45: Pete Akan Mulai Tinggal Seatap

154 13 3
                                    

Gray tidak pernah bermimpi, apa lagi menyangka, bahwa apa yang dilihatnya begitu pintu dibuka adalah sorot mata tajam yang mencabik-cabik kulit. Mata itu terlihat gelap meski telah ditimpa cahaya lampu, postur itu sungguh tegap tidak goyah atas dinginnya suhu, dan yang membuat Gray merinding adalah suara itu yang membacok gendang telinga.

"Mana adikku?"

Tamu itu mengangkat wajahnya dengan angkuh, sementara Gray di ambang pintu masih terpaku. Ia bisa belihat bentuk rahang tegas dan tampang yang tidak main-main itu, yang mana tidak berubah sama sekali sejak berbulan-bulan lalu. Gray buru-buru melangkah mundur, mempersilakan Sang Tamu melangkah maju.

Mungkin karena Gray yang tak kunjung kembali, Claire menyembulkan kepalanya dari kamar, menengok siapa saja yang bertamu di tengah malam. Dari mata pengamatnya, Clarie melihat Tamu yang datang adalah laki-laki tinggi, berjaket tebal, lengkap dengan syal dan topi beanie rajutan. Tangan kanan Sang Tamu menenteng koper, sementara tangan kiri dimasukkan saku, bahkan beberapa butir salju sudah menebeng pada bahu dan kepalanya. Tubuh Claire gemetar seakan baru melihat hantu. Itu kakaknya. Pete Adams dengan hidung merah dan napas yang mengeluarkan uap.

Pete menengok ke arah kepala yang menyembul di sana. "Kakakmu datang, tapi kamu malah bengong begitu," Pete menggelengkan kepala, terukir senyum di bibir.

Pria yang sudah lama dinanti kedatangannya itu pun mulai mencopot kedua sepatunya, menghiraukan dua manusia yang masih bengong diguyur takjub. Butuh waktu agar Claire mampu memproses keabnormalan peristiwa ini. Lalu Claire perlahan mendekat, menghampiri Sang Kakak, hingga berjongkok di samping Pete yang kini kakinya hanya dilindungi kaus kaki. Tangan Claire meraba-raba lelaki itu memastikan eksistensi nyatanya. Ia pegang-pegang jaketnya, wajahnya, telinganya, lalu tanpa aba Pete meremas pipi Claire sampai bibir perempuan itu maju ke depan seperti ikan lohan. Pria ini benar-benar kakaknya. Nyata. Makhluk hidup sungguhan. Sontak tubuh Claire menyeruduk agaknya kerbau, rangkulan erat ia berikan pada kakaknya.

"Kenapa baru datang sekarang?!"

"Maaf... Kakak perlu mengerjakan proyek dengan profesor Kakak."

"Proyek? Proyek seperti apa? Apakah menarik?"

Gray masih berdiri menyandar dinding tidak tahu harus berbuat apa. Istrinya sungguh antusias seperti anak anjing yang bertemu dengan majikan. Kemudian ia lirik laki-laki yang sepantaran dengannya ini dari posisi berdirinya. Pertemuan pertamanya dengan Pete, sekaligus pertemuan terakhirnya, adalah di acara pernikahannya musim semi lalu. Itu sama sekali bukan pertemuan yang menyenangkan. Namun asalkan istrinya bahagia, Gray ikut mengembangkan senyum simpul menyambut kedatangan laki-laki itu.

"Kak, mau dibuatkan cokelat panas?" Gray akhirnya menyela obrolan seru kakak-beradik di sana. Senyumnya tetap dipasang sopan. "Saya bisa bawakan koper Kakak ke kamar-"

"Claire, Kakak ingin yang hangat-hangat," ujar Pete. Ia tarik kopernya jauh-jauh dari jangkauan Gray, kemudian menyerahkannya pada Claire.

"Aku bisa buatkan cokelat panas untuk Kakak," Claire tersenyum semringah. Perempuan itu langsung berlari seperti kelinci menuju kamar Kakek demi menyimpan koper, lalu bergegas menuju dapur. Sementara itu Pete menanggalkan beanie, syal, dan jaket tebalnya, lalu mencantolkan mereka pada tiang gantungan yang ada di dekat pintu. Ia pandangi sebentar tumpukan jaket musim dingin yang masing-masing berwarna beige dan merah muda yang juga digantung di sana. Pete membuang yang berwarna beige ke sembarang tempat, lalu segera menyusul Claire ke arah dapur.

Gray melihat semuanya dengan kejelasan mutlak dari tempatnya berdiri. Bagaimana jaket itu melayang merangkul udara. Bagaimana jaket itu akhirnya terjerembap ke lantai. Bagaimana suara entah kancing atau ritsleting besi membentur kayu. Itu semua adalah suara ratapan jaket kesayangannya. Gray pun memungut jaket malang itu tanpa berkomentar apa-apa. Menurut Gray, satu-satunya hal baik dari Pete Adams adalah fakta bahwa dia adalah kakak kandung Claire Williams.

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang