Mineral Town, hari bulan dan tahun
Teruntuk Kakakku tercinta, yang akan selalu dicinta dan akan selalu berada di puncak hormatku.
Agaknya, adik tersayangmu ini jarang menggerakkan jari-jarinya menggenggam pulpen lalu menuliskan coretan kabar, lalu menyegelnya dalam amplop, lalu mengirimkan kepadamu. Agaknya, Kakak tidak jauh beda denganku.
Agaknya Kakak masih kecewa dengan pilihanku.
Adikmu sudah mapan sekarang. Berkat pilihan yang entah dengan guyuran ceroboh atau malah guyuran hoki. Hidupku baik. Sebaik yang 'buruk' kalau dalam versi Kakak. Hidup sebagai petani di kota terpencil. Mengerjakan pekerjaan berat setiap hari. Pintar-pintar jaga sikap agar tidak dijauhi orang sekampung.
Lelah aku Kak...
Kata-katamu dulu benar semua!
Tidak ada toko kue, tidak ada toko aksesoris.
Tidak ada bioskop, tidak ada taman hiburan.
Tidak ada Kakak, tidak ada ayah-ibu.
Apakah aku menyesal? Aku tidak tahu, Kak. Adikmu yang dungu ini tidak tahu. Aku sudah mengubah jalan hidupku tapi masih saja aku bingung menentukan tujuan hidupku. Masih samar-samar, Kak. Aku bingung. Sungguh bingung. Terlalu bingung.
Kakak selalu bilang 'Kejar mimpimu!'. Mimpi apa Kak? Mimpi siang bolong? Kita bicara realita, Kak. Mimpi itu tidak mungkin buatku. Tidak mungkin buat adikmu yang dungu ini. Adik yang sangat dungu sampai-sampai meragukan pilihannya yang sekarang. Pilihan menikahi pria asing. Pilihan tinggal jauh di tempat terpencil.
Kalau Kakak bertanya kabar suamiku, yang mana tidak mungkin karena Kakak sengit dengan dia, kabar suamiku baik. Dia memperlakukanku baik. Dia menyayangiku baik. Dia memperistriku baik.
Dan gara-gara kelakuannya itu, Kak. Gara-gara kelakuan sayangnya itu, lahir masalah!
Aku jadi mencintainya, Kak.
Bagaimana ini?
Aku sangat mencintai suamiku sampai tidak mau pergi dari sisinya.
Bagaimana ini?
Aku tidak mau, Kak dengan cinta-cintaan ini. Aku tidak mau! Cinta tolol! Awalnya saja manis tapi langsung jadi pahit ketika aku menelanjangi dia, masa lalunya dia.
Bagaimana aku bisa mau, Kak? ketika suamiku itu, yang tolol, yang goblok, tidak mikir pakai otak! Isi otaknya amburadul penuh nama perempuan lain selain aku. Kurang ajar!
Dia itu pencuri! Pencuri aku bilang. Pencuri yang tidak mau bertanggung jawab, pencuri yang serakah! Dia masih terus mengayomi aku, mengambil hatiku tanpa permisi, padahal masih ada hati lain yang dia punya. Hati lain yang bersemayam di rak-rak perasaannya. Sepertinya ia jaga hati lain itu dalam kurungan, dengan gembok merk FREEDOM, yang entah kuncinya lupa dia taruh di mana.
Lalu hatiku ditaruhnya di mana Kak? Setelah dicuri begitu, lalu diletakkan di emperan toko? Digeletakkan di sembarang tempat?
Bodohnya aku masih menikmati sentuhannya. Menikmati cumbuannya. Membiarkan dengan rela diriku dimiliki dia. Gila! Sinting!
Hahaha! Sekali mengirim surat, adikmu ini malah menuliskan keluh kesahnya. Tapi biarlah aku jadi perengek ulung. Toh, cuma Kakak yang mampu mendengar curhatanku. Cuma Kakak yang punya tanggapan-tanggapan yang mau aku dengar.
Sampaikan salamku pada teman-teman Kakak. Jangan lupa kabari aku tentangmu.
Sampai jumpa, aku sayang kamu.
Penuh sayang dan cinta kasih,
Claire Williams
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWN
FanficFanfiction game Harvest Moon Boy & Girl / More Friends of Mineral Town Fanfiction game Story of Seasons : Friends of Mineral Town Gadis kota itu menuruti permintaan sang kakek. Perjodohan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, dan tinggal di kota...