Gray akhirnya kembali dengan penuh keringat sementara seruan selamat menghujaninya. Claire dengan sigap memberikan laki-laki itu handuk dari tas olahraga. Dan Gray menepuk-nepuk kausnya yang penuh pasir.
"Lepas saja, man. Kita di pantai".
"Terakhir saya melakukannya, kulit saya terbakar".
Claire langsung menengok dengan ekspresi khawatir. "Benarkah?".
"Ya, besoknya dia tidak bisa bekerja, dan merebahkan diri di inn seharian hahah". Kai meraba-raba saku celananya mencari rokok, yang ternyata tidak ada di sana. "Damn" dia bilang.
.
"Claire sebentar lagi giliran kita" Ann menyikut perempuan di sampingnya, memberi gestur agar perempuan itu melepaskan overall-nya. Claire menuruti Ann, melepas kancing yang menahan overall hingga kain jeans itu turun sampai pinggangnya. Kemudian ia berdiri sedikit agar overall itu benar-benar lepas dari tubuhnya.
Gray menelan ludah dan memutuskan untuk meletakkan pandangannya ke arah lain. Memang terdengar konyol untuk ukuran suami-istri, tapi Gray tidak pernah melihat istrinya dengan kain yang hanya menutupi sebagian kecil dari kulitnya. Kecuali sekali ketika perempuan itu mengobrak-abrik lemari hanya dalam celana dalam dan kemeja. Gray segera menutup wajahnya dengan legan juga lututnya, menyadari pikirannya itu menimbulkan rona merah di pipinya.
.
"Hah akhirnya kita berhadap-hadapan!" seru Ann kepada Karen ketika pertandingan sudah mencapai perempat final.
Claire pandai menggunakan tipuan. Ia akan kelihatan seperti melakukan spike keras padahal ia hanya membelokkan bola ke samping atau kalau tidak, mengurangi kekuatan tangannya dengan drastis dan hanya memantulkan bola melewati atas blocker. Begitu yang ditangkap Gray ketika melihat pertandingan Claire terakhir kali. Sedangkan Ann, dia terkenal gesit dan akan sulit membuat bola menyentuh pasir.
"Gray, jangan mengalah!" seru Karen sembari memberi isyarat dengan jari-jari di atas bokongnya. Gray menaikkan alis lalu mengangguk paham.
Gray melakukan serve pertama kali. Bola itu mengarah ke Ann, melewati telinganya dengan cepat, dan Harris si polisi yang menjadi wasit meniup peluitnya. Satu poin untuk Gray-Karen.
Ann berkedip dan mematung tidak percaya di tempatnya. Yang dia ingat hanya suara angin dan gerakan bola yang susah ditangkap mata.
Tiga kali hal itu terjadi, tiga poin dikumpulkan Gray dan Karen.
Hal itu membuat Ann tumbuh kesal dan frutrasi. "Ann!" seru Claire ketika menyadari itu. Ia tatap Ann dengan penuh percaya dan Ann mengangguk dan menambah fokusnya.
Gray melakukan serve lagi, tapi berhasil diterima Ann. Meski harus meringis perih ketika bola dari Gray mengenai tangannya. "Claire!". Pantulan keras dari bola memberi kesempatan Claire untuk langsung menyerang. Ia melompat, tangannya ia ayunkan kuat-kuat. Karen sudah siap di hadapannya dengan block andalannya.
Gray yang sadar dengan apa yang hendak dilakukan Claire langsung berlari ke depan.
'plung'
Peluit Harris berbunyi lagi menandakan poin pertama bagi Ann-Claire.
Karen tidak percaya ia dengan mudah termakan tipuan Claire. Perempuan itu hanya mendorong bolanya sedikit ke samping dan tidak melakukan spike sama sekali.
Pada titik ini, mereka sadar. Offense dan defense mereka imbang, hanya teknisnya yang sedikit berbeda.
Satu set berakhir yang dimenangkan oleh tim Gray-Karen. Meski pun dengan perbedaan poin yang tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWN
FanfictionFanfiction game Harvest Moon Boy & Girl / More Friends of Mineral Town Fanfiction game Story of Seasons : Friends of Mineral Town Gadis kota itu menuruti permintaan sang kakek. Perjodohan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, dan tinggal di kota...