah agak turun. Ngomong-ngomong, saya dengar kalian sering membantunya belanja. Terima kasih banyak".
"Ohohoh tidak usah dipikirkan" itu Sasha.
"Jangan-jangan istrimu hamil!" Manna menutup mulutnya seakan kaget.
"Benar juga!" Sasha menutup mulutnya juga.
"Ini ambil, bawa pulang" kedua wanita itu bergantian memberikan belanjaannya pada pemuda itu. Gray memperhatikan bahan makanan yang baru diterimanya.
Semuanya bagus untuk ibu hamil.
--05.30--
Pemuda itu membuka pintu rumah perlahan-lahan, lalu menutupnya lagi perlahan-lahan.
"Gray?".
Sepertinya suara plastik membangunkan istrinya.
"Hai. Sudah baikan?" setelah melepas alas kakinya, laki-laki itu berjalan ke arah counter dapur meletakkan belanjaannya.
"Apa yang kamu lakukan? Biar aku saja" Claire berusaha bangkit, tapi suaminya itu menahan.
"Tidak apa, saya libur! Lagi pula kamu masih lemas. Lihat" Gray menangkup pipi istrinya itu yang begitu pas dengan telapak tangannya.
"Tanganmu kasar". Meski komentarnya begitu, Claire tetap membelai tangan kasar di pipinya dengan sayang.
"Kamu istirahat saja, ya".
"Maafkan aku".
"Kenapa?"
"Kamu jadi repot".
Gray menggeleng cepat dan menyanggahnya dengan keras.
"Nomong-ngomong Claire.." Gray sengaja menggantung kalimatnya. Ia tidak yakin apa ia harus menanyakan ini. "Apa kamu terlambat?".
Claire mengerutkan kening bingung. Ia tidak sedang ada janji dengan seseorang, kecuali dengan tante Anna di hari Kamis dan Jumat. Tapi kalau ia jadi hilang ingatan karena membentur sesuatu ketika jatuh kemarin, ia tidak tahu.
"Haid".
Claire melotot kaget, tapi tetap ia ingat-ingat. Kemudian ia menggeleng. "Tidak terlambat".
"Oh..".
"Waktu itu kita pakai pengaman".
"Kamu benar".
Kemudian jeda sebentar.
"Apa kamu mengharapkannya? Kamu kecewa?" wajah Claire langsung khawatir. Sontak saja Gray ikut kaget lalu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWN
FanficFanfiction game Harvest Moon Boy & Girl / More Friends of Mineral Town Fanfiction game Story of Seasons : Friends of Mineral Town Gadis kota itu menuruti permintaan sang kakek. Perjodohan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, dan tinggal di kota...