Kali ini bukan novel yang ditulis Mary, melainkan sebuah surat yang dari setiap sapuan tintanya, timbul juga senyum malu-malunya. Gray langsung berkesimpulan kalau gadis ini sudah ada pacar. Tapi begitu disinggung soal ada-tidaknya pacar Mary, gadis itu dengan wajah merah menyala mengelak menggebu-gebu. Mary akan selalu bilang kalau penerima surat ini adalah temannya di kota. Anak asisten ayahnya. Meski dielak sebegitunya, Gray akan tetap menyeringai sambil berkata, "Tapi kamu naksir dia". Setiap kalinya, Mary akan tersentak lalu menutup wajahnya dengan tangan sendiri. Ya, Mary naksir siapa pun orang itu. Mendengar pengakuannya berapa kali pun, Gray terkekeh saja. Ia selalu suka melihat malunya perempuan ini. Karenanya, Gray akan selalu menggodanya. Lalu berhenti ketika gadis itu mulai hendak menangis.
Bagi Gray, Mary adalah gadis yang cengeng. Kecengengannya bahkan melampaui teman sekolah dasarnya yang dulu pernah ia ganggu dengan melempari ulat bulu hingga gadis SD itu sakit gatal-gatal dan tidak masuk sekolah esok harinya. Itu pun gadis itu masih berani melempar balik Gray dengan tas penuh buku-buku meski matanya sedang buram oleh air mata. Mary tidak pernah begitu. Kalau menangis ya menangis saja. Tidak pernah ada niat membalas.
"Kamu selalu menerima apa pun yang datang padamu" ujarnya pada suatu hari mengenai sikap Mary. Gadis itu mengerling sebentar untuk menunjukkan pada Gray dahinya yang berkerut tidak paham. "Contohnya saja saya" lanjut Gray. "Berengsek begini masih dijadikan teman. Dimarahi ibumu, cuma bisa nangis". Mary hanya diam dituturi begitu. Mungkin merenungi kata-kata Gray yang mungkin ada benarnya. "Berani sedikit, dong. Kalau diganggu ya balas. Kalau tidak suka ya bilang" tutup Gray atas khotbah dadakannya. Pemuda itu kembali menghisap batang rokoknya, kemudian duduk santai sambil bersandar punggung.
"Aku tidak suka bau rokok".
Esoknya, Gray benar-benar meninggalkan kreteknya dan duduk seperti orang tertekan pada kursi perpustakaan sambil mengunyah permen karet.
Sebenarnya Gray agak heran juga terhadap Mary. Gadis itu hanya akan bicara blak-blakan kalau ada di depannya. Di depannya seorang. Pernah suatu waktu ia ajak Mary makan siang di restoran Doug, karena memang hanya satu itu restoran yang ada. Gadis itu akan tetap diam. Terlampau diam. Sampai-sampai yang memesan hingga membayar hanya Gray seorang. Memang pada akhirnya Mary akan membayar kembali makanan yang dipesannya pada Gray, tapi bukan soal uang yang penting. Yang membuat kaget adalah Ann yang biasa berisik tiba-tiba jadi kikuk ketika dihadapkan pada Mary. Bilangnya pada Gray seusai lelaki itu mengantar Mary pulang, Ann tidak tahu harus mengangkat topik apa kalau dengan Mary. "Mungkin jumlah aku ketemu dia bisa dihitung pakai jari" lanjut Ann sambil berbisik, lengkap pula menunjukkan kesepuluh jari tangannya.
Ketika ditanya mengenai sikapnya, Mary mengaku bahwa dia malu. Ann terpingkal-pingkal ketika diceritakan alasan itu. Gadis yang senang mengelabang rambutnya itu pun paksa Mary main dengannya. Mengajaknya bicara banyak hal padahal Mary juga tidak begitu paham. Namun begitu Karen datang, lalu dua perempuan itu bersahut-sahutan meneriakkan Jalang! Jalang! Jalang! di situlah Mary akan mengambil duduk di samping Gray seakan meminta perlindungan, tapi tetap betah menonton dua perempuan itu berkelahi.
"Aku tetap memilih dengan Gray. Karena kesepianmu minta aku menemanimu" ujar Mary ketika ditanya mengenai keseruannya dengan teman baru.
"Saya tidak kesepian!".
"Biar begitu aku tetap senang kalau denganmu. Karena kesepianku minta kamu menemaniku".
-
Suatu hari setelah mengirimkan surat yang telah ditulisnya sambil senyum-senyum, Mary berbalik menengok Gray yang memang selalu mengekorinya. "Kamu pernah suka seseorang, Gray?" tanyanya tiba-tiba entah dalam rangka apa.
"Bagaimana itu?".
"Bagaimana apanya?".
"Suka seseorang".
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWN
Fiksi PenggemarFanfiction game Harvest Moon Boy & Girl / More Friends of Mineral Town Fanfiction game Story of Seasons : Friends of Mineral Town Gadis kota itu menuruti permintaan sang kakek. Perjodohan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, dan tinggal di kota...