15 : Hubungan Terlarang

192 23 6
                                    

Cliff dan Kesehariannya Bag. 2

Gah!! Matahari itu membakar mataku lagi. Padahal aku sudah yakin sudah memilih posisi tidur yang tepat.

Rutinitas pagiku, berjalan seperti biasanya. Mandi, mengambil air, memancing, membakar ikan, sarapan.

Hahhhhh....

Siang nanti entah perempuan itu akan datang lagi atau tidak. Pikiranku dipenuhi olehnya. Yah, karena tidak ada lagi yang bisa aku pikirkan.

Aku bodoh.

Ketakutanku berinteraksi dengan orang-orang sangat menyedihkan.

Aku menampar pipiku berkali-kali, berharap kesadaran sudi menjamahku. Tapi tidak. Ketakutanku masih ada.

"Kalau begini terus, percuma aku meninggalkan rumah", aku menghela nafas meratapi nasib.

Suara sesuatu yang merosot membuatku menengok dengan kaget.

Gubukku rusak lagi, dan perempuan itu datang lagi.

"Kamu tidak apa-apa, Claire?!" teriak perempuan dari atas sana. Ia segera menyusul ikut merosot ke bawah.

"Aduh.." Claire dengan susah payah mengangkat tubuhnya. Ia membawa kotak kardus yang entah di dalamnya ada apa. Dan yang bisa aku lakukan hanya diam tak bergeming melihat dia.

"Maaf menerobos masuk.." ujarnya dengan malu.

Tidak lama perempuan yang tadi berteriak, sampai di gubukku. Ia memeriksa keadaan Claire sebentar dan setelah tahu dia tidak apa-apa, ia menengok ke arahku. Memberi salam, juga senyuman.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya diam.

"Terima kasih, Mary" ujarnya setelah dibantu berdiri.

"Kau sudah makan, Cliff?" tanya perempuan bernama Mary itu. Sejujurnya, penampilannya yang cantik itu membuatku grogi. "Ibuku membuat makanan lebih, jadi aku pikir sekalian membaginya denganmu" ia terkikik manis.

Ia menyerahkan rantang aluminium padaku, yang masih ragu-ragu aku terima. "Su.. dah.." jawabku. Tapi meski begitu aku tetap menerima niat baiknya.

"Hei.. maaf tapi aku harus segera pulang".

"Iya. Tante Anna sudah menunggu tumbuhan herba yang kau kumpulkan itu, kan?" ujar Claire. Bermaksud mengingatkan.

"Kau benar" Mary terkekeh. Setelah memberi salam perpisahan sekali lagi, perempuan cantik itu meninggalkan kami.

Aku masih diam di tempatku dengan rantang aluminium di tangan. Mataku masih memperhatikan mereka yang tiba-tiba datang menyerbu gubukku. Beberapa kali mereka datang menemuiku. Aku sampai tidak terkejut lagi.

"Hei Cliff, lihat!" seru Claire sambil menunjukkan kardus yang dibawanya. Ia meletakkannya di atas tanah, membukanya, lalu menunjukkan baju-baju dari sana. "Rumah kakekku habis direnovasi, jadi aku menemukan baju-baju bekas yang sudah tidak dipakai, lihat".

Senyumnya itu..

"Tenang, aku sudah dapat izin mereka kok".

"Mereka?" tanyaku.

"Kakek dan suamiku".

Ah iya, benar. Kakek dan suamimu.

"Kenapa murung begitu? Tidak.. suka ya?" ia pasang wajah kecewanya, yang membuatku jadi menyesal.

"Tidak.. hanya.. aku rasa.. aku.. merepotkan kalian".

Aku terperanjat kaget ketika wajahnya ia dekatkan terhadapku. "Kamu bilang apa?" tanyanya bingung. Sepertinya dia tidak mendengarku dengan jelas.

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang